SIM 55

901 135 6
                                    

TEKAN VOTE JANGAN LUPA.

HAPPY READING ❤️

_____

Para body guard melewati para pembantu yang tengah menggibahi Inem. Sarah menyindir, "Ck, lihatlah wanita kolot yang sok baik itu. Lebih baik sepertiku, aku tidak munafik seperti dia."

"Kalian semua, bantu aku mencari Syifa!" titah Alvin kepada body guard yang masih ada di depan pintu.

"Baik, Tuan!" Tegas dan berani.

Para bodyguard itu mengeluarkan mobil mereka. Satu mobil berisi dua orang. Alvin berjalan paling depan karena hanya ia yang melihat seperti apa jurang yang ada di ponsel milik Evrita, kebetulan Alvin mengetahui letak jalan yang di sampingnya terdapat jurang. Setelah sampai di sana, Alvin mengerutkan keningnya ketika ia melihat sebuah mobil yang sama persis dengan miliknya. Apa yang sudah direncanakan oleh Inem?

Memalukan sekali, Alvin mengeluarkan cairan di matanya ketika ia teringat Syifa yang sudah dijatuhkan ke bawah sana. Diam-diam Alvin menghapus air matanya. Alvin membalikan badan. Alvin tidak bisa melihat apapun di bawah sana terkecuali mobil hitam yang sudah rusak parah. "Apa ada jalan untuk ke bawah sana?" 

"Ada. Tetapi, tidak ada kemungkinan bahwa Syifa masih hidup, Tuan. Jurang ini sangat curam," ujar Bima.

"Bantu aku berpikir positif! Aku tidak ingin kehilangan wanitaku."

Bima menganggukkan kepalanya. Mereka semua melajukan mobilnya untuk sampai di bawah sana. Namun, memang sedikit memakan waktu. Sampai di sana, Alvin hanya melihat darah yang cukup banyak. Matanya berair kembali ketika melihat sebuah cadar hitam yang tergeletak. Syifa meninggalkan jejak. Alvin terjatuh lemas di tanah. Alvin tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan. Alvin tak kuasa.

"Seharusnya nyonya Syifa ada di sini, Tuan. Namun, karena tidak ada ... kemungkinan besar dia dibawa oleh orang yang selalu menebang pohon di sini," jelas Excel.

Alvin mendongakkan kepalanya. "Siapa dia?"

"Setahuku, namanya Selamet. Namun, dia tidak tinggal di sini. Dia hanya sesekali ke mari."

Alvin berdiri dari posisinya. "Kita harus mencarinya! Apa di sekitar sini ada rumah?"

"Ada, Tuan. Tetapi, tidak banyak. Sekalipun kita menemukan rumah, itu tidak menjamin kita akan menemukan orang di dalamnya karena di sini terdapat banyak rumah kosong," sahut Excel.

"Tidak mau tahu, kita harus mencarinya! Masuk ke dalam mobil masing-masing!" Alvin membuka pintu mobilnya.

Mereka mencari Syifa sampai tak tahu waktu. Bahkan mereka sempat tersasar. Beberapa body guard sudah ada yang merenhek ingin pulang karena di sini banyak sekali anjing hutan yang sesekali menghalangi jalan mereka. Sampai pada saatnya, matahari sudah mulai terbenam.

Mereka semua tengah berjalan dengan mengandalkan lampu senter di ponsel, sedangkan mobil mereka ada di belakang sana, jalannya tidak cukup untuk dilewati mobil karena ada banyak pepohonan kecil di sini.

"Tuan, percuma saja jika kita mencarinya di malam ini. Di sini pasti akan sangat gelap dan tentunya berbahaya," peringat Bima.

Alvin menolehkan kepalanya "Jika kalian ingin pulang, pulang saja! Aku akan tetap mencari istriku."

"Tuan, kami tidak bisa meninggalkanmu di sini berseorang diri, jadi---"

Surat Izin Mencintai (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum