SIM 45

1K 145 3
                                    

Follow dulu akun Fafa. Bantu share cerita ini supaya yang baca makin banyak.
Liat juga ke bawah. Ada bintang, kan? Lalu, klik. Makasih❤️
.
.
.
Happy Reading

"Aku tidak ingin bercanda."

Alvin mengubah ekspresinya. Nada sang istri benar-benar tak berubah sontak membuatnya bosan. Namun, tanpa Alvin sadari, itu adalah nada suaranya ketika ia berbicara dengan orang asing. Siapa pun tidak akan menyukai nada suara yang seperti itu. Kecuali ... jika yang bicara adalah pria tampan. Namun, Syifa tak pernah memedulikan mana si pria tampan dan mana si pria jelek.

Jika tampan tetapi kejam, untuk apa? Itu hanya akan merenggut nyawa saja. Abu Lahab tampan wajahnya Abu Jahal juga seperti itu. Namun, Allah laknat mereka berdua. Siapa sangka Bilal Bin Rabah yang hitam legam hingga digambarkan hanya nampak mata dan giginya saja. Namun, ia dirindukan oleh bidadari Surga.

Alvin memindahkan laptop yang ada di atas pahanya ke atas ke kasur. "Aku tidak bercanda. Aku tidak nyaman dengan sikapmu yang seperti ini."

Syifa menghela napasnya. Namun, beberapa detik setelah itu Syifa membelakkan mata ketika ia mulai menyadari bahwa diari-nya sudah tidak ada di dekatnya. Syifa berlari menuju balkon kamar. Alvin tersenyum tipis melihat itu. Lalu, Syifa melihat isinya yang sudah berbeda. Ada tulisan yang berhasil menarik perhatiannya. Syifa tersentak kaget dan melangkahkan kakinya menghampiri Alvin, sedangkan Alvin sendiri hanya memasang wajah santai.

"Kau seharusnya tidak perlu berbohong padaku, Sayang. Dan, soal yang menembak wanita ... kau benar. Maafkan aku." Alvin menundukkan kepalanya seraya memainkan jemarinya.

"Ketika kau hendak melakukan maksiat, seharusnya kau ingat bahwa ada Allah yang maha melihat," peringat Syifa dengan raut wajah kecewa.

Alvin menundukkan kepala layaknya seorang anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya. "Maafkan aku, Sayang."

"Aku harap kau bisa menguatkan tekadmu untuk berubah. Aku sangat berharap. Asal kau tahu itu."

Alvin yang membunuh. Namun, Syifa yang merasa bersalah. Pasalnya Fatimah sangat memercayainya untuk merubah Alvin, tetapi Syifa kini gagal. Syifa membiarkan Alvin merenggut nyawa seorang wanita. Padahal, Syifa juga seorang wanita. Bagaimana jika Syifa melakukan kesalahan yang sama? Apakah Alvin akan menembaknya juga?

"Tetapi, kau memaafkanku, bukan?

"Mengapa kau begitu berharap agar aku memaafkanmu? Harusnya kau berpikir bagaimana caranya agar Allah memaafkan kesalahanmu."

"Allah akan memaafkanmu jika kau melakukan tobat nasuhah," sambung Syifa.

Alvin mendongakkan kepalanya. "Apa itu, Sayang?"

"Tobat yang sungguh-sungguh dengan janji dan tidak mengulangi kesalahannya lagi."

Alvin terdiam sejenak. Lalu, ia menganggukkan kepalanya. Ia akan berusaha walaupun tidak semudah membolak-balikkan telapak tangan. Syifa tersenyum tipis di balik cadarnya. Hatinya sangat yakin suatu saat pria yang ada di hadapannya akan berubah sedikit demi sedikit. Tidak ada proses yang instan.

....

Alvin dan Syifa tengah duduk santai di ayunan yang ada di taman kecil yang letaknya di halaman rumah. Para body guard diam-diam mencuri-curi pandang hanya untuk melihat kedekatan Alvin dan Syifa. Jarang-jarang Alvin bersikap manis seperti itu. Mereka mengenal  Alvin sebagai pria yang tegas. Namun, jika Alvin tengah ada di samping Syifa, rasanya ada sesuatu yang merasuki jiwa Alvin.

Di sore hari ini langit menunjukkan keindahannya. Awan yang semula berwarna putih kini menjadi warna oren yang menawan. Alvin tak tahu ini hari keberapa ia berumah tangga dengan Syifa. Sampai sekarang, Alvin belum bisa menjadi Syifa yang segala bisa. Syifa bisa mengaji, menahan emosi, dll. Seharusnya Alvin sudah bisa seperti itu. Seharusnya Alvin yang membimbing Syifa. Namun, ini justru Syifa yang membimbingnya.

Jika ditanya malu atau tidak. Jelas Alvin akan menjawab malu. Sangat malu. Pemikiran Syifa jauh lebih dewasa darinya. Alvin pernah berpikir, sepertinya Syifa akan lebih cocok bersama Aarav. Namun, hatinya tidak ikhlas menerima itu. Tetapi jika dibiarkan seperti ini, justru Alvin kasihan kepada Syifa yang tidak bisa mendapat Imam yang bisa membimbingnya.

"Mengapa kau mau denganku? Aku ini bodoh, tidak seperti ustaz-ustaz muda yang tampan lagi saleh," ujar Alvin seraya tersenyum kecut dengan mata yang menatap ke depan.

"Jika aku mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriteriaku, aku akan bersyukur karena itu keinginanku."

Alvin tersenyum tipis. Alvin cukup sadar diri. Ia tahu jika dirinya tidak termasuk dalam kriteria pasangan Syifa.

"Tetapi jika pasanganku tidak sesuai dengan kriteriaku, aku akan lebih bersyukur lagi karena itu keinginan Allah dan pilihan Allah. Pilihan Allah selalu jadi yang terbaik untukku," lanjut Syifa.

Alvin menolehkan kepalanya. "Jadi?"

"Jadi, kau adalah pilihan Allah yang diberikan untukku. Aku sangat mensyukurinya."

Nikmat sekali bukan mempunyai wanita seperti Syifa? Syifa bisa menerima kekurangan Alvin. Dia tidak mencaci, tetapi dia melengkapi apa yang seharusnya dilengkapi. Seperti mengaji. Alvin tidak bisa mengaji dan Syifa yang mengajarinya. Alvin adalah seorang kanak-kanak yang tidak pernah bisa bertumbuh dewasa, kecuali penampilan.

Alvin tersenyum manis melihat mata Syifa menyipit dengan indah. Itu artinya, Syifa tengah menyunggingkan senyuman di balik cadar nya. Hanya Alvin yang bisa melihat senyuman manis itu, pria lain? Tentu saja tidak bisa. Kecuali Almarhum ayahanda Syifa yang sudah melihatnya lebih dahulu dari pada Alvin.

Sedang asyik-asyiknya mengobrol justru suara klakson mobil mengganggu mereka. Pasutri itu menatap sebuah mobil mewah berwarna kuning yang mengklakson pagar rumahnya. Alvin mengode salah satu body guard untuk membukakan pintu pagar. Alvin tidak tahu itu siapa. Mobil itu menyelonong masuk dengan kurang ajar sontak membuat Alvin sedikit geram dibuatnya.

Alvin melihat dua orang yang ada di dalam mobil dari kaca transparan yang ada di depan. Alvin menyipitkan matanya. Ia tidak tahu itu siapa. Namun, di sana ada wanita dan seorang pria berjas hitam. Jujur saja, Alvin merasa bahwa pria itu lebih tampan darinya. Tidak, tidak, Syifa tidak boleh melihatnya. Alvin menutup kedua mata Syifa.

"Kau ini kenapa? Lepaskan, Alvin!" pinta Syifa.

"Kau tidak boleh melihat karena ada seorang pria buruk rupa yang sepertinya telah melakukan operasi plastik agar wajahnya diubah menjadi lebih tampan dariku!"

Mendengar penuturan Alvin yang tadi sontak membuat Syifa mengerutkan keningnya. Dua orang yang tadi ada di dalam mobil kini keluar. Pandangan pertama Alvin jatuh pada seorang pria. Pria itu jauh lebih tampan ketika ada di luar mobil. Di dalam mobil Alvin melihat kulit wajahnya cokelat manis. Namun, nyatanya kulit dia putih bersih, jangan lupa, dia juga manis dan tampan. Alvin semakin khawatir, ia takut jika Syifa lebih menyukai pria itu dibandingkan dengan dirinya.

_______

To be continued
Hayoo, siapa yang dateng?

Username Instagram: faresyia_

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang