SIM 40

1.1K 180 9
                                    

Jangan lupa tekan vote, ya.
.
.
.
Happy reading ❤️

Syifa terdiam sejenak ketika mendengar pertanyaan itu. Hatinya bisa menerima Alvin. Namun, itu bukan berarti Syifa sudah mencintainya. Syifa bisa luluh jika Alvin mempunyai cara yang ampuh. Namun, Syifa sendiri tidak tahu cara seperti apa yang bisa membuat dirinya jatuh hati kepada Alvin selain Alvin sendiri yang menunjukkan perubahan diri Alvin sendiri.

Semanis manisnya perlakuan Alvin, Syifa tidak pernah ada ancang-ancang untuk mencintainya. Jika perlakuan manis saja sudah bisa membuat Syifa jatuh hati, sudah lama Syifa jatuh hati terhadap para body guard di depan yang selalu menghormatinya dengan cara menundukkan pandangan mereka.

Alvin melihat wanita di hadapannya yang hanya terdiam menunduk seraya memilin jari-jarinya. Alvin tersenyum kecut. Dari gelagatnya, Alvin sudah mengetahui jawabannya. Sesulit inikah menjatuhkan hati seorang wanita berilmu tinggi? Namun, orang yang sebenarnya berilmu tinggi adalah mereka yang selalu kehausan akan ilmu-ilmu yang belum mereka ketahui dan tidak pernah merasa bahwa dirinya kaya akan ilmu.

"Aku sudah tahu jawabanmu. Aku akan berusaha, Sayang. Aku juga senang jika kau tidak kau tidak mudah jatuh hati kepada pria, itu artinya kau tidak akan pernah tergoda dengan ustaz-ustaz muda di luar sana." Demi ketentraman hatinya, Alvin mengambil sisi positifnya saja.

"Maafkan aku, Alvin," ujar Syifa dengan nada yang paling lembut.

"Kau tidak perlu minta maaf."

Panjang sudah mereka berbincang bahwasanya waktu terus berjalan mengurangi jatah umur manusia. Siang malam silih berganti dengan waktu yang terasa begitu cepat. Inilah kehidupan. Setiap waktunya adalah modal bagi manusia untuk melakukan amal kebaikan untuk bekal di akhirat kelak.

Perlu kita ingat bahwa perjalanan menuju alam kubur tidak pernah libur. Ajal tidak pernah menunggu waktu tobat kalian. Jika hati sudah diketuk oleh Sang Maha Kuasa, jangan sekali-kali membiarkannya.

Hidayah itu mahal. Banyak orang yang sudah tahu dengan hukum suatu perbuatan. Namun, karena tidak ada hidayah justru membuat mereka tidak mengamalkan ilmu tersebut. Belum mendapatkan hidayah tidak bisa dijadikan alasan untuk manusia kenapa mereka tidak langsung mengamalkannya karena hidayah itu dijemput.

Pasutri anyar tengah duduk di sebuah kursi yang letaknya ada di balkon kamar. Di antara keduanya ada seorang bayi kecil yang digendong oleh Alvin. Sedari tadi, bayi itu terus dipangku oleh Alvin. Sulit dipercaya, pria yang terkenal dengan ketegasannya bisa menyukai seorang bayi. Bahkan Alvin melepaskan bayi tersebut ketika ia sedang salat dan makan saja.

Alvin dan Syifa tengah menikmati udara malam yang sejuk. Lebih-lebih lagi, tadi siang sampai sore turun hujan. Bayi kecil yang tengah digendong oleh Alvin sengaja dililitkan selimut kecil yang lumayan tebal ke seluruh tubuhnya. Bayi kecil itu senyap di dalam kehangatan selimut dan dekapan Alvin.

Alvin berkali-kali menciumnya sontak membuat Syifa tersenyum di balik cadarnya. Di balik sifatnya yang sedikit kasar ternyata ada sisi sifat penyayang yang tersembunyi. Sifat Alvin yang awalnya tidak diketahui, sekarang Syifa sudah menyaksikannya sendiri. Yang Alvin tunjukkan di luar sana hanyalah sifat buruknya saja.

Di tengah-tengah menikmati udara malam, pandangan Syifa tertuju pada seorang wanita berambut panjang yang tengah berdiri di bawah lampu jalanan dengan senyumnya yang menyeringai. Wanita itu menatap Syifa dengan raut wajah yang menyeramkan.

Surat Izin Mencintai (END)Where stories live. Discover now