God, Please Don't Take Him

731 190 22
                                    

Katakan saja, mungkin hari ini adalah hari keberuntungan untukku. Sebab, saat pagi tadi Changbin mendadak mengatakan jikalau Minho ingin bertemu denganku. Dia merindukanku!

"Kau siap, Chan?" tanya Changbin saat kami sudah tiba di taman belakang Rumah Sakit. Aku pun spontan menggonggong sembari setengah melompat, membuatnya tertawa seketika.

"Tunggu, sebentar lagi," titahnya.

Aku benar-benar tak sabar hingga rasanya ingin sekali melompat hingga ke langit setinggi-tingginya. Tapi, sayangnya rasa antusiasme ini tak bertahan lama, lantaran dari kejauhan aku melihat seorang lelaki berperawakan jangkung nampak mendekat dengan mendorong kursi roda yangmana terduduk seseorang di atasnya.

"Ah! Itu dia sudah datang!" Changbin memekik sembari menunjuk sosok yang sejak tadi kupandangi.

Ya, Tuhan. Orang yang kutunggu sejak tadi ... nampak berbeda sekali.

Tubuh kurus, kulit nampak kuning pucat, pipi tirus, bibir kering membiru, kantung mata hitam pekat, tatapan sayu dan kosong, sweater tebal membalut tubuh, dan juga beanie navy yang menutupi kepalanya.

Astaga, apa yang sudah terjadi padanya?!

"Bin!" seru sosok lelaki yang ternyata adalah Hyunjin itu pada Changbin, ia mengatakan sesuatu sebelum yang diajak bicara menganggukan kepalanya sesaat dan membiarkannya pergi.

"Hyunjin mau ke wc dulu katanya," ucap Changbin pada Minho, yang segera diangguki pelan. Ia lantas menatap ke arahku dan tersenyum tipis.

"Channie ... sini ..." panggilnya sembari mengayunkan tangan, memintaku mendekat. Suaranya parau dan lemah sekali. Aku bahkan nyaris tak bisa mendengar suaranya dengan jelas.

Aku awalnya hanya diam mematung, terlalu kaget karena melihat perubahan fisiknya yang luar biasa drastis. Tapi setelah beberapa detik berlalu, aku pun memaksakan kakiku untuk mendekat ke arahnya.

"Honey ... apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu jadi kurus sekali seperti ini? Kenapa kamu gak juga pulang ke rumah? Kamu sakit apa sebenarnya?" tanyaku tanpa henti, terlalu penasaran hingga lupa jika ia takkan paham dengan apa yang kutanyakan.

Tangan kecil, kurus, serupa ranting itu tergapai ke udara berusaha menyentuh kepalaku, mengusap buluku. "L-lihat ... kamu makin gemuk aja, ya. Changbin pasti merawatmu dengan baik," katanya.

"Aku ingin kamu pulang, Honey. Aku merindukanmu," gumamku lirih sembari meletakkan wajahku di pangkuan pahanya yang terasa seperti tak berdaging. Ya, Tuhan ... sungguh, paha itu kurus sekali hingga aku bisa merasakan tulangnya walaupun tertutup kain celana.

"Aku akan pulang, Chan. Kalau itu yang kau ingin tanyakan. Tapi aku tak tahu kapan. Tinggalah sementara waktu dengan Changbin, dia akan merawatmu lebih baik daripada aku. Makan yang banyak, dan jangan berkelahi lagi dengan Umo. Aku tahu kamu adalah anjing baik dan penurut ... aku juga merindukanmu."

Aku sedih dan ingin menangis saat ini, menatap wajahnya yang semakin layu dan rapuh itu membuat dadaku merasa sesak.

"Honey, cepat sembuh. Aku sudah mendoakanmu kemarin pada Tuhan agar kau cepat sembuh. Aku ingin melihatmu kembali sehat seperti dulu lagi."

Mendengarku yang seperti menggerutu, Minho lantas tertawa kecil, membuat sedikit rona terpancar dari wajahnya yang semula piyas. Tangannya pun masih mengusap kepalaku saat ini.

"Aku bahagia, Chan. Meskipun gak sampai setahun aku merawatmu, aku merasa bahagia karena kamu tumbuh dengan sehat. Kamu juga mengisi rasa sepi di rumahku yang kecil, dan aku berterimakasih sekali pada Tuhan karena mengirimmu ke dunia ini. Terima kasih, Chan."

Senyumnya terkembang, namun getir dipandang. Aku melihat ada air yang bergumul di ambang matanya yang redup itu, dan dalam sekali kedipan tetesannya pun jatuh tak tertahan.

"Honey, harusnya aku yang bilang begitu padamu. Aku berterimakasih sekali karena kau sudah membawaku pulang saat itu. Jika tidak, mungkin aku sudah jadi anak anjing yang beku ditimbun salju. Tuhan menciptakanmu dengan hati setengah malaikat, aku bersyukur karena dari sekian banyak anjing, kau justru memilihku untuk hidup bersama denganmu. Jangan menangis, Honey. Aku tak suka melihatnya."

Minho nampak sibuk mengusap air matanya setelah itu, sampai Hyunjin kembali datang dan mengatakan sesuatu padanya.

"Dokter tak memberimu ijin duduk di luar terlalu lama, sebaiknya kita segera kembali ke dalam," katanya, dan Minho pun mengangguk.

Tangan kecil itu lantas terangkat, merentang dengan sedikit gemetar tatkala bibirnya kembali berkata, "sini, Chan ... aku ingin memelukmu ..."

Aku segera mendekatkan kepalaku agar ia bisa memeluk tubuhku, dan saat itu juga aku bisa mendengar hembusan napasnya yang berat lagi jantungnya yang berdegup lambat.

"Aku sayang kamu, Chan." Ia mengecup kepalaku, tapi aku tak merasa senang sama sekali, justru merasa sedih dan ketakutan saat ini. Aku memejamkan mataku dan berdoa dengan lirih dalam hati.

Tuhan ... kumohon, jangan bawa dia.






































Aku merekomen lagu Secret-Secret buat chapter ini :')

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku merekomen lagu Secret-Secret buat chapter ini :')

SiberiChan ✓ [Banginho] (Sudah Dibukukan)Where stories live. Discover now