Puppy

959 245 68
                                    

"Maaf ya aku jadi merepotkanmu," kata lelaki itu sambil menggendong seekor anak anjing di depan dadanya.

"Masuklah dulu, Bin," titah Minho, dan tamunya itu segera mengekorinya ke dalam lalu duduk di ruang tamu.

Siapa itu?

Aku tidak tahu dan tak mengenalnya juga. Jadi aku berjalan mendekat agar bisa mendengar pembicaraan mereka lebih jelas lagi.

"Aku benar-benar tidak tahu harus menitipkan Umo pada siapa lagi selain kamu. Aku juga gak bisa membawanya ke rumah sakit," papar lelaki itu lagi.

"Tenanglah, aku tidak masalah kok. Silahkan saja, lagian aku juga punya anak anjing," jawab Minho, ia kemudian memanggil namaku dengan sedikit berseru kencang, "Channieee ..."

Aku datang!

Aku datang!

Aku datang, sayaaaang!

Aku segera berlari mendekat dan duduk di sebelah kakinya; memerhatikan tamunya itu dan juga anjing kecilnya yang ia pangku di atas paha.

"Channie, kenalkan itu Changbin. Dia teman sekaligus bos di cafe tempatku bekerja. Dan yang duduk di pangkuannya itu Umo, anjingnya."

Minho menjelaskan siapa sosok itu padaku, tapi aku tak begitu peduli karena aku merasa ada yang tidak beres di sini. Lebih lagi anak anjing kecil itu terus menatapku.

"Bos apanya sih, kau ini!" Changbin mengelak akan ucapan Minho tentangnya barusan, sementara Minho hanya tertawa meresponnya.

"Dan karena Changbin harus menjaga ayahnya yang ada di rumah sakit, mulai malam ini Umo tinggal bersama kita."

APA!?

"Hanya untuk beberapa hari saja, Ho," tambah Changbin.

Tidak! Tidak! Ini tidak bisa! Apakah setan kayu di pohon tua itu tidak cukup untuk menggangguku, hingga aku harus berbagi ruangan dengan anak anjing ini juga?!

Oh, come on! Are you kidding me?!

"Bertemanlah dengan baik dengannya, Channie." Minho tersenyum padaku. Tapi untuk pertama kalinya aku tak suka melihat senyuman itu.

Guk!

Aku gak mau!

"Sepertinya Channie tidak suka dengan Umo," ujar Changbin sembari mengusap bulu keemasan anjing kecilnya itu.

Ya, tentu! Kalau kau sadar tapi kenapa tidak segera membawanya pergi saja dari rumah ini?!

"Kurasa Channie hanya malu saja. Dia anjing yang baik, kok," puji Minho sambil menaikkan diriku ke atas pangkuannya.

Ia mendekapku erat, membuatku merasa hangat dan tenang, lebih lagi wangi kopi dari seragam kerja yang belum sempat digantinya semakin menjadi candu untuk sekedar kuhisap aromanya.

Aahhh ... bau majikanku seperti narkoba.

Guk!

"Halo!" Anak anjing itu turun ke lantai dan menyapaku. Tapi aku tidak membalasnya dan malah memutar tubuh untuk semakin melesak ke dalam pelukan.

"Oh? Ini selimut bulu yang bagus," ucapnya lagi, dan saat itu juga aku menoleh sebelum membelalakan mata karena kaget; dia sedang mengendus-endus selimutku! Aku harus menyelamatkannya!

Guk! Gggrrr!

Aku melompat turun dari pangkuan Minho dan menggeram pada si golden retriever kecil itu, membuatnya takut hingga berlari ke belakang sofa.

"Itu punyaku! Jangan sentuh punyaku!" ucapku.

"Em-maaf ... aku gak tau," cicitnya dengan bersembunyi dan hanya menunjukan separuh wajahnya saja.

"Channie! kamu menakutinya," cecar Minho sembari menarik tubuhku dan memangkunya kembali.

Aku mendengus, namun terus memandang si anjing kecil yang masih bersembunyi itu. Uh! Dia menyebalkan! Kenapa juga sih majikanya harus menitipkannya ke rumah ini hanya karena Minho adalah pekerja di cafenya? Kenapa bukan dibawa ke pet shop saja biar ada yang beli?! Kan kalau begitu jadi lebih baik untuk kesejahteraan bersama.

"Aku sempat berpikir untuk menitipkan Umo ke tempat penitipan hewan."

Lalu kenapa kau malah membawanya ke sini, pendek!? Kesal aku tuh.

"Tapi Umo agak susah berbaur dengan orang asing. Berbeda denganmu yang memang sudah mengenalnya sejak ia masih bayi," tuturnya.

Alasan!

"Jadi, maafkan aku kalau nanti dia mengganggumu."

Oh, sudah pasti. Bawa balik sana!

"Tidak, aku yakin dia tidak akan menggangguku. Lagipula aku senang karena nanti Chanie jadi ada teman bermain di sini."

Mana ada! Bajingan kecil di pohon itu sudah cukup mengganggu hariku, kenapa juga harus ditambah dengan mengasuh anak anjing lainnya? Apa kau tidak puas hanya denganku?!

Aku kecewa!

"Baiklah, terima kasih kalau begitu. Aku janji akan segera membawanya lagi setelah Papa keluar dari rumah sakit nanti," ikrarnya sembari berjongkok dan mengusap bulu anjingnya.

"Jangan nakal ya, Umo. Nanti aku akan kembali membawamu pulang setelah semuanya membaik."

Anjing kecil itu menggonggong, enggan di tinggalkan. Tapi majikannya terus melangkah dan pergi begitu saja setelah berucap satu-dua patah kata pada Minho.

"Dah, Umo." Tangannya melambai dari luar rumah pada anjingnya.

HEI! KEMBALI! BAWA BALIK BUNTELAN BULUMU INI, CEFFAAAAAATTT!!!


























Channie, si anjing penuh drama wkwk 🤣Anw, karena Hi, Blue! Belum beres ditulis, jadinya aku update yang ini dulu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Channie, si anjing penuh drama wkwk 🤣
Anw, karena Hi, Blue! Belum beres ditulis, jadinya aku update yang ini dulu ya. Gpp 'kan?

SiberiChan ✓ [Banginho] (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang