I Miss You

647 184 4
                                    

Aku tak tahu sebenarnya apa yang terjadi padanya. Aku juga tak tahu ia sakit apa, karena ia tak pernah mau mengatakannya padaku, dan Changbin pun terkesan selalu menutup-nutupinya.

Hari di mana ia pingsan di lantai itu menjadi hari paling menakutkan untukku. Karena, setelah hari itu ia tak pernah keluar dari Rumah Sakit lagi tanpa kutahu apa alasannya. Segitu parah kah penyakitnya?

Hari, minggu, bulan terus berganti dan tak ada satu pun kabar yang kudapatkan darinya. Aku mulai lelah menunggu. Walaupun aku kembali dititipkan pada Changbin, dan ditemani Umo sehari-hari, tapi tetap saja aku merindukannya.

Aku rindu majikanku. Aku rindu sayangku. Aku rindu Minho-ku. Aku rindu Minho. Aku rindu Minho.

"Makanlah, Chan. Kau tak bisa terus murung begini, nanti Minho bisa sedih. Nanti dia bisa berpikir kalau aku tak merawatmu dengan baik di sini," bujuk Changbin padaku yang sejak kemarin tak juga menyentuh makananku sama sekali.

"Aku tidak nafsu, Bin. Kau berikan saja jatah makanku pada si Umo, biar dia yang memakannya."

"Kamu terus menggerutu begitu, aku jadi benar-benar penasaran dengan apa yang kamu katakan."

"Ini bukan hal penting untuk kau pahami. Pergilah, tinggalkan aku sendirian," ucapku. Bukan bermaksud mengusir, tapi aku memang sedang tak mau diganggu sekarang ini. Bahkan saat Umo mengajakku bermain bila pun aku tak mau.

"Kamu tahu?" Changbin kembali bertanya, walaupun aku tak menanggapi sama sama sekali. "Sebenarnya aku paham dengan maksudmu yang mogok makan ini."

Kau hanya pura-pura paham saja, Bin. Aku tahu itu.

"Kamu merindukan Minho, bukan?" terkanya kemudian, dan sukses membuatku menolehkan wajah padanya. "Sudah hampir sebulan ini dia ada di sana, dan asal kamu tahu saja, dia juga merindukanmu."

"Tapi kenapa dia gak juga pulang?!" pekikku, meski tak seberapa kencang namun sukses membuat Changbin terperanjat kaget.

"Aku tidak mengerti arti gonggonganmu ini, tapi aku paham maksudnya. Kau ingin dia kembali, 'kan? ... begini, Chan. Aku tak bisa menjelaskan apa penyakit Minho padamu karena itu bukan wewenangku, dan dia pun tak ingin orang lain tahu. Jadi, kupikir di sini kau bisa membantunya sedikit dengan mendoakannya pada Tuhan agar dia cepat sembuh seperti sebelumnya."

Ucapan itu seketika membuatku tertegun dan tepekur selama beberapa waktu.

Doa? Berdoa pada Tuhan? Aku? Aku hanya seekor anjing, bagaimana bisa Tuhan mendengarkan doaku? Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali menapakkan kakiku di tempat berdoa. Apalagi untuk ingat kapan terakhir kali aku memanjatkan harapan pada-Nya. Mungkinkah?

"Kamu tahu?" Changbin kembali bicara, dan saat itu juga lamunanku tentang Tuhan pun buyar. "Aku pernah dengar, katanya doa hewan itu adalah doa yang akan selalu dikabulkan Tuhan. Terlebih jika si hewan memintanya dengan sepenuh hati."

Aku curiga, apa Changbin bisa mendengar isi kepalaku? Kenapa ia selalu seperti tahu apa saja? Lagi, apakah yang dikatakannya itu adalah benar? Aku ragu, namun juga penasaran sekali.

"Hhhh ... Chan, sebenarnya bukan hanya kamu yang merasa merindukan dirinya. Sebab aku pun begitu. Sebagai salah satu orang yang paling dekat dengannya, aku paham benar dengan apa yang dirasakannya saat ini. Dan aku sedih karena ia tak pernah mau mengatakan apa pun tentang keadaannya. Ia selalu menutupinya. Berpura-pura kalau semuanya baik-baik saja."

Changbin ... aku baru pertama kali melihatnya murung begini. Jikalau memang benar seburuk itu keadaannya, tolong pertemukan aku dengannya. Aku ingin melihatnya. Aku ingin mendoakannya juga.

Tuhan, tolong sembuhkan dia.

































Tuhan, tolong sembuhkan dia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SiberiChan ✓ [Banginho] (Sudah Dibukukan)Where stories live. Discover now