Who's Coming?

789 215 41
                                    

Pintu itu diketuk semakin keras dan membuatku, Umo serta si setan kayu bersama temannya semakin panik tak terhingga.

Rumah kosong, Minho sedang bekerja, di dalamnya hanya ada dua ekor anak anjing bodoh yang saling berdebat tentang; siapa yang harus melihat ke jendela kini.

"Umo, Maju!" teriakku sambil mendorong si Umo ke depan, tapi sialannya alih-alih menurut ia malah lari ke belakang sofa lagi.

"Kenapa harus aku?!" hentaknya padaku, tidak setuju.

Aku berkacak pinggang—andai aku punya—sebentar sembari menatapnya tajam. "Kamu kan anjing!" balasku sama kencangnya. Aku tidak bermaksud menghina, itu adalah fakta. Umo itu anjing.

"Tapi kamu 'kan juga anjing!" Umo berteriak lagi padaku.

"Bukan!" Aku menggeram kesal.

"Kalo bukan emangnya kamu apaan? Bebek?!"

Ck! Susah sekali bicara dengan anjing yang satu ini. Ingin kubuang ke penyampahan aja rasanya. Heran, bagaimana bisa si pendek Changbin bisa tahan punya peliharaan seperti dia?

"Enak aja!" bentakku kesal. "Bukannya bermaksud sombong, tapi asal kau tahu saja. Aku ini peranakan serigala, tahu!"

"HUAHAHAHAHA ..." Tiba-tiba saja Jisung tertawa kencang dari luar sana sambil menghentak-hentakkan ekornya berkali-kali.

"Dia bilang peranakan serigala coba?" cibirnya padaku, namun mengatakan itu pada kawannya; si kenari kuning.

"Peranakan itu apa?" Bokkie rupanya tidak paham, dan selepas mengatakan itu kepalanya segera diberi hujaman tinju oleh si tupai.

Pletak!

"Adaww! Sakit ih, Jijie galak!" jeritnya.

"Aduh, kau ini Bokkie bodoh sekali! Nanti kalau ada orang kasih permen jangan diambil!" si setan kayu malah mengoceh tak jelas.

"Memangnya kenapa?"

"Ya nanti kau disuruh bayar, bodoh!"

Aku tertawa sesaat melihat tingkah lucu dia hewan kecil itu tanpa sadar jika pintu rumah justru terbuka dari luar.

"ASTAGA!" teriak seseorang, dan aku serta Umo melonjak seketika.

***

Jisung sudah tak lagi mengganggu di balik kaca jendela. Bokkie juga sudah kembali terbang, pulang ke kandangnya di rumah tetangga seberang.

Tapi aku dan Umo justru terperangkap di dalam sepetak kandang kecil, berdesak-desakan sejak pagi hingga sore lantaran sosok remaja yang mendadak datang tadi membawa kami ke belakang, mengurung kami bersamaan.

"Gimana ini?" Umo mulai merengek tak bisa diam.

"Bisa diem gak kamu tuh? Dari tadi udah nanya itu terus empat belas kali tau!" bentakku kesal. Sungguh aku tak tahan lagi mendengar suara rengekannya itu.

"Tapi, tapi aku ... uuhhh ..." Kakinya terus menghentak-hentak tak bisa diam, mimik wajahnya pun berubah drastis menjadi aneh seperti kuda tersambar petir.

"Apaan dah?" Aku mengernyit tajam, tak begitu paham dengan tingkahnya yang semakin aneh.

"AKU MAU PIPIS, CHANNIIIEEE!" jerit Umo kencang dan aku seketika kelabakan.

"AAAAACKKKK!!! JANGAN SEKARANG, BODOHHH!"

"AKU GAK TAHAAAANNN ..." (〒﹏〒)

Sseeerrrr ....

MINHOOOO CEPAT PULAAAANGGG!! jeritku dalam hati lantaran mataku telah ternistai oleh si Umo yang pipis sembarangan tepat di hadapanku. Percayalah! Aku tidak sempat untuk mengintip anuannya tadi. Tapi aku yakin punya dia tak sebesar punyaku.

Tapi entah doaku terkabulkan atau memang sedang kebetulan saja, mendadak dari arah depan rumah terdengar suara majikan kesayanganku pulang sembari berseru lantang. Sayangnya ia tak menyebutkan namaku seperti biasanya, bukan pula memanggil nama anak anjing sialan ini. Melainkan ...

"Loh? Jeje, kamu datang dari kapan?"

Jeje? Siapa?



























Maaf ya kalo gak ngfeel ಥ‿ಥAku nulis ini sambil ngecat rumah haha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Maaf ya kalo gak ngfeel ಥ‿ಥ
Aku nulis ini sambil ngecat rumah haha

SiberiChan ✓ [Banginho] (Sudah Dibukukan)Where stories live. Discover now