Lets Go!

697 207 34
                                    

"Ayo, Channie. Changbin bilang ia hampir sampai, cepat bersiap-siap." Minho mengaitkan tali pada kalung yang kupakai sebelum mengajakku ke luar.

"Baiklah, baik. Kau ini kalau sudah semangat suka gak sabaran sekali. Untung aku ini adalah anjing Husky yang sabar, baik hati, rajin menabung—di toilet—dan tidak sombong he he." Aku berjalan setengah berjingkrak-jingkrak mengokutinya di belakang, ekorku yang baru saja disisirnya pun nampak bergoyang gemulai ke sana-sini, begitu juga dengan lidahku yang tak henti menjulur.

"Ini pasti menyenangkan!" katanya berseru gembira.

'Gguk!'

"Tentu!" Anggukku setuju, lalu dengan semangat menggonggong, dan tepat saat aku dan Minho sampai di depan pintu, mobil Changbin pun tiba di depan gerbang rumah.

Tid!

Ia membunyikan klaksonnya dengan kencang, dan aku mendecih sebal. Dasar si pendek sombong! Mentang-mentang punya mobil, pergi ke mana dibawa-bawa, ingin pamer padaku, huh? Asal dia tahu saja, dulu sewaktu aku jadi marinir, aku pernah mengemudikan tank baja juga di dalam lautan! Tapi aku tidak pamer sepertinya, tuh!

Minho melambaikan tangan singkat, ia segera mengunci pintunya dan menuntunku agar masuk ke dalam mobil. Tapi, saat hendak melangkah, aku segera berhenti di depan pintu dengan kedua tangan merentang ke samping.

"Tunggu!" teriakku, walau yang terdengar bunyinya selalu sama; gak-guk, gak-guk saja.

"Hei! Ada apa, Chan?!" pekik Minho lantaran ikut kaget.

"Aku gak mau duduk di sebelah dia!" geramku pada Umo yang ada di kursi penumpang, yangmana aku harus duduk di sana juga.

"Itu Umo, kau tidak amnesia bukan?!" ujar Minho.

"Aku gak anemia! Tapi nanti kalau dia ngompol lagi gimana?!" Aku menggeram lagi, menunjukkan geligi penuh taring pada si Umo yang duduk melongo cengok.

"Jangan ngatur! Kamu itu cuma numpang di mobilnya Abin, tau?!" jawab Umo, setengah membentak.

"Kau pikir aku mau apa naik mobilnya si pendek ini?!" balasku dengan sesekali menggonggong kencang.

Umo tentu tak terima majikannya dikatakan begitu, jadi dia membalas gonggonganku dengan menjawab, "dia gak pendek! Dia cuma kurang tinggi!"

"Sama aja! Majikanmu pendek, dan bantet!"

"Abin gak bantet! Dia cuma kurang megar aja badannya!"

"Ggggrrr!!!"

"Ggggrrr!!!"

Kami sama-sama saling menggeram dengan menunjukkan taring pada satu sama lain, dan Minho serta si pendek terlihat kelabakan; bingung bagaimana caranya memisahkan.

"Hei! Kalian kenapa jadi ribut begini, sih?!" teriak Minho sembari menarik tali kalungku dan membuatku mundur. Padahal tinggal sedikit lagi aku ingin meninju wajah si Umo yang sok imut itu. Huh! Kesalnya aku!

"Min, sebaiknya salah satu dari mereka duduk di depan saja," usul si pendek, dan Minho mengangguk setuju. Sepertinya ia akan mengeluarkan Umo dari kursi penumpang untuk pindah, tapi sayangnya ia kalah cepat sebab aku sudah lebih dulu berlari dan menyelinap ke depan.

"Hei!" teriak Umo tak senang.

"Siapa yang cepat, dia yang dapat!" jawabku seketika.

"Channie, itu gak sopan! Kamu seharusnya di belakang denganku!" pekik Minho .. mm ... entah sudah yang keberapa kali hari ini, aku tak menghitungnya.

"Ayolah, Honey! Aku tak pernah naik mobil begini, jadi biarkan aku duduk di depan bersama si pendek. Aku kan sudah mengijinkanmu duduk dengan si Umo juga!"

Changbin terlihat kaget saat aku berbicara barusan. Bukan, bukan karena dia paham ucapanku, tapi karena mimik mukaku yang suara menggerutu yang didengar telinganya membuatnya seketika bertanya pada Minho, "apa dia sedang berusaha berbicara?"

Minho mengedik pelan, "entahlah. Dia memang sering terdengar mengeluarkan suara-suara aneh seperti menggerutu padaku," katanya.

Ah, terserahlah. Mau bilang aku bicara juga kalian gak akan paham selain buntelan bulu di belakang itu. Lagipula, ini terlalu rumit untuk di—oh? Wait! Apa itu? Hei! Ini keren! Aku menemukan sesuatu di mobilnya hehe ...

"Hei pendek, aku pinjam barangmu yang ini gapapa 'kan? Oh, baiklah aku tentu akan menjaganya dengan semang hati. Terima kasih!" ucapku sembari memakai benda temuanku itu.

"Hei! Itu punya Abin! Jangan dipakai!"

"Enyah kau ompol! Aku tak bicara denganmu!"

"Astaga! Apa yang kamu lakukan, Channie?!" hentak Minho dari kursi belakang.

"Minho, anjingmu agak aneh, ya?" tanya Changbin.

Apa katamu?! Kau menghinaku?!

Tapi ... ah, sudahlah lupakan saja, anggap saja kau iri denganku, pendek. Bagaimana? Aku tampan 'kan dengan benda ini? Ha ha!

Aku sudah ketjhe!

"Ya ampun, kau ini! Benar-benar!" gerutu Minho sambil menggelengkan kepala, tapi si pendek malah tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ampun, kau ini! Benar-benar!" gerutu Minho sambil menggelengkan kepala, tapi si pendek malah tertawa.

"Biarin aja, Min. Dia lagi seneng kayaknya."

Nah, gitu dong! Dukung aku sekali-kali mah, kan asyik! Biarpun aku tahu kamu pasti gakkan kuat mendukungku.

"Oke, sekarang tunggu apa lagi, pendek? LET'S GO!"




























"Oke, sekarang tunggu apa lagi, pendek? LET'S GO!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayahhh ... beneran dah, nulis ini kek orang gila. Cekikikan sendiri! Maap ya, isinya gaje.

SiberiChan ✓ [Banginho] (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang