What's Your Name

1.4K 316 33
                                    

Hangat. Aroma vanila lembut dan suara letupan api dari kayu yang dibakar terdengar bersaut-sautan dengan suara orang yang bersenandung kecil, entah dari arah mana.

Aku membuka mataku perlahan, menghalau dari pendar lampu yang menyengat netra sebelum menemukan sebuah perapian kecil tengah menyala di tengah ruangan. Tak ada siapapun di sini, hanya ada beberapa benda; sofa, meja kaca, lemari pajangan yang pertama menyapaku tanpa kata-kata.

Aku di mana?

Aku tak tahu aku berada di mana saat ini, tapi sebuah tempat tidur bulu dengan corak ikan, serta sehelai selimut tebal menutupi separuh tubuhku. Dan selilit perban putih membalut lengan kiriku yang terasa sakit sekali saat kucoba tuk gerakan.

"Ah, kau sudah bangun rupanya."

Aku mengangkat kepalaku dan menemukan seorang lelaki tengah berjalan dengan membawa segelas susu mendekat ke arahku. Ia meletakkan susu itu di atas meja sebelum berjongkok dan mengusap kepalaku dengan lembut.

Lembut.

Ah, kenapa rasanya enak sekali saat tangan yang ternyata berukuran tak seberapa besar itu membelai buluku? Aku merasa nyaman, dan juga aman secara bersamaan, padahal notabenenya dia orang asing dan harusnya aku bertingkah waspada. Siapa tahu dia diam-diam sudah menyiapkan wajan dengan wortel serta brokoli untuk merebusku nanti? Bisa saja 'kan?

"Jangan takut, anjing kecil. Aku menemukanmu di jalanan sehabis berbelanja tadi. Tapi karena kakimu kulihat terluka jadinya aku membawamu pulang ke rumahku," tuturnya.

Suara itu terdengar lembut sekali dan penuh afeksi. Sama seperti rupa dari wajahnya yang ... manis!

Oh, Tuhan ... kenapa lelaki ini berwajah manis? Kenapa hidungnya bangir sekali? Kenapa matanya bulat dan indah seperti ditaburi banyak bintang di dalamnya? Juga bibirnya itu, seperti buah persik yang sudah masak. Kenapa dia ... cantik?

Aku menggelengkan kepalaku ribut dengan wajahku berusaha tak mengarah pada wajahnya yang masih memandangku.

Ini gila! Aku rasa aku menyukainya. Ha ha ha ... aku mulai gila rasanya. Dan tanpa kusadari sejak tadi aku sudah menjulurkan lidah dengan tatapan mata bulat memandangnya. Sangat indah. Ah, sungguh haruskah aku mengulanginya lagi? Dia begitu indah.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya kemudian padaku, sepertinya dia khawatir.

Guk!

Iya! Jawabku padanya, dan tak lupa juga aku memasang wajah sebaik mungkin agar ia tak lagi cemas padaku.

"Oke, aku anggap itu jawaban iya darimu," katanya dan lagi-lagi mengusap pucuk kepalaku sesaat, lantas ia kembali berucap, "sepertinya aku harus memperkenalkan diriku padamu."

Guk!

Ayo! Beritahu namamu! Siapa namamu! Aku sudah tak sabar mendengarnya siapa namamu!

"Ha ha ... kau anjing kecil yang ceria. Baiklah, perkenalkan namaku Minho, Lee Minho. Jadi, siapa namamu, anjing kecil? Apa kau punya Tuan? Di mana rumahmu? Kau tersesat?" tanyanya sekaligus padaku.

Aku ingin menjawab; namaku Chris! Aku anjing liar dan aku tak punya rumah. Tapi apalah daya, ia takkan bisa mengerti apa yang aku ucapkan. Jadi, aku hanya duduk diam dengan mata berkedip-kedip memberi tanda jika semua yang ditanyakan tak memiliki jawaban.

"Apa dia anjing liar?" kali ini ia bergumam sendirian, bukan padaku. "Apakah aku harus merawatnya juga?"

Guk! Guk!

Iya! Iya! Ayo rawat aku! Aku akan jadi anjing yang baik untukmu! Tuan Mino, ah bolehkah aku memanggilmu begitu? Tuan?

Minho terlihat mengulum senyum sebelum menjawab, "tapi bagaimana jika ada orang yang mencarimu di luar sana? Secara fisik, aku tak melihat jika kau benar-benar seperti anjing liar. Maksudku, badanmu gemuk, bulumu juga bagus walau sedikit kotor, dan kau tampak sehat. Jadi, aku ragu apakah aku harus membiarkan dirimu tinggal di sini atau tidak," paparnya panjang.

SiberiChan ✓ [Banginho] (Sudah Dibukukan)Where stories live. Discover now