Matanya menatap tajam Gesa yang menatap nanar seorang adiknya itu. Adiknya yang bertahun-tahun tak berjumpa dengannya. Sekali berjumpa, ia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

"Kenapa kau begitu? Apakah kau tidak merindukan kakakmu?" itulah kalimat yang mendadak muncul di mulutnya, menyuarakan kata hatinya.

"TIDAK!!! TIDAK AKAN PERNAH!!! BAYANGKAN JIKA KAU MENANGIS SEORANG DIRI DI KAMAR DAN TIDAK ADA YANG MEMEDULIKAN DIRIMU, ORANG-ORANG SIBUK BERLARI-AN, ORANG-ORANG SIBUK MENGURUS INI ITU, IBU AYAH MENINGGAL!!! DAN KAU!!! KAU MELARIKAN DIRI???! MENINGGALKAN AKU YANG MASIH KECIL SENDIRIAN???? APAKAH KAU PANTAS DI SEBUT.." ucapannya terhenti ketika mulutnya menutup, tak berani melanjutkan kalimatnya.

Gesa mengeluarkan air mata ditempat. Kini pikirannya hanya terisi, kenapa adikku begitu? Kenapa? Bahkan ketika dirinya membuka pintu kamar ibunya itu, Victoria tidak ada di kamar? Kenapa?

Lamat-lamat ingatan itu muncul kembali.

Xicto-Victo mengeluarkan elemennya untuk menyerang Gesa. Gesa hanya bisa diam, dia bahkan tak punya tenaga untuk mengeluarkan elemen yang terkenal kuat di seantero academy, dia tak kuasa menyerang orang yang bahkan sangat ia rindukan. Gesa biarkan Victoria menyerangnya.

Bola biru keunguan itu keluar dari tangan Xicto dan bergerak cepat ke arah Gesa. Gesa yang menatap Xicto diam tak berkutik.

Wush. Brakkkkkkkk.

Gesa terdorong beberapa meter ke belakang, kini bukan dalam posisi berdiri lagi melainkan jatuh seperti orang terduduk memegangi lengannya.

Elemen yang dimiliki Xicto sebanding dengan miliknya. Sekali hentakan, orang itu bisa saja terpelanting ke belakang beberapa meter jauhnya.

Victoria tersenyum kecut melihatnya. Tatapannya kini beralih ke arah laki-laki berambut merah yang datang tiba-tiba di samping Gesa.

"Berhenti, jangan lakukan itu!!!" teriaknya.

Xicto berubah kembali menjadi Xicto pemilik rambut pirang, ia langsung melenggang pergi, mengabaikan ucapan itu, dan mengabaikan seorang 'kakak' yang tengah kesakitan karena elemennya.

Dia tidak peduli. Tidak!!!

Gesa memejamkan matanya kuat-kuat. Flame yang datang tiba-tiba itu menghembuskan napas gusar, diusapnya wajahnya dengan kasar.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau diam seperti ini? Bahkan kau tak berdaya seperti ini Gesa??? Ada apa??? Siapa dia??? Apa dia??"

Flame sempat melihat Xicto dengan penampilan berbeda.

"Victo.."

Flame yang mendengarnya terkejut, tubuhnya menegang tubuhnya membalik ke belakang. Tapi, Perempuan itu sudah tidak terlihat wujudnya lagi.

"Ternyata benar... Victo...." gumamnya.

Disisi lain, keberadaan flame membuat Xicto dengan penampilan barunya memilih pergi dan bertransformasi menjadi Xicto yang sebelumnya.

Tentu saja flame mengetahui adik perempuan Gesa itu. Dulu, mereka berpisah dengan Victoria yang berusia 3 tahun. Dimana Victoria tengah tertidur pulas di kamarnya sewaktu pesta itu, karena pesta itu sudah larut malam. Nasnya teriakan-teriakan membuat dirinya terbangun dan langsung dihadapkan dengan beberapa orang yang memakai jubah hitam.

Victoria menangis, meminta tolong, berteriak sebisa mungkin.

Tidak ada, tidak ada yang datang.

Tepat ketika portal antar waktu itu terbuka... Victoria berhasil di bawa oleh bejubah itu pergi melewati portal itu. Hingga keduanya tak menemukan sosok Victoria. Tapi keduanya yakin, Victoria masih hidup, bahkan hingga sekarang.

Flame memapah Gesa yang masih terdiam, darah segar yang keluar dari ujung mulutnya pun tak ia seka sendiri, Flame menghela napas, lagi-lagi Gesa diujung ketakutan. Ia tahu, Gesa sangat takut jika adiknya benar-benar berubah, melupakan dirinya, atau bahkan tidak ingin mengenalnya.

Gesa melepas pegangan tangan Flame.

Flame tahu apa yang akan pemuda itu lakukan jika sudah memberontak seperti ini.

"Ges, dengerin gue! Jangan sampe lo nyakitin diri lo lagi!"

Flame segera menghadang elemen yang dikeluarkan tangan Gesa. Gesa memberontak. Sebuah benda mirip serpihan kaca berada diatas tangannya. Ingin ia goreskan pada dirinya sendiri.

"Ges! Lo sadar ges! Sadar!" Flame melempar benda itu dari tangan Gesa.

Sorot mata Gesa menatap tajam Flame, sorot ketakutan itu tercetak jelas di matanya.

"Lo bunuh gue gapapa, asal jangan nyakitin diri lo sendiri Ges!" kedua tangan Flame memegang tangan Gesa.

Gesa menunduk. Mengikuti apa yang Flame perintahkan. Keduanya berteleport ke arah UKA.

✨✨✨

Helloo~
gimana part ini???
Huhuhuu, semoga kalian suka yaa...
Udah lama aku ga update karena verry busy hikd...
Apa kabar kalian? Semoga selalu sehat yaa!!

Luv, my readers💛~
jgn lupa istirahat!!!

ELEMENTER CLUSTERSWhere stories live. Discover now