39

16.9K 1.1K 9
                                    

"Masih lemes?"

Dirga mengangguk. Hari ini dia sampai tidak ke kantor. Lemas sekali badannya. Kini dia sedang tiduran di paha Dara. Memejamkan matanya dengan deru napas teratur.

"Kasihan sekali papamu nak. Jangan nakal-nakal ih. Ntar papamu pingsan gimana?"

Mendengar perkataan Dara, Dirga membuka matanya. Tersenyum terkekeh. Beringsut memalingkan dan mengusak wajahnya ke perut Dara. Menciumi perut datar namun berisi calon nyawa tersebut.

"Tidak apa sayang. Mau bermain-main dengan papa juga gak papa. Asal kamu disana sehat-sehat saja," ucapnya lalu memeluk perut wanita itu.

"Haha... dasar. Ntar giliran dikerjain beneran bingung. Sok kuat kamu."
"Aku emang kuat ya... emuach! Emuach! Kamu denger kan, jagoan papa?" ucapnya kembali mengusak wajahnya di perut Dara.
"Ih, udah. Geli. Lepas."
Dara tertawa kecil. Kembali ke posisinya tadi. Memandang wanitanya dari bawah.

"Untung aja kamu gak nyidam yang lebih aneh," tukasnya.
"Aneh gimana?" Alis Dara berkerut, cantik.
"Yaaa... maybe kamu suruh dandan seperti penampilan lamamu itu. Pakai make up ketebalan, alis kotak, terus tompel. Ah, rasanya tak sanggup membayangkannya."
Dara tergelak.

"Lucu tahu... sekarang aku dandanin kayak gitu ya?"
"Eh! Ya jangan. Aku hanya bercanda sayang... jangan dianggap beneran dong."
"Gak mau. Tiba-tiba aja pengen. Gak mau kan anakmu ileran?"

Glek. Dirga menelan salivanya kasar. Astaga! Salah omong kan dia? Dara mendorong-dorong kepalanya supaya menyingkir.

"Kamu duduk aja sandaran. Biar gak lemes-lemes amat."

Dirga terpaksa menurutinya. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini. Cari masalah dengan ibu hamil ya konsekuensinya begini. Dara membawa semua peralatan make up-nya ke atas ranjang. Duduk bersila di depan Dirga yang tengah sandaran di heasboard dengan senyum lebarnya. Berbeda dengan Dirga yang menatap wanita itu ngeri. Seakan eksekusi menantinya.

"Nah, mari kita mulai. Abis ini kita selfi ya? Pasti kamu cantik banget."
"Yang... ayolaahh," rengek Dirga, memohon. Kasihan sekali melihat wajahnya yang memelas.
"Hmm... No. Ini permintaan dia loh."

Dirga tak bisa melawan lagi, pasrah. Membiarkan Dara memainkan make up di wajah maskulinnya. Masih mending kalau make up cantik yang dipakai. Lah, ini? Apa gak mirip mak lampir wajahnya nanti?

"Nah, nurut gini kan ganteng. Sabar sayang. Gak lama kok."

Sebenarnya mendengar sebutan 'sayang' yang terbilang jarang keluar dari bibir mungil Dara, membuat Dirga senang, tapi meluntur karena situasi yang tidak pas. Ah, sudahlah.

Terasa dinginnya alat-alat make up yang menyentuh lembut wajahnya. Juga tangan halus Dara yang mengusap lembut memakaikan foundation dan lainnya. Juga saat lipstik menyentuh bibirnya. Rasanya aneh. Apalagi saat eyeliner dan maskara menyentuh matanya. Dia memekik takut kecolok. Dara santai-santai saja. Malah tergelak senang melihat wajah tersiksa Dirga.

"Yang, udah, please," pintanya putus asa.
"No... not yet, husband. Bengar lagi loh. Cantik banget kamu tuh."
Cantik darimananya, astaga...
Dirga terbatuk-batuk saat bau bedak menyapa hidungnya. Nasib pria tak pernah dandan mendapat serangan mendadak begini. Untung saja pintu ditutup. Bagaimana malunya kalai sampai mama mertua atau bi Ijem melihatnya.

"Cah! Selesai," senyum Dara mengembang. Sedang Dirga, ya... dia lega, akhirnya penyiksaan ini berakhir. Menyandarkan punggungnya di headboard. Kulitnya terasa berat. Apalagi matanya ada alis palsu yang menggantung.

"Buka matamu, selfi check..."

Ckrek!

Netra Dirga membulat. Belum selesai kagetnya karena Dara tiba-tiba merangkulnya, ditambah syok melihat wajah disamping Dara yang melebihi nenek lampir. Waria yang tak ada cantik-cantiknya. Sayang sekali, itu wajahnya sendiri.

Rahasia Istri Jelekku (Ending)Where stories live. Discover now