Dandelion 50

37 24 3
                                    

Pedal rem diinjak kuat oleh Won saat seorang Gadis tiba-tiba hendak menyebrang jalan. Sociopath itu menatap nyalang sadar bahwa Gadis di depan sana melakukan hal itu dengan sengaja. Won berdecih, dia benci melihat mata amber itu setiap kali muncul di depannya, kini dia justru bergeming di tengah jalan dan menghalangi laju mobil.

"Gadis gila!" gumam Won dengan geram.

Giginya beradu di dalam sana mengunyah udara. Belum reda kemarahannya, kini dia harus menghadapi masalah lain.

"Minggir!" pekik Won seraya memukul klakson mobil dengan kuat, suara nyaring itu tidak membuat Gadis itu bergeming. "Heiii apa kau tuli?"

Gadis di depannya justru menyeringai seolah hal barusan tidak merugikan siapapun. Habis sudah kesabarannya, Won bangkit dari kursi kemudi, lalu secepat mungkin menarik lengan si Gadis. Hempasan kasar itu terasa sakit bagi Jieun, tapi Gadis itu tidak meringis sedikitpun.

"Kau sudah gila, huh? Jika ingin mati, mati saja sendiri jangan kau coba mengotori mobilku dengan darahmu!" maki Won pada Jieun yang diam tanpa balasan. Tidak ada ekspresi yang tergambar di wajah cantiknya. Datar seperti orang yang tidak memiliki indra perasa di tubuh. "Kau tau. Aku muak setiap kali melihatmu, tapi kenapa kau selalu muncul di hadapanku, kenapa?"

Jieun kembali menyeringai mendengar cacian itu keluar dari mulut sociopath di depannya.

"Bukankah kau sendiri sudah tau alasan mengapa aku selalu memperhatikanmu, mengekorimu, dan-!"

Won mengeryit saat kalimat menggantung itu tertahan. "Dan?"

"Mencintaimu!" Lanjut Jieun dengan lirih.

Won mendengus kesal, entah sudah berapa kali dia dengar pernyataan cinta darinya, hingga telinga Won terasa panas.

"Harus berapa kali aku jelaskan padamu, Jieun?" Won mengambil nafas pelan dia sungguh lelah. Rasanya seperti memainkan lagu lama yang Won hapal liriknya. Bahkan semua kalimat itu seolah merekat erat dan terangkai dengan rapih di dalam kepala. "Aku tidak menyukaimu, jadi jangan berharap lebih untuk itu."

Jieun terkekeh membuat sociopath di depannya menaikan sebelah alis, merasa aneh sebab dia tidak mengucapkan sesuatu yang lucu.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Won penasaran dengan alasan Jieun tertawa.

"Apa aku tidak boleh menyukaimu? Apa rasa cinta di hatiku ini tidak boleh mendapat balasan dari orang yang aku cintai?" jawab Jieun dengan kesal. Manik mata amber itu mulai basah tanpa dia sadari. Runtuh sudah dinding pertahanan yang selalu dia pasang sangat kokoh saat berhadapan dengan Won. Dia sungguh tidak tahan lagi diacuhkan olehnya dua tahun setengah tanpa alasan. "Kenapa diam? Jelaskan padaku, berikan alasan kenapa aku tidak boleh menyukaimu?"

Won memekik, "Karena kau sudah tidak waras!"

"Aku ... tidak waras?" Jieun bungkam dengan tangan mengeras. Air mata yang sudah tidak dapat terbendung itu jatuh membasahi pipi. "Kau yang membuatku menjadi orang yang tidak waras Park Sae Won, kenapa kau sejahat ini padaku?"

Isak tangis mewarnai pematang jalan yang lengang. Malam itu Won untuk pertama kalinya melihat Jieun menangis setelah sekian lama dia mencaci dan memakinya. Air mata yang dia harap keluar tiap kali berteriak di depannya tampak jelas. Namun, Won justru menyesal dan tidak ingin melihatnya sekarang.

"Diamlah," titah Won, suara baritone itu melembut seketika.

"Apakah menunggumu selama dua tahun setengah tidak cukup?" Won tidak dapat membalas ucapannya dan memilih menunggu Jieun selesai. "Tidak bisakah kau berikan sedikit saja tempat di hatimu untukku?" Jieun menyeka air matanya, suara isak tangis itu masih terdengar di telinga.

Dandeliar ✔Where stories live. Discover now