Dandelion 11

39 31 2
                                    

Dara mengayuh sepedah perlahan. Dilirik olehnya alamat di secarik kertas putih seraya memperhatikan area sekitar. Dia sesekali tersenyum saat beberapa anak kecil berlarian kesana-kemari, bermain dengan riang gembira di hari minggu pagi yang cerah.

Sepedah biru mudah milik Morning florist melaju cepat di atas pematang jalan yang lengang. Dara kembali terkejut saat dirinya masuk ke dalam area perumahan elit lain. Angka-angka yang tertera di depan gerbang besar nan kokoh.

'Wahhh keren sekali!' batin Dara kagum saat melihat rumah-rumah besar di sepanjang jalan. Dia pikir rumah di daerah ini terlihat lebih mewah dari perumahaan elit di daerah Jieun yang dia lihat beberapa waktu lalu. Bentuk, serta designnya terlihat sangat kontras. Dara menyakinkan diri bahwa dia pernah ke tempat ini sebelumnya. Namun, kenapa dia tidak ingat dengan rumah-rumah ini saat melewatinya untuk kedua kali.

Dara berhenti di depan sebuah rumah besar dengan design tradisional. Gaya bangunannya terlihat classic. Namun, tetap indah dipandang mata, struktur bangunnya terdiri dari tembok dengan banyak jendela kaca dan diselingi huruf aksara jepang di beberapa bagian depan gerbang, nuansa pedesaan jepang langsung terasa sesaat setelah melihat rumah ini.

Dara memarkirkannya sepedahnya di depan gerbang, lalu turun dengan meraih bunga matahari yang sudah dirangkai dengan indah. Dilirik sekali lagi huruf hangeul yang ada di kertas surat, terselip di antara batang bunga.

'Happy birthday Jill' Dara mengulum senyum saat membaca kalimat manis di secarik kertas itu, lalu berjalan mendekat ke arah gerbang mendapati seorang Pria paru baya berumur tiga puluh lima tahun mendekat setelah melihat kehadirannya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.

"Saya membawakan pesanan bunga," ungkap Dara seraya menujukan buket bunga matahari yang ada didekapannya.

"Baik, tunggu sebentar ya!" penjaga gerbang itu mengeluarkan sebuah walky talky, lalu berjalan menjauh dari depan gerbang.

Dara meneliti rumah tersebut melalui sela-sela gerbang. Ada sebuah ayunan kayu disana yang tampak apik dipadukan bersama meja kecil dengan warna selaras. Dara juga mendapati sebuah mobil sport berwarna putih merek Aston Martin yang terparkir di depan rumah. Entah bagaimana dia bisa mengetahui merek mobil itu dengan cepat.

Tidak lama gerbang terbuka secara perlahan membuat Dara memutar tubuhnya, kemudian seseorang mendekat. Dia tersenyum setelah menunggu cukup lama, lalu menyapa sang pembeli.

Dara membungkuk memberi salam. "Annyeonghaseyo, ini pesanan anda tuan. Sebuah buket bunga matahari, kami juga sudah menyelipkan kartu ucapan yang anda berikan."Dara menyodorkan buket itu padanya. "Ada lagi yang perlu-" Kalimat Dara tertahan, sesaat setelah menatap manik mata berwarna hazel yang selalu dapat menghipnotisnya. Oksigen di dekatnya terasa menipis, tengorokan Dara bahkan seperti tercekik saat melihat Pria tampan itu ada di hadapannya saat ini.

"Kau!" pekik Dara kaget seraya menunjuk Won dengan tangan gemetaran. "Kenapa kamu keluar dari rumah itu?" lanjutnya tidak percaya.

Won menahan tawa saat melihat ekspresi terkejut Dara. Gadis itu benar-benar panik saat melihat Won ada di hadapannya. "Ini rumahku asal kau tau."

Dara menganga, tersadar bahwa pertanyaan yang dia lontarkan padanya adalah hal paling konyol yang didengar oleh Won. Dia mendesah pelan membuang tatapanya ke sembarang arah. "Dara, dasar bodoh!" makinya pelan beberapa kali dan mengigit bibir.

Won memakai yukata berwarna biru berpadu hitam. Ada beberapa motif sakura putih di bagian kerah, serta bawahnya. Tidak lupa sebuah terompah dengan tali berwarna putih membuat tubuhnya semakin terlihat tinggi saat dilihat dari dekat seperti ini.Dara tersenyum dengan mata berkilat sadar bahwa dia tidak bisa berlama-lama sekarang, terlebih jatungnya juga mulai berdetak tidak karuan saat ditatap oleh sociopath tampan itu.

Dandeliar ✔Where stories live. Discover now