Dandelion 45

24 22 0
                                    

"Aku menyukaimu!" ungkap Gadis bermata amber dengan tatapan dingin-sedingin es.

Ruang basket itu menjadi lengang saat dua kata itu menyatu sempurna layaknya sebuah mantra sihir, hanya ada mereka berdua di dalam sana saling menatap pupil satu sama lain, Jieun tidak berharap bertemu Won di sini, tapi dia merasa harus mengulang kalimat kesukaannya. Pasalnya Won tidak pernah berfikir bahwa ada orang yang tulus mencintainya hingga saat ini.

Dia juga sudah tau bahwa akan ditolak mentah-mentah oleh Won, meskipun begitu Jieun tetap saja melakukannya, dirinya seperti terus melompat ke lubang yang sama berkali-kali. Dia merasa bodoh, tapi rasa suka di dalam hatinya sungguh menggebu-gebu dan tidak dapat dia tahan.

Won mendengus pelan, dia sungguh bosan mendengar kalimat tua itu keluar dari mulutnya. Sudah beberapa kali dia tekankan pada Gadis di depannya bahwa dia tidak menyukainya, tapi dia tetap saja Jieun mengatakannya lagi dan lagi.

"Tapi aku tidak, lalu kau mau apa? Melaporkanku ke polisi sebab aku tidak membalas perasaanmu?" Tatapan Won menajam mencoba mengintimidasi, dia sungguh meradang dibuatnya.

Won merasa Jieun bukanlah Gadis bodoh yang tidak mengerti dengan bahasanya.

"Iya, aku siap jika aku bisa. Setidaknya polisi mungkin bisa membuatmu menyukaiku!" ungkap Jieun membuat Won menggeleng tidak percaya dan berfikir seharusnya dia masuk ke rumah sakit jiwa untuk menjalani terapi.

Won berniat beranjak dari sana, dia tidak ingin membuang waktunya hanya untuk meladeni Jieun. Namun, lengannya dicekal oleh Gadis itu dengan paksa.

"Apa lagi?" Ruang basket itu kembali lengang seketika, bagaimana bisa Jieun ada di sini saat Won tidak sengaja datang. Sungguh kesialan baginya. "Aku jujur saja bosan mendengarmu mengatakan hal yang sama berulang-ulang."

Jieun mengigit bibir bawahnya, jika dia orang yang tidak optimis sudah pasti dia akan menyerah saat ditolak pertama kali oleh Won. Namun, Jieun tidak serapuh itu dia akan berusaha meminta hati Won dengan paksa. Segala cara akan dia lakukan untuk menakhlukkan si pujaan hati.

"Bagaimana-" Kalimat yang Jieun ucapkan tertahan dia jelas tidak ingin Won pergi begitu saja seperti kejadian yang sudah sering dia alami selama ini, Pria bermata hazel itu sangat senang mencampakkannya dan tidak memberikan kesempatan pada Jieun untuk masuk meskipun hanya sebentar, apakah ruang di dalam hatinya terlalu sempit hingga dirinya tidak dapat tempat di dalam sana. "Caranya agar kau bisa menyukaiku juga?"

Won mengeryit mendengar kalimat itu, sungguh kegilaan apalagi yang terucap dari mulutnya Jieun. "Tidak ada, aku hanya tidak memiliki rasa padamu! Itu saja." Tangan yang sudah terlepas itu di tahan untuk kedua kalinya oleh Jieun, dia masih tidak dapat menerima pernyataan pahit bahwa dia ditolak lagi. "Kau gila, sudah aku katakan berapa kali? Harus bagaimana aku jelaskan padamu?" Won berbalik setelah menghempas cekalan di lengannya.

"Katakan apa yang kurang dariku? Kenapa kau tidak membiarkan aku masuk ke dalan hatimu?" Won menggeleng pelan mendengarnya, sungguh keras kepala dan kekanak-kanakan.

"Hatiku sudah penuh," jawab Won ketus tanpa peduli dengan perasaan Jieun.

Jieun mengeryit. "Penuh oleh siapa? Dara?" tebaknya dengan spontan membuat Won terdiam.

"Kau tidak perlu tau!" balas Won.

"Lalu, bagaimana dengan Shin Hana?" Kalimat itu berhasil membuat langkah kaki Won tertahan, Pria bermata hazel itu jelas meradang dengan hal yang baru saja Jieun ucapkan. Kedua bola matanya menatap legam ke arahnya berusaha membuatnya jera. "Apa aku harus meregang nyawa dahulu, baru setelah itu kau dapat menyukaiku?"

Won menyeringai tidak percaya Jieun akan membahas kembali masalah dua tahun lalu yang sudah Won coba kubur dalam-dalam, meskipun beberapa minggu yang lalu hal itu sempat menghantui dirinya.

Dandeliar ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant