Dandelion 1

83 51 15
                                    

Dara terbelalak melihat pemandangan di depannya. Kedua mata indah itu bebinar menatap gedung-gedung sekolah yang tinggi dengan sebuah lapangan luas. Langkah kaki Dara menuntunnya masuk ke dalam sekolah secara perlahan seraya melirik anak-anak lain yang diantar mengunakan mobil mewah.

Dara bergeming sesaat melihat mereka keluar dari dalam mobil satu-persatu. Sopir mereka membukakan pintu agar para majikan bisa keluar dengan mudah. Dara mengeleng pelan, baru kali ini dia melihat sesuatu yang aneh seperti ini, bibir kirinya tertarik ke atas tersenyum mengejek.

'Dasar manja, memangnya tidak bisa buka pintu sendiri?' kekehnya dalam hati.

Dara memalingkan wajah dan berlalu begitu saja dari sana. Dia berjalan secepat yang dia bisa sebelum mata dan hatinya sakit melihat kelakuan anak-anak manja Dongtan.

Dara mencoba berbaur di antara murid-murid lain yang mengenakan seragam, jujur itu tampak indah di tubuh mereka. Berjalan di dalam koridor yang besar dan luas dengan banyak loker milik para murid Dara mencoba menyentuh benda itu sambil berjalan terus ke depan, dalam perjalanan menuju kelas baru Dara melewati beberapa ruangan.

"Studio rekaman," gumam Dara mengeja tulisan berbahasa inggris yang di bawahnya tertera huruf hangeul berwarna biru.

Dara berjalan acuh melewati studio musik begitu saja tanpa ingin tau apa yang ada di dalamnya. Namun, belum jauh dia melangkah, kakinya berhenti saat telinga Dara menangkap bunyi tuts piano dari dalam ruangan yang baru dia lewati.

Hal itu membuatnya tertarik. Sesuatu dalam hatinya memaksa Dara mundur, untuk sekedar melihat siapa yang telah menekan tuts piano tersebut dan sekarang sedang memainkan sebuah lagu.

Dara berjalan perlahan, mengendap-endap seperti seorang pencuri. Dirinya mengintip dari balik kaca tebal yang berhadapan langsung dengan studio. Seorang Pria mendudukan diri di sana, bermain layaknya seorang professional. Wajahnya tertutup oleh piano besar berwarna putih. Dara sempat melirik dua buah gorden yang tidak ditutup.

'Mungkin dia lupa menutupnya,' pikir dara sekilas.

"Wow!" gumamnya takjub, bahkan tanpa sadar Dara tersenyum dan memejamkan mata, mengikuti irama musik yang mengalun indah dari tuts piano yang dia tekan. Dara menikmati permainannya. Itu membuat hati dan pikirannya tenang untuk sejenak. Lagu itu seakan menyatu dengan dirinya, Dara tidak membuka matanya sama sekali mencoba menghayati denting piano yang sedang mengalun.

Setelah beberapa menit murid itu selesai memainkan piano dia menoleh, karena merasa ada seseorang yang memperhatikan dari luar studio. Dara membuka mata perlahan saat permainan pianonya telah usai. Tatapan mereka berdua beradu selama beberapa detik, mereka mempertahankan posisi masing-masing. Dara tersadar, dia yang gugup segera memberikan tepuk tangan meriah, membuat murid itu menarik simpul tipis.

Dara membalas tersenyum dengan kikuk. Si murid beranjak dari dalam ruang studio berjalan keluar menghampiri Dara dengan langkah cepat.

"Annyeonghaseyo," sapanya pada Dara seraya tersenyum hangat.

Dara tertegun dengan kalimat lengkap sapaan yang dia ucapkan barusan. Dara menunduk beberapa kali. Si Pria tersenyum melihat tingkah Dara yang menurutnya lucu.

"Annyeonghaseyo," balas Dara.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Ah, itu. Aku tadi tidak sengaja lewat, lalu melihatmu memainkan piano classic itu, sangat bagus," ucapnya seraya tersenyum dan mengangkat jempol ke udara. Memuji permainan si Pria yang membuat Dara hanyut. "Baiklah, aku pergi. Dah!" Dara mencoba menyudahi obrolan.

"Tunggu!" panggilnya pada Dara membuat dia menoleh detik itu juga. Si Pria itu kembali mendekat pada Dara. "Aku tidak pernah melihatmu, apakah kau murid baru?" Dara menganguk pelan.

Dandeliar ✔Where stories live. Discover now