Dandelion 29

20 21 0
                                    

Dara terdiam saat Won memberinya sepucuk surat undangan ulang tahun yang akan diadakan besok jam tujuh malam di kediamannya. Namun, hal lain yang membuatnya terdiam dan memperhatikan adalah tampilan dari undangan itu sendiri.

"Yang itu spesial," kekeh Won saat Dara meneliti bagian depan udangan yang terbalut emas murni. Dia yakin harga untuk undangan yang Won berikan padanya tidaklah murah, itu terbukti dengan logo di depan kop surat. Seingat Dara, dia pernah mengantarkan pesanan bunga ke perusahaan ini sebelumnya.

Dara berdecak kagum pasalnya baru kali ini dia melihat undangan pesta ulang tahun yang terlihat sangat mewah. Bahkan lebih mewah dari semua undangan yang pernah dia dapat.

"Serius?" Dara tekerjap. "Tapi, Kenapa orang kaya selalu menghamburkan uang mereka untuk hal-hal yang tidak begitu penting?"

Won mengulas senyum medengar hal itu. "Hanya sekali dalam setahun, aku hanya membuat empat buah yang seperti itu. Jika dipikir tahun lalu justru lebih mewah dari ini. Orang tuaku benar-benar menyiapkannya semuanya dengan matang."

Alis Dara terangkat merasa tau kemana tiga undangan lainnya Won berikan.

"Aku belum pernah pergi ke pesta dansa sebelumnya!" ungkapnya malu. "Maaf jika nantinya aku akan mengacaukan acaramu." Ini akan jadi pesta dansa pertama bagi Dara mengingat tahun lalu dia datang ke acara ulang tahun Alex dengan pakaian biasa.

"Tidak apa, kita lakukan bersama kalau begitu." Won terkekeh.

"Bukan begitu, aku bingung harus memberimu kado apa, mengingat kau adalah anak seorang pianist terkenal. Pasti tidak ada sesuatu yang kau inginkan, sebab semuanya telah terpenuhi!" tutur Dara.

Won terdiam, merasa mengerti akan kesulitan ekonomi yang Dara hadapi. "Kehadiranmu lebih penting. Jangan sampai tidak datang, karena hal itu!" ingat Won penuh harap.

Ri El mendekat tertarik pada obrolan yang mereka buat, sebab sejak tadi dia hanya menyimak mereka berdua dari meja kasir. "Apa itu?" Ri El merebut undangan itu seraya meneliti setiap bagiannya. "Undangan?"

"Pesta ulang tahun Won, akan diadakan besok malam," seru Dara.

Ri El memutar bola mata dengan wajah tertekuk. "Bagaimana denganku, kau jahat sekali tidak mengundangku ke pesta ulang tahunmu!" rengek Ri El merasa dicurangi.

"Ini." Won menyodorkon undangan berwarna silver untuk Ri El.

Ri El membandingkan tampilan dari kedua undangan tersebut. "Kenapa undanganku berbeda dengan milik Dara?" tanyanya seraya mencibir. "Menyebalkan sekali, tapi baiklah aku akan tetap datang bersama Alex." Ri El menjauh seraya bersenandung riang. Dara, dan Won saling melirik, lalu terkekeh akan tingkah Ri El.

Mata Won bergulir ke arah pergelangan tangan Dara. "Bagaimana pergelangan tanganmu? Apa masih terasa sakit?" tanya Won.

Dara bungkam beberapa detik. Matanya bergulir ke kiri, kala mendapati Ri El saat ingin memberitahu Won, bahwa Kian datang kemari dan mencekal erat lengan Dara hingga pergelangan tangannya terasa nyeri. "Ini baik," jawab Dara spontan tidak membiarkan Gadis itu bicara, Ri El hanya mencibir dari meja kasir.

"Syukurlah," ucap Won senang. "Ohh ya, aku harus pergi." Won beranjak dari tempat duduknya.

"Tidak ingin makan sesuatu?" tawar Dara berusahan menunda kepergiannya yang terasa begitu cepat.

Won menggeleng pelan, menolak tawaran yang Dara berikan. "Banyak pelanggan, aku tidak ingin perhatianmu teralihkan karena kehadiranku," godanya pada Dara dengan ulasan senyum tipis.

Dara mendesis sebal dalam hati membenarkan kalimat yang Won lontarkan, karena dirinya memang sudah lama terpikat pada Won. "Kau ini, baiklah hati-hati!" Won melambai beberapa kali dengan senyum, pintu kaca itu ditutup dari luar. Namun, Won masih dapat melihat Dara dari luar, dia bahkan kembali melambaikan tangan sebelum benar-benar pergi.

Dandeliar ✔Where stories live. Discover now