Dandelion 16

33 30 2
                                    

"Apaaaaaa!" pekik Ri El dengan suara serak, tidak percaya dengan kalimat yang baru saja Dara ucapkan seraya terlonjak dari duduk.

Ruang perpustakaan yang lengang itu seketika riuh oleh suara yang Ri El buat, sesuatu yang Dara ungkapkan padanya seakan membuat senang sekaligus heran.

"Stttt," desis Dara panik, matanya mendelik pada Ri El yang masih berdiri dengan tangan di atas meja.

Ri El membungkuk beberapa kali meminta maaf dan kembali mendudukan diri setelah sadar.

"Kau serius sociopath itu-" Dara menganguk beberapa kali dan jelas hal yang dia ungkapkan barusan bukanlah bualan belakang, mengingat Dara jarang sekali bergurau selama ini.

"Tapi-bagaimana bisa?" tanya Ri El masih tidak percaya pada hal mustahil yang dia dengar. Namun, berbeda dengan Ri El, Dara justru mengulum senyum saat mengingat kejadian manis yang hampir membuat jantungnya melompat keluar.

Dara bahkan ingat sekali wangi parfum yang sociopath itu pakai. Setelah masuk ke kamar Dara sempat melompat kegirangan, sampai-sampai dirinya lupa dengan luka di kedua lututnya.

"Jadi itu alasan sociopath itu bertanya padaku kemarin," ungkap Ri El kembali mengingat.

Mata Dara berkilat, lalu mendekat pada Ri El dengan rasa penasaran yang tinggi. "Benarkah? Apakah Won ke Morning florist kemarin?"

"Iya," jawab Ri El dengan anggukan "Dia bahkan sempat mengancamku. Manusia yang mengerikan, aku takut dia punya rencana buruk padamu!"

Dara bergeming, kalimat yang Ri El lontarkan pada Dara ada benarnya. Dia takut sociopath itu hanya bermain-main dan akan mencelakainya nanti. Setelah semua masalah yang Dara hadapi pertanyaan yang membuatnya bimbang seketika sirna saat diingat lagi perlakuan sociopath itu padanya. Apa benar Won hanya ingin mencelakainya, tapi dia selalu menjadi lilin di dalam gelap selama ini, apa dia akan mematikan api begitu Dara meyakinkan diri untuk melangkah sendiri di dalam ruang gelap?

"Tapi-dia belum pernah seperti itu sebelumnya pada gadis lain. Bahkan hanya kau saja yang berhasil membuatnya tertarik, kudengar dia juga masuk ke dalam kelasmu untuk mengembalikan meja? Itu hal yang cukup mencengangkan."

"Ya begitulah," jawab Dara dengan pipi merona. "Bagaimana kau bisa tau?"

Ri El memutar bola mata. "Payah, apapun yang dilakukan para berandal itu beritanya akan selalu tersebar cepat di Dongtan." Dara menganguk paham.

"Kau harus memberitahuku bagaimana cara melakukannya, cepat!" desak Ri El dengan harapan bisa melakukan hal yang sama pada Alex, karena Ri El sudah tiga tahun memendam rasa di dada. Namun, Alex tidak kunjung peka dengan sinyal-sinyal yang selama ini dia berikan.

"Aku tidak melakukan apapun," ungkap Dara jujur.

"Kau berbohong!" ejek Ri El pada Dara, mengira bahwa yang Dara ucapkan adalah sebuah kebohongan.

"Tidak, aku mengatakan hal yang sebenarnya."

Ri El mematung memikirkan hal mengerikan saat menatap wajah Dara yang serius. Bola mata Ri El berputar ke atas merasa ragu untuk mengungkapkan pikiran gila yang ada di dalam kepalanya. "Apakah dia tulus melakukan itu padamu? Kudengar Won sedikit bengis bahkan dia lebih mengerikan dari Kian!"

"Entahlah, apa benar begitu. Aku ingat saat ada seorang gadis yang terjatuh di sungai!" ungkap Dara.

Ri El menatap Dara penuh selidik. "Gadis?" Dara menganguk. "Terjatuh di sungai?"

"Iya!"

Ri El mengeryit. "Lalu apa hubungannya dengan Won?"

Dara meneguk ludahnya kasar, seketika keraguan melanda hatinnya saat ingin memberitahu perihal dirinya yang datang dengan baju lembab ke Morning florist.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang