Dandelion 22

29 22 0
                                    

Dara mengengam gagang pintu kamar berusaha keluar dari sana dengan perlahan. Dia bergeming saat mendapati sekotak keripik kentang yang masih terbungkus rapih di atas meja ruang tamu.Dia menelengkan kepala, merasa heran kenapa kotak kardus itu ada di sana.

"Dara?" Dara menoleh saat suara lembut yang dia kenal itu memanggilnya dari arah belakang. "Kenapa sudah bangun sepagi ini?" Matanya bergulir, melirik jam yang menunjukkan pukul lima pagi. Merasa bosan Dara memilih mendudukan diri di kursi.

"Mau Nenek apakan semua keripik kentang ini?" tanya Dara.

Sang Nenek mendekat dan mendudukan diri di depannya. Bisa Dara tebak sesuatu yang tidak baik sedang terjadi, entah itu hanya kebetulan, atau Dara mendapat kekuatan setelah beristirahat penuh seharian di rumah sakit kemarin. Namun, yang jelas raut wajah sang Nenek berubah ketika dia menanyakan hal tersebut.

"Nenek mau menjualnya setelah pulang bekerja, perintah dari bos beberapa hari ini penjualan keripik kentangnya menurun, akibatnya banyak keripik kentang yang terbuang percumah," ungkap sang Nenek dengan senyuman.

Dara yang iba tidak bisa tinggal diam melihat sang Nenek mendapat kesulitan. Terlebih beberapa hari belakangan Neneknya cuti untuk merawat dirinya.

"Apa mereka memberikan bonus dari hasil penjualannya?" Sang Nenek mengeleng dengan wajah muram, tertunduk lesu berusaha menyembunyikan raut wajahnya agar tidak terbaca oleh sang Cucu.

'Kenapa mereka begitu kejam?' gumam Dara seraya meremat sofa.

"Biar aku saja yang menjualnya!" pinta Dara paksa seraya merebut kardus di depannya.

"Tidak apa Dara biar Nenek saja, lagi pula tubuhmu masih lemah." Dara mengeryit menolak mendengarkan titahan sang Nenek. Membayangkan hal kemarin yang membuat seruh tubuh Dara terasa keram dan letih akibat istirahat seharian penuh, pikirnya lebih berat saat tidak melakukan apapun dibandingkan dengan bekerja seharian. Bahkan Dara kabur dari rumah sakit sesaat setelah Won keluar untuk membelikannya makan malam, benar-benar di luar dugaan, berbaring sendirian di dalam ruangan lengang itu tidak senyaman seperti dalam khayalannya. Itulah mengapa para tahanan memilih kabur dari penjara, tempat itu tidak baik baginya.

"Aku akan menjualnya di sekolah meminjam meja stand kupikir tidak masalah. Ada event makanan dunia di sekolah, mungkin saja aku bisa ikut menjual keripik ini di sana." Dara berlalu meninggalkan sang Nenek yang masih bergeming di ruang tamu.

***

Dara berniat meletakkan kotak keripik ketangnya di dalam loker. Dia bergeming saat merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari arah lain. Dara mencoba melirik dengan hati-hati. Namun, tidak mendapati siapapun di sana, koridor loker itu lengang bahkan terasa lebih sepi dari hari biasanya.

'Aneh,' batin Dara merasakan hal buruk akan terjadi padanya sebentar lagi.

Dengan rasa penasaran yang tinggi Dara memberanikan diri untuk menyusuri koridor yang lengang, saat tidak sengaja mendengar suara decit meja. Terkejut bukan main dia saat menemukan meja miliknya yang diletakkan tidak jauh di ujung koridor dengan banyak coretan dan beberapa kata umpatan di atasnya. Dara menoleh saat murid-murid ternyata sudah berkumpul di belakangnya, menunggu sebuah pertunjukkan yang akan ditampilkan sebentar lagi.

"Siapa yang melakukannya?" pekik Dara dengan kesal, dia mengambil tisu yang ada di saku roknya mengelap semua coretan yang ada di atas meja. Namun, coretan di atas meja itu tidak dapat hilang meskipun bebebrapa kali Dara coba menghapusnya.

Semua murid tertawa serempak, membuat Dara mengeryit dengan tatapan penuh amarah. Matanya menyapu seluruh wajah mereka dengan cepat, berusaha mengingat mereka semua. Dia tertunduk saat sebuah telur jatuh tepat di atas kepala. Benda amis itu segera menyatu dengan rambut, membuat lengket kulit kepalanya yang baru Dara keramas sebelum berangkat ke sekolah.

Dandeliar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang