Dandelion 53

20 20 4
                                    

"Aku duluan, hati-hati di jalan!" Kian menganguk pelan mendengarnya.  Tidak ada respon lebih setelah kalimat itu terucap oleh Dara. Semua kata-kata seolah tertahan dalam benak. Namun, bertanya juga tidak akan memperjelas apapun.

Kian menutup kaca perlahan setelah Dara turun dari mobil. Dilirik Dara sekali lagi yang masih bergeming di depan rumah menunggu dirinya beranjak dari sana.

Kelengangan yang terjadi beberapa menit yang lalu membuat Kian menarik nafas panjang, bersyukur dia dapat menahan diri untuk tidak bertanya pada Gadis itu. Terutama soal rasa sakit yang dia dapatkan dari Jieun. Meskipun demikian, dirinya masih merasakan nyeri di hati. diingatnya lagi kejadian saat Jieun melempar liontin cantik itu ke hadapannya, masih jelas dalam ingatan bentuk serta detail ukiran yang terpahat di permukaan liontin.

"Dari mana dia mendapatkannya?" tanya Kian penuh ragu, dia berusaha menggeleng pelan untuk mengenyahkan semua pikiran negatif tentang Dara. Barangkali Jieun ada masalah lain yang membuatnya menjadi agresif malam ini.

TING.

Kian menoleh saat sebuah pesan berhasil masuk ke dalam ponselnya, di depan sana tertera nama Seojin.

'Hei, kau dimana? Kemarilah anak-anak sedang berkumpul!'

Setelah membaca pesan darinya mobil hitam milik Kian melesat dengan cepat di tengah jalanan kota Gyeonggi.

***

"Hai, dari mana saja kau?" Tepukkan lembut di pundak Kian membuatnya tersenyum senang.

Mijoo yang sedang memakan ramyeon ikut menoleh dan menawarkan Kian. "Kau mau?"

"Itu menjijikan!" Kian bergidik geli melihatnya.

Mijoo mendelik. "Sialan!"

"Baru datang?" tanya Won dengan senyum tipis.

Kian mengeryit heran melihat hal itu. Tidak biasanya senyuman itu terpahat di wajah Won dengan jelas. Kian hanya bisa berharap semoga hal buruk tidak datang padanya setelah ini.

"Kudengar nilaimu naik," seru Seojin dengan kekehan.

Mijoo melirik. "Wah benarkah itu, Kian?" Mulut penuh itu berusaha mengucap kata.

Kian hanya menganguk senang, kembali teringat wajah Dara di dalam pikirannya. Gadis itu sungguh membuatnya berusaha begitu keras hingga bisa mencapai nilai yang cukup tinggi.

"Ya, semua ini karena-"

"Dara!" potong Won dengan lirikan mata tajam tidak membiarkan Kian mengucapkan nama gadis itu di depannya.

Kian mengulas senyum. "Ya itu benar."

"Hebat, ngomong-ngomong kenapa kau jarang sekali membuat pertunjukan lagi padanya? Apa kalian sudah berdamai?" Seojin menunggu jawaban seraya mengunyah keripik kentang.

Kian dan Won saling melirik, sebab hanya mereka berdua yang tau mengenai taruhan yang dibuat selama ini. Kian berusaha menjawab, "Itu terlalu kekanak-kanakan, lagi pula kita sebentar lagi akan lulus. Tidak baik memberikan ingatan yang buruk pada seseorang."

Mijoo menganguk setuju. "Benar, tapi bukankah hal yang kau lakukan selama ini sudah cukup untuk memberinya ingatan yang buruk selama di Dongtan?" Kian segera memukul kepala Mijoo, sementara Seojin dan Won terkekeh geli atas ucapannya barusan. "Sakit!" desisnya.

Seojin kembali bertanya, "Jadi, apa rencana kalian setelah ini?" Dia terdiam, ruangan itu lengang saat tidak ada jawaban dari ketiga sahabatnya. "Kenapa diam? Kau akan ke mana setelah ini Mijoo?"

Sumpit miliknya tertahan. "Aku mungkin akan mengambil jurusan seni di salah satu universitas yang ada di luar negri, tapi aku belum tau pasti di mana tepatnya."

Dandeliar ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora