Dandelion 39

17 20 0
                                    

Malamnya Kian sengaja datang ke sebuah toko coklat untuk membeli sekotak coklat yang akan dia berikan pada Dara, dia berfikir bahwa gadis itu akan menyukai coklat pemberiannya nanti. Setelah membayar taksi Kian segera masuk ke dalam dengan rasa antusias yang tinggi.

Pintu kaca berlambang batangan coklat tertempel di sana. Ada sebuah Patung kucing emas. Benda itu melambai pada Kian kala pintu dibuka perlahan. Menyambut kedatangannya dengan gembira, meski Kian tau dia akan selalu begitu. Bau coklat menerobos masuk ke dalam hidungnya setelah berada di dalam.

"Annyeonghaseyo ada yang bisa dibantu?" sapa seorang pegawai toko dengan ramah menghampirinya. Kian menoleh dengan senyum.

"Annyeonghaseyo boleh aku melihat-lihat dulu? Aku butuh coklat untuk seseorang yang spesial malam ini," ungkap Kian senang dengan mata berbinar, sebab dia jarang menginjakkan kaki ke tempat seperti ini sebelumnya.

"Baiklah." Si Pegawai menyingkir dan melayani pembeli lain yang datang.

Kian meneliti satu-persatu coklat. Ada banyak bentuk, rasa, serta ukuran yang di pajang dalam etalase. Mereka menjual coklat dalam berbagai jenis kue, roti, dan juga permen. Dirinya tidak pernah seantusias ini saat melihat coklat-coklat dalam jarak dekat, meskipun Kian tidak pernah mencicipi kudapan dengan rasa manis tersebut. Namun, dia ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Dara.

"Ah permisi." Seorang pegawai mendekat pada Kian saat tangannya melambai beberapa kali. "Aku ingin tanya sesuatu tentang coklat ini!"

"Ya apa itu?"

Bola mata Kian bergulir. "Coklat dengan rasa paling enak di sini?" Kian bertanya dengan antusias, sebab dirinya bingung jika hanya melihat dari tampilannya saja.

"Semua coklat yang ada di sebelah sana adalah coklat dengan rasa paling enak di toko kami," ungkap si Pegawai seraya menunjuk deretan coklat yang ada di etalase toko bagian ujung. "Anda juga bisa mencicipi jika mau," tawar si pegawai.

"Ah, aku tidak suka makan coklat, karena aku tidak begitu menyukai makanan manis," tolak Kian, dia segera mendekat untuk meneliti. "Di antara semua ini, yang mana yang paling banyak dipesan oleh para pembeli?" tanya Kian penasaran.

"White govida luxury box itu adalah salah satu coklat yang paling banyak dicari. Biasanya pembeli akan meminta dibungkuskan dalam wadah lain yang lebih mewah. Itu paling banyak dipesan saat hari valentine," jelas sang Pegawai dengan detail, mengenai coklat yang akan Kian beli.

Simpul tipis tergambar di wajahnya. "Baik aku mau itu, bisa dibungkus dalam wadah khusus?" Si Pegawai menganguk, lalu segera menyingkir untuk menyiapkan pesanan Kian.

***

Coffeeshop tempat Dara bekerja sudah tampak di depan mata. Entah mengapa dirinya menjadi gugup hanya untuk menemuinya. Kian bahkan mendekap erat kotak coklat berbalut paperbag itu dengan erat. Tidak mengerti kenapa dia bisa berfikir demikian. Ide aneh itu tiba-tiba saja terlintas di dalam kepalanya begitu saja. Dia hanya bertanya coklat dengan kualitas terbaik tanpa memikirkan harga. Entah Dara suka atau tidak nanti.

Awan berwarna pekat telah menyelimuti langit. Biasanya bintang-bintang akan muncul menghiasi malam dan Kian tau bahwa alam tidak berpihak padanya kali ini. Terlebih saat dia melihat pemandangan di depan coffeeshop. Kaca transparan itu membias tubuh seseorang yang dia kenal. Kian tertahan dengan rahang mengeras. Pasalnya Won sudah lebih dulu sampai di sana dan memesan seluruh tempat di dalam coffeeshop. Hingga tanda merah yang Kian benci itu terpampang jelas di depan pintu.

Sekarang Kian tau rasanya tertahan di luar, sebab tanda merah itu menahan langkahnya. Haruskah dia langgar itu demi bertemu dengan gadis pujaannya? Tapi, jika dia memaksa semuanya mungkin akan bertambah buruk dan Kian tidak ingin hal itu terjadi.

Dandeliar ✔Where stories live. Discover now