36. Udah Nembak Belum?

34K 6.5K 1.1K
                                    

Jadi nama sepupunya Anin yang bener itu AMEL bukan ADEL. Adel mah mantan istri Leo. Ya ampun otak saya nih suka pura-pura lupa kek Anin. Makasih ya yang udah koreksi nama kemarin. Ayo DM saya, mau tak checkout-in sesuatu dari copiiiii.
Btw, komen kamu tenggelam jauh jadi belum sempat nyari. Kalo belum DM, saya cari kamu nanti. Makasih banyak yaaaa🥺

Lanjutnya kalo lebih rame dari kemarin (pdhl kmrn blm tembus setengah ribu) wkwk

✨✨

"Enten nopo nyebut Bagus, bulik?"

Anin dan Gagah sama terkejutnya, lain hal dengan dua wanita paruh baya yang kini tersenyum-senyum melihat orang yang mereka bicarakan muncul di sini.

"Oh, bukan apa-apa, Nak Bagus. Tadi itu lagi bicarain calon menantu idaman. Termasuk kamu ini. Tindak tanduk apik, unggah ungguh yo podo apike. Nggak ngomong opo-opo sek elek, Gus. Cuma buat contoh keponakanku ini karena pacarnya kemarin kan nggak baik. Sekarang ditinggalin. Ngeyel keponakanku iki wonge. Diomongi bener-bener gak tau digubris. Mbuh opo gunane punya telinga."

Bagus mengernyit. Lelaki itu masih berdiri di samping dua wanita itu. "Anin nggeh, Lek?"

"Ho oh. Kok Nak Bagus kenal to?"

Bagus tidak menjawab kali ini. Langkahnya perlahan tertuju ke kursi seberang. Melewati belakang kursi yang ditempati Gagah dan Anin agar bisa menelusup ke samping kanan Anin, lalu duduk si sebelahnya.

Mengulurkan tangan kirinya perlahan melewati bahu Anin, Bagus memberi usapan di lengan atasnya. Kepalanya sedikit ditundukkan agar lebih dekat dengan perempuan yang bahkan masih membeku. "Maaf ya baru sempat nyusul. Kemarin masih ada acara," bisiknya lembut.

Berbisik namun pasti didengar oleh dua wanita di depannya. Apalagi saat Bagus terkekeh sambil menepuk pelan kepala Anin karena takut merusak tatanan rambut yang sedemikian rupa, saat perempuan itu mengerucutkan bibirnya seolah sebal.

"Bilangnya nggak dateng," gerutu Anin ikut berdrama. Tidak tahu isi hatinya yang menyimpan banyak kebingungan.

"Kejutan," jawab Bagus lagi. Hatinya juga ikut kalut. Anin sangat mengerti apa yang harus mereka lakukan sekarang. Tapi siapa tahu bahwa setelah ini perempuan itu melangkah lebih jauh lagi darinya?

Detik ini Bagus kembali didera perasaan khawatir luar biasa.

"Ini loh, Tan." Suara Gagah terdengar. "Anaknya Pak Isman emang pacarnya Anin. Masa Tante mau anak Tante jadi pelakor?"

Wajah dua wanita di depannya terlihat pias, bahkan meski wajahnya telah di-make up pun masih gagal meng-cover.

"Kamu ini, Gah. Siapa yang nyuruh anakku dadi pelakor?"

Gagah terkekeh pelan. "Berarti Gagah salah denger. Mungkin tadi ada ikan lewat bilang misal anaknya nggak jadi sama pacarnya yang sekarang, mau banget dikenalkan sama anaknya Pak Isman."

"Beneran ada bisikan kayak gitu, Bang?" Bagus menimpali, menatap Gagah serius.

"Iya, Gus. Tadi ada yang jelek-jelekin pacarnya Anin, tapi puji-puji anaknya Pak Isman. Gue aja bingung sekarang." Gagah garuk-garuk kepala.

"Loh loh." Mungkin mulai tersindir, Santi menimpali. "Aku karo Susan yo tenan ngomong kalau pacarnya Anin bukan laki-laki baik kok. Nak Bagus, aku masih simpan ini fotonya Anin waktu sama mantannya. Biar bisa jadi pertimbangan hubungan kamu sama keponakanku nanti. Sek bentar, tak golek-e."

Bagus mengangguk. "Nggeh, Lek."

Masih saja bergumam, Santi menyodorkan ponsel ke Bagus. "Anak zaman sekarang pacarannya udah begitu," sindirnya sambil menatap Anin yang memilih memalingkan wajah ke arah Gagah. "Nek meteng bingung, udah hamil ditinggal. Malu-maluin nama Mbah Sadewo. Kowe ki ngerti to, Nin. Mbah Sadewo dihormati pol di sini, kalau sampai kamu malu-maluin, nama Mbah kamu yang kena."

GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)Where stories live. Discover now