7. Dicium

47.5K 8.4K 927
                                    

Double update nggak tuh.

Spesial Anin quality time sama patung dan keponakannya.

✨✨

"Tuh kan, Te. Liat tuh boneka Qia gede banget. Om Bagus baik deh."

Anin melongok ke kursi penumpang. Memang ada boneka beruang besar warna pink di sana. Memenuhi kursi belakang. Rebahan pula. "Iya, Qi. Gede banget."

"Om, tolong. Qia mau naik," pinta Qia saat sampai di pintu depan.

Bagus menghampiri Qia dan mengangkat anak itu sebelum didudukkan di tengah-tengah kursi kemudi dan penumpang depan.

"Te Anin sini, deh." Qia menepuk kursi kosong.

Anin menggeleng. "Tante di belakang aja ya."

"Di belakang buat boneka. Tuh, tidulan telus bonekanya nggak mau bangun."

"Nanti Tante bangunin." Anin tidak percaya menanggapi hal konyol itu. Tapi lebih baik di belakang daripada di samping Bagus kan?

"Yaaah, Qia nggak ada temen dong." Sorot mata Qia terlihat kecewa.

Anin tidak tega. Ia gampang tersentuh perihal anak kecil. Apalagi Qia lucu banget anaknya. Tidak nakal dan tidak membosankan. Lalu ia menoleh ke Bagus yang masih memegangi pintu penumpang depan agar tetap terbuka.

Tanpa Anin sangka, Bagus mengarahkan tatapannya seolah meminta Anin duduk di depan saja. Mau tidak mau Anin menuruti. Ia masuk ke mobil dan Bagus menutup pintu.

"Emang Qia nggak sakit duduk di tengah kayak gitu?" tanya Anin bingung. Masa yang punya mobil malah nangkring di situ? Kalau sakit gimana?

"Enggak kok. Ini ada bantalnya nih," tunjuk Qia pada bantal yang ia duduki.

"Mau Tante pangku aja?" tawar Anin. Tidak tega.

"Tanya Om dulu ya," jawab Qia lalu menoleh ke Bagus yang baru masuk mobil. "Om, Qia boleh duduk dipangku Tante Anin nggak?"

Bagus menatap Qia lalu berujar pelan. "Qia capek?"

Qia menggeleng kuat-kuat.

"Kalo minta pangku ke Om aja."

"Iya, Om," jawab Qia patuh. "Qia nggak capek kok. Kan mau ke supelmalket. Nanti Qia mau naik kelanjang ya, telus didolong. Tapi jangan cepet-cepet nanti nablak jajan-jajan telus jatuh. Qia liat waktu itu, Te. Didolong cepeeeeet banget gitu telus nablak."

Anin terkekeh. Ada ya anak seaktif ini. "Umur Qia berapa?" tanyanya.

"Belapa ya?" Qia seperti kebingungan. Ia menatap Bagus yang sudah mulai menyetir. "Belapa, Om?"

"Empat."

"Mama belum bilang empat, Om," protes Qia. "Mama bilang tiga tapi kemalen kemalen kemalen kemalen kemalen kemalen kemaleeeeeennnnnnn lama banget, Te."

Anin tertawa mendengarnya. "Berarti bener dong kata Om. Empat tahun sekarang."

Qia kembali berpikir. Tangannya diletakkan di dagu dengan lucu.

"Mau empat, Qi," jelas Bagus akhirnya.

Qia bersedekap dan memberengut. "Ih, Om. Emang umul ada maunya?"

"Maksudnya Om," Anin menjelaskan. "Umurnya Qia belum genap empat. Qia kalo jalan langsung nyampe nggak?"

Qia menggeleng.

"Nah itu, Qia lagi jalan dari angka tiga ke angka empat."

"Oh." Qia tertawa. Astaga, imut banget ketawanya anak kecil. "Om Bagus, umul Qia itu lagi jalan dali angka tiga ke empat! Bukan maunya empat!"

GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)Where stories live. Discover now