14. Aliran Sesat

42.5K 7.9K 1.6K
                                    

Udah siang aja 🤪

✨✨

Baru juga Anin melepas sabuk pengaman, ia dengar ketukan di pintu kirinya. Lebih terkejut lagi saat ia membuka kaca dan melihat Gagah di sana. "Ngapain lo, Bang?"

Jangan-jangan saking posesifnya, Gagah curiga padahal Anin cuma diantar Bagus sepulang kuliah.

"Turun lo, gantian gue yang naik."

"Lo gila?" protes Anin.

"Apanya? Gue mau pergi sama Bagus."

Sontak Anin menoleh ke kanan. Ia lihat Bagus diam saja. Bahkan dari kampus tadi memang tidak ngomong apa-apa. "Lo beneran mau pergi sama Bang Gagah?"

Bagus mengangguk.

"Ke mana sih, Bang?" tanya Anin penasaran sambil membuka pintu.

"Ke toko ikan."

"Apa?!!!" Anin berteriak. "Jangan ajakin Bagus ke jalan lo yang sesat itu."

"Orang Bagus yang ngajakin gue ke toko ikan," jawab Gagah santai sambil naik ke mobil.

Lirikan Anin tertuju ke Bagus lagi. "Gus, lo jangan ikut-ikutan aliran sesat ya."

"Apaan aliran sesat, Nin. Sayang ikan itu nggak sesat. Mencintai ciptaan Tuhan." Gagah tidak terima.

"Tapi nggak sampe lebih cinta ikan daripada wanita, Bang Gagah," ujar Anin gemas. Ia kembali menoleh ke Bagus walau sedikit pun tidak menatapnya. Sialan. "Awas aja lo, Gus. Sampe kelainan gitu juga. Entar repot kalo lo lebih sayang ikan daripada gue."

"Enggak." Bagus menggeleng dengan cepat.

Anin langsung melongo. "Enggak apa? Nggak repot atau nggak lebih sayang ikan daripada gue?"

Bagus tidak menjawab.

Gagah yang tidak sabar akhirnya melerai. "Masih nanya lo, Nin? Jelas lebih sayang ke elo, lah. Udah, jalan dulu, Gus. Nggak usah dengerin Anin."

"Bentar!!!" tahan Anin. Gagah tidak jadi menutup kaca mobil. "Lo berdua janjian kapan? Kenapa gue nggak tau?"

"Kepo!" sahut Gagah. "Bagus tuh aktif banget reply story WA gue kalo gue upload tentang ikan."

"Apa? Curang banget. Padahal Bagus nggak pernah reply story gue." Anin tidak habis pikir. "Oh, gue tau, Gus. Lo lebih sayang Bang Gagah daripada gue? Iya?"

"Ya mana mungkin di-reply kalo lo buat story aja 'Galau nih. Ada yang mau ngajak main nggak? Kalo nggak, gue ngambek nih masuk botol.'"

"Sialan, gue nggak pernah bikin kayak gitu!" Anin masih bisa memukul lengan Gagah dengan keras.

"Jalan aja, Gus," perintah Gagah.

Walau masih memberengut sebal, Anin tetap bisa mengatakan, "Hati-hati."

Keluar dari area perumahan, Gagah mulai berbicara. "Aneh emang adek gue itu. Apa sih yang lo suka dari dia?" Ia geleng-geleng kepala. "Satu, dia cantiknya kadang-kadang."

"Dia selalu cantik, Bang."

Gagah menatap Bagus serius. "Iya juga. Tapi gue nggak pernah muji dia. Bisa terbang nyusul babi entar dianya denger dipuji."

Bagus terkekeh pelan.

"Dua nih, Gus. Dia orangnya rapihan dan bersihan banget. Ke mana-mana bawa tisu buat menghalau debu. Lo kalo masuk kamarnya terus ada bekas kaki lo yang basah di sana, habis lo dua tahun dimarahin sama Anin."

GlowApp (Aplikasi Cari Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang