Dika terus memperhatikan Kania yang tengah duduk di hadapannya sembari meminum kopi yang ia buatkan tadi. Kania meneguk sedikit demi sedikit kopi tersebut hingga tubuhnya sedikit menghangat.

"Btw, kamu tadi kenapa nangis di tengah hujan?"

Kania sontak terdiam sembari menaruh cangkir tadi. Raut mukanya menjadi sedih kembali mengingat apa yang telah Rico perbuat padanya.

Ia ingin menceritakan semuanya akan tetapi lelaki yang ada di depannya masih terlalu awam baginya. Ia tidak tau bagaimana sifat Bryan dan akhirnya ia memilih untuk diam.

"Tidak apa kalau kamu tidak ingin cerita. Maaf lancang." Sambung Dika dengan nada sedikit sungkan.

Kania memberikan senyuman hambar kepada Bryan. "Tidak apa, justru gue yang ngerepotin elo."

Kania melirik jam di pergelangan tangannya, ia harus segera pulang. "Dika, gue pamit pulang dulu ya." Ujar Kania sembari berdiri.

"Kamu mau aku anterin nggak? Kebetulan ada motor."

Kania langsung menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak ingin diantar. Dika mengangguk paham lalu berjalan mendekat kearah Kania.

Ia melepaskan jaket yang ia kenakan kemudian ia menempelkan jaket tersebut di bahu Kania, menutupi tubuh basah Kania agar tidak terkena hembusan angin.

"Dipakai jaketnya." Ujarnya sembari tersenyum manis.

Kania hanya diam lalu mengangguk dengan senyuman di bibirnya. Kemudian ia berjalan pergi.

Ia menghentikan salah satu taksi yang tengah melintas dan langsung masuk kedalamnya. Di dalam taksi, ia melepas jaket pemberian Bryan. Ia dapat merasakan aroma parfum yang dipakai oleh Dika. Ia sedikit mencium bau dari jaket tersebut karena ia suka dengan bau parfum yang dipakai oleh Dika.

Beberapa saat kemudian, ia sampai dirumahnya. Ketika ia membuka pintu, ia dikejutkan dengan Nissa Hendrawan yang tengah berdiri menatapnya.

"Kamu dari mana saja? Kamu kan lagi hamil, mana basah kuyup kayak gini lagi. Kamu cepat ganti baju, dimana Suamimu?" Panik Nissa Hendrawan sembari memegang lengan Kania.

"Iya Ma, Kania permisi dulu." Kania langsung berlenggang pergi meninggalkan Mertuanya tanpa menjawab beberapa pertanyaan yang keluar dari mulut Mertuanya.

Ia masuk kedalam kamar, bayangan wajah Rico melintas di pikirannya yang membuat ia menjadi menangis.

Kania mengusap air matanya yang mengalir dengan kedua tangannya dan tersenyum hambar di depan cermin.

"Kamu kuat Kania. Kamu bisa, kamu harus bisa merebut kembali Rico dari wanita itu." Ujarnya sembari terus menangis.

Ia akhirnya berganti baju dan langsung meringkuk diatas ranjang sembari terus menangis. Hingga akhirnya ia tertidur.

Ia terbangun ketika mendengar ketukan dari luar kamarnya. "Rico? Apa itu Rico?" Gumam Kania sembari berlari menuju pintu dan membukanya.

"Nak, ayo makan malam. Mama sudah masak makanan enak." Ternyata itu adalah Nissa Hendrawan.

"Maaf, Kania lupa masak Ma." Sahut Kania.

"Tidak apa, lagian kamu kan lagi hamil. Gaboleh capek-capek ya. Ayo makan."

"Oh iya, Rico tadi telpon katanya ada urusan penting." Sambung Nissa.

Kania tau, urusan penting itu adalah mengurus Helena yang tengah mengandung. Kania hanya bisa diam.

Di meja makan ia hanya melamun dan hanya makan sedikit makanan. Ia hanya memainkan makanan yang ada di piringnya.

"Ma, Pa,  Kania ga nafsu makan. Kania udah kenyang kok, Kania pamit tidur." Ujar Kania lalu berjalan pergi meninggalkan meja makan. Nissa Hendrawan dan Suaminya hanya saling bertatapan karena bingung  dengan perubahan sifat Kania.

MY HUSBAND IS BADBOYМесто, где живут истории. Откройте их для себя