Chapter 3

28K 499 1
                                    

Tidak ada lelahnya Author mengingatkan:)

Sebelum membaca jangan lupa follow akun author terlebih dahulu. Tambahkan cerita ini ke perpus kalian.

Vote dan komen setiap chapter sebagai bentuk support kalian:)

Vote gratis. Yang berbaik hati semoga mendapatkan balasan yang baik pula:)

✧ ⃟ ⃟ ━━━HAPPY READING━━━ ⃟ ⃟ ✧

Kania merebahkan tubuhnya diatas ranjang kamar tidurnya. Ia terlalu lelah untuk hari ini, akan tetapi ia bahagia sekaligus bersyukur karena hari ini ia berhasil melukis beberapa orang dan menjual beberapa karya hasil lukisannya sendiri.

Ia membuka ponselnya dan membuat postingan di akun instagramnya guna mempromosikan lukisannya, berharap ada seseorang yang berminat membeli atau berminat dilukis olehnya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu mengganggu kegiatan Kania. Kania menghela nafasnya kasar saat mendengar suara ketukan tersebut. Ia melihat jam di layar ponselnya. Waktu menunjukkan pukul 8 malam.

Kania segera berjalan membukakan pintu hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaos yang cukup tipis sehingga lekuk tubuhnya yang sexy dapat terlihat jelas.

"Sebentar." Ujar Kania cukup keras sambil berjalan malas.

Kania membukakan pintu dan matanya terbelalak melihat orang yang ia tabrak di cafe beberapa jam yang lalu tengah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Eh, gue seriusan ga ada masalah apa-apa. Ga ada gejala patah tulang juga!" Ujar Kania.

Mata Rico sedikit terpanah melihat tubuh Kania, ia diam beberapa saat hanya karena terlalu asik melihat tubuh Kania.

"Heh! Liat apa lo!" Bentak Kania yang membuat Rico kaget.

"Emm, boleh saya masuk? Ada hal yang mau saya bicarakan." Ucap Rico dengan serius.

Kania menoleh kekanan lalu kekiri sebentar. "Lo ga macem-macem kan?" Tanya Kania memastikan.

Rico hanya menggelengkan kepalanya singkat. "Nama lo siapa tadi? Lupa gue, ruko ya?" Sambung Kania.

"Rico Aldevaro. Boleh saya masuk?" Tanya Rico lagi.

Kania mengangguk dan segera mempersilahkan Rico masuk kedalam rumahnya. Rico melihat beberapa kanvas di dalam rumah kecil tersebut, beberapa kanvas sudah dilukis dengan indah. Ia duduk di sofa yang tersedia disana.

"Oh ya, saya tidak tau nama kamu, siapa nama kamu?" Tanya Rico sambil menatap Kania yang tengah menutup pintu.

Kania berjalan ke arah Rico. "Kania, kenapa?" Ucap Kania dengan nada jutek.

"Cantik, sama seperti orangnya." Sahut Rico lagi.

Kania mengernyitkan dahinya ketika mendengar kata yang keluar dari mulut Rico. "Najis gombal." Balas Kania.

Kania duduk di depan Rico lalu menatap mata Rico dengan tatapan tajam. "Jadi, mau bilang apa yang katanya sangat-sangat serius dan penting?"

Rico mulai berbicara. "Jadi-"

"Jadi apa?" Sela Kania memotong pembicaraan Rico.

"Saya belum selesai bicara, kamu sudah memotong pembicaraan saya, gimana saya mau jelasin?" Protes Rico.

Kania membuang nafasnya kesal. "Yaudah-yaudah gue diem. Cepet ngomong!"

Raut muka Rico kini berubah menjadi serius, begitupun dengan gaya bicara serta tatapan mata Rico. Kania menyadari perubahan terebut dan mulai mendengarkan dengan seksama.

MY HUSBAND IS BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang