Aku memang masih mengharapkannya

657 70 1
                                    

Baju piyama berwarna merah maroon sudah melekat di tubuh seorang gadis yang tengah duduk di kursi meja belajarnya, dengan kacamata bulat yang bertengger di hidungnya dia sibuk melihat huruf huruf yang berada di sebuah novel.

Prakk.

Buku itu dia tutup dengan kencang sehingga menimbulkan bunyi yang kuat dan menggema.

wajahnya begitu frustasi dan gusar, dia menjambak rambut nya sendiri dengan geram.

Tok tok tok

Pintu yang berada di belakang tubuhnya mengakibatkan gadis ini menoleh ke sumber suara.

"Masuk!" Perintahnya.

Pintu di buka perlahan, terlihat pria menyembulkan kepalanya dibalik pintu.

"Kebawah gih, makan disuruh papa" ucapnya dan membuka pintu itu lebar lebar, Kemudian masuk ke dalam kamar sang adik.

Pria berbadan atletis ini menghamburkan tubuhnya ke atas kasur adiknya, memang paling nyaman kasur ini baginya.

"Kapan sih kak mereka keluar kota lagi?" Ujar gadis tersebut ikut duduk di pinggir kasurnya, dia menatap sang kakak yang sudah terpejam.

"Gak tau, sekretaris papa belum ngasih info"

Sang adik berdecak pelan, dia ikut tidur terlentang menatap atap kamarnya. "Kamu gak mau yah, ulang tahun kamu ada mereka?"

"He'em" jawabnya simpel, dia ikut terpejam dengan helaan nafas pelannya.

"Kenapa?" Matanya kembali terbuka, dia menolehkan kepalanya ke samping.

"Kakak kan tau aku.."

"Iyah kakak tau" Jawab sang kakak sembari membuka matanya dan ikut menoleh ke samping

"Yaudah gausah nanya dong" dengusnya kemudian beranjak duduk, dia sedikit merapikan rambutnya dan berdiri.

"Kakak kira kamu udah move on, Fa" gadis itu langsung menggelng pelan.

"Dia kan udah cinta sama orang lain, masa masih kamu kejar" sergah kakaknya, kemudian beranjak duduk.

"Kamu masih mengharapkan cinta yang justru dari awal kamu tau itu gak akan bisa kamu capai"

"Lihat sekarang, dia udah suka orang lain dan kamu orang pertama yang sadar itu tapi hati kamu masih belum sadar Fa."

Fanya, gadis itu berjalan ke arah meja riasnya untuk mengambil ikat rambut dan mencepol rambutnya dengan asal.

Tanpa menjawab pertanyaan kakaknya, dia langsung keluar kamar untuk ikut makan bersama kedua orang tuanya.

Selagi dia belum milik siapa-siapa, gue masih berhak buat ngejar dia.

Rio, sang kakak dari Fanya hanya bisa menghela nafasnya melihat kelakuan adik kesayangannya itu.

ΩΩΩ

"Besok, kamu persiapkan diri kamu. Jangan telat datang ke sekolahnya, awas saja!"

Ken hanya bertopang dagu di atas meja wali kelasnya dan mengangguk ngangguk saja.

Namun sedetik kemudian menggelng, "saya langsung aja ke tempatnya bu, biar gak ribet"

"Gak bisa! Nanti kamu gak dateng lagi." tolak gurunya.

Ken menghela nafasnya, "datenglah bu, janji"

"Nada kamu gak menjanjikan" Ken memutar matanya dengan malas

"Janji bu" ujar Ken dengan senyuman termanisnya, dia sudah tak menopang dagunya lagi melainkan menggenggam tangan gurunya membuat gurunya bergidik,

The moonKde žijí příběhy. Začni objevovat