30 - Pergi

583 54 390
                                    

Setelah mengantarkan Haliza menuju Rumah sakit terdekat, Austin berusaha mencari keberadaan istrinya. Bahkan, ia sama sekali tidak mengetahui perihal mengapa ia bisa tidur bersama dengan sekretaris pribadinya.

Austin mengacak-acak rambutnya sembari bermonolog sendiri, memohon dan meminta agar Flo mau mendengarkan penjelasan darinya.

Laras, hal gila apa yang telah ia lakukan kepada Austin sehingga bisa ia tidur bersama?

Lagi-lagi Austin menggelengkan kepalanya, berusaha menepis segala perbuatan dan pikiran buruk mengenai dirinya entah itu nyata atau bualan semata.

"Flo, saya mohon untuk kembali. Saya tidak ingin terjadi apa-apa dengan kamu dan calon buah hati kita."

Lelaki yang berpawakan tinggi dengan bulu mata yang lentik menghela napasnya gusar. Ia menyapu pandangannya kesana kemari mencari sosok istrinya yang kini sedang tak bersamanya.

"Kesedihan hatimu dan kekecewaan itu tidak baik untuk bayi yang ada di perut kamu, Flo. Semua akan mempengaruhi kesehatannya jika kamu seperti itu."

Namun, Austin tidak akan menyerah untuk mendapatkan istrinya dan mengajaknya untuk pulang, membicarakan masalahnya secara kepala dingin.

•••

Sayup-sayup sinar matahari menyeruak masuk melalui ventilasi jendela, kicauan burung kenari menyelimuti pendengaran Flo. Ia terbangun sembari memegang pelipisnya yang masih terasa nyeri untuknya.

"Flo, udah bangun?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Flo mendongakkan kepalanya melihat siapa yang berbicara kepadanya.

"Megan?"

Wanita yang bernama Megan itu tersenyum manis ke arah Flo dengan menyodorkan sebuah nampan berisikan makanan dan minuman untuk Flo sarapan pagi ini.

"Gue disuruh Vando untuk nemenin lo di sini. Vando udah punya firasat kalau lo bakal ke sini, makanya dia nyuruh gue untuk nemenin lo."

"Terima kasih banyak, Gan. Kalian terbaik."

Megan menganggukkan kepalanya. Ia sebenarnya tau mengapa Flo pergi dari rumahnya dan menginap di markas mereka. Namun, ia tidak mungkin menanyakan itu pada Flo dalam keadaan Flo yang masih diselimuti oleh rasa kecewa serta kalut akan amarahnya.

"Lo ngga kuliah, Gan?" tanya Flo memecah keheningan.

"Lo lupa hari ini hari Minggu?" jawab Megan berbalik tanya.

Flo terkekeh, kemudian ia melanjutkan sarapannya. Untunglah Vando menyuruh Megan untuk menemaninya. Kalau tidak, Flo tidak tau lagi bagaimana caranya ia mengisi kelaparan di perutnya itu.

"Nanti malem kalau lo mau nginep di sini lagi, kabarin gue aja, Flo."

Wanita dengan perut buncitnya itu menoleh ke arah Megan. "Gue mau ke apartemen bokap, Gan. Terima kasih atas tawarannya."

"Emm, gitu. Oke deh, nanti gue bakal anterin lo kesana bareng Vando."

Flo menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Entah mengapa ia merasa begitu lemah kali ini. Ia pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya jika ditanya oleh Megan perihal dirinya.

•••

Tanpa terasa, waktu bahagia telah tiba. Kini Daffin tengah mempersiapkan acara pertunangannya dengan kekasih tercintanya, Aura.

Floeurenziita [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora