24 - Kantor Polisi

401 48 421
                                    

Di ruangan kerjanya, Austin benar-benar sibuk karena banyaknya meeting yang harus diselesaikan hari itu juga. Untunglah istirnya sudah memasuki trimester kedua, jadi perlahan ia sudah tidak merasakan mual-mual lagi selama di kantor.

Para karyawan semua juga sudah mengetahui jika Austin sudah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

Setelah meeting selesai, ia kembali ke ruangan pribadinya untuk istirahat sejenak. Merebahkan tubuhnya di kamar yang berada di dalam ruangannya jika sewaktu-waktu Flo datang menjenguknya.

Disaat merebahkan tubuhnya, Austin tersenyum lebar sembari menatap langit-langit kamarnya. Sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah, impian yang sudah ia inginkan sejak lama.

Ia pikir, Flo enggan untuk memberikan segalanya untuk Austin. Ternyata Austin salah, semakin hari rasa cinta keduanya semakin tinggi dan akhirnya mereka memutuskan untuk melabuhkan cinta mereka berdua.

"Flo, terima kasih karena telah membuat saya bahagia. Mencintaimu saja sudah membuat saya bahagia, dan kini kita sedang menunggu buah hati yang akan menjadi obat ketika saya merasa lelah dalam bekerja."

Tok tok tok

Austin berdecak, niat hati untuk memejamkan matanya sembari membayangkan sang istri, kini malah muncul seseorang yang mengetuk-ngetuk pintunya.

"Masuk," ucap Austin keluar dari kamarnya.

Mengetahui siapa yang masuk, ia pun menyambut Edward dengan baik.

"Gue ganggu lo ya, Kak?" tanya Edward basa-basi.

"Iya, kamu mengganggu waktu istirahat saya."

Edward menggaruk tengkuknya, ia merasa tidak enak hati dengan ipar sepupunya ini.

"Em sorry deh, tapi ada hal penting yang mau gue omongin ke lo."

Austin mengajak Edward menuju balkon ruangannya. Kini, di sini mereka berdua, di sebuah balkon ruangan Austin yang beratapkan kaca.

"Hal apa yang ingin kamu katakan pada saya?"

Edward mengeluarkan flashdisk dari saku celananya. Mengetahui itu, Austin berjalan menuju ruangannya untuk mengambil laptop pribadinya.

Dengan cepat, Edward memasang flashdisk itu ke laptop milik Austin.

Melihat video di dalamnya, Austin mengepalkan tangannya, kemudian ia membuka kepalan itu kembali.

Terlihat di dalam video itu bahwa ternyata yang merencanakan penembakan besar-besaran di kantor mertuanya adalah ulah Roy selaku rekan bisnis mertuanya dan juga Lydia, calon istri Akbar yang gagal menikah karena Akbar lebih dulu menghadap Sang Pencipta.

"Di mana mereka semua sekarang?" tanya Austin kepada Edward.

"Mereka kini sedang ada di Jakarta, tepatnya di Jakarta Timur. Mereka sedang melakukan pembangunan proyek besar di sana. Temen-temen gue yang selidiki ini semua. Tapi tunggu, ada satu video lagi yang harus lo liat," jelas Edward.

Austin menautkan kedua alisnya, video apalagi? Edward pun memutar video itu. Kali ini Austin benar-benar mengepalkan tangannya. Berani sekali anak dan ibu itu mencoba mencelakai istrinya.

"Sudah berapa lama mereka bertiga ada di Jakarta?"

"Kira-kira setahun belakangan ini, sih."

Ternyata benar dugaan Austin. Bahwa kecelakaan yang hampir menimpa Flo itu bukan semata-mata hanya kecelakaan, ada sesuatu yang tidak beres di belakangnya. Kini semuanya telah terbukti, ternyata Clara dan Lydia yang sengaja mencelakai Flo karena mereka tau kalau Austin adalah suami dari Flo.

Floeurenziita [End]Where stories live. Discover now