21 - Tidak masuk sekolah

445 49 441
                                    

Pagi yang cerah, Flo sudah terbangun dari tidurnya dan mulai memasak untuk Austin. Ia masih merasa bersalah ketika masakannya tempo hari begitu asin dan tidak enak untuk dimakan.

"Eh, Non Flo? Aduh maaf, Non. Bibi kesiangan bangunnya, jadi Non deh yang siapin sarapannya." Bi Asri menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah karena pagi ini ia tidak bangun lebih awal.

Flo tersenyum hangat kepada Bi Asri dengan memegang tangannya. "Ngga papa, Bi. Lagipula ini juga inisiatif Flo kok, buatin sarapan untuk Kak Austin."

"Bibi seneng deh, Non. Akhirnya Non itu perlahan membuka hatinya untuk Den Austin. Den Austin itu orang baik, Non. Sayang kalau disia-siain. Jarang-jarang ada cowo yang kaya Den Austin, Non. Jaga baik-baik ya, Non. Karena suami kaya Den Austin itu cuma ada satu diantara seribu."

Flo terkekeh. "Bibi bisa aja. Makasih ya, Bi udah ngingetin Flo. Yaudah, sekarang Bibi makan sama Flo aja gimana?" tawar Flo kepada Bi Asri.

"Ah, ngga usah, Non. Bibi makannya nanti aja, sekarang Bibi mau beres-beres dulu."

"Ngga papa, Bi. Bibi sarapan aja dulu sama Flo dan Kak Austin."

"Ngga usah, Non. Lagipula Non kan mau mendekatkan diri ke Den Austin. Jadi Bibi nanti aja sarapannya."

Flo menghela napasnya pasrah sembari tersenyum manis. "Heum, yaudah deh. Kalau gitu Flo mau ke kamar Kak Austin dulu ya, Bi," pamitnya lalu berjalan meninggalkan Bi Asri yang tersenyum-senyum sendiri karena melihat anak dari majikannya mulai luluh akan pesona suaminya.

Flo berjalan pelan menuju kamar Austin, ia mengetuk pintu kamar Austin beberapa kali namun tidak ada jawaban.

"Eh, ngga dikunci," gumam Flo saat mencoba membuka kenop pintu kamar suaminya.

Ia masuk ke dalam kamar, membuka tirai jendela yang masih tertutup.

"Tumben, biasanya dia udah siap-siap jam segini."

Melihat meja kerja yang masih tertumpuk dengan kertas-kertas, Flo membereskannya dan mulai menata kembali ke tempat semula.

Flo berjalan ke ranjang Austin, suaminya itu masih tertidur lelap dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

"Kak, bangun, udah siang. Kakak ngga mau sarapan?"

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik berlalu.

Tak ada tanda-tanda Austin akan menjawab pertanyaannya. Merasa ada yang tidak beres, Flo membuka selimut itu dan mengecek kening Austin.

"Astaghfirullah, panas eh," kagetnya saat memegang kening Austin.

Flo pun langsung berlari menuju dapur, mengambil kompresan untuk suaminya itu.

Sebelum itu, ia berlari ke dalam kamarnya untuk menelpon Luna memintanya untuk membuatkan surat izin tidak masuk sekolah.

Tak lupa ia menelpon dokter yang biasanya memeriksanya ketika Flo sedang sakit.

Entah mengapa, degupan jantung Flo kali ini benar-benar berpacu dengan cepat. Ia merasa khawatir melihat Austin yang menggigil seperti itu.

Ada apa dengan suaminya itu? Bukankah semalam keadaan suaminya biasa-biasa saja. Tidak ada hal yang perlu dicemaskan? Tetapi mengapa sekarang ia menggigil seperti itu?

Tok tok tok

Suara pintu diketuk pun membuat Flo terkesiap, ia berlari ke arah pintu untuk membukanya.

"Selamat pagi, Nak Flo."

"Pagi, Dok. Dok suami saya menggigil di kamar, keningnya panas banget, Dok."

Floeurenziita [End]Where stories live. Discover now