29 - Keputusan besar

474 52 410
                                    

Lampu ruangan tampak redup saat Austin terbangun dari tidurnya yang tak sadar jika sudah selama itu. Ia mengusap wajahnya dan berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya.

"Sejak kapan saya tidur menggunakan selimut? Dan sejak kapan jas saya berada di nakas?"

Austin yang hendak bangkit dari kasurnya pun merasakan pusing yang menjalar di kepalanya. Ia lantas duduk kembali membiarkan tubuhnya rileks sebelum ia meninggalkan kamarnya.

"Darah?" gumam Austin melihat setitik darah merah yang ada di ranjang kamarnya.

"Baju wanita?"

"Bukankah ini baju Laras? Mengapa ada di ruangan saya?"

Austin menautkan kedua alisnya karena di kasurnya terdapat darah segar serta baju wanita yang ia ketahui itu adalah baju milik Laras.

Flashback on.

Setelah meminta Laras untuk mengunci pintu ruangan kamarnya, Austin pun merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari memijit pelipisnya.

Ia tersenyum manis melihat foto istrinya yang terpajang rapi di atas nakasnya.

"Saya sudah tidak sabar menjadi Ayah, Flo," gumamnya diikuti dengan kekehan pelan.

Tok tok tok!

"Huft, masuk.."

Laras yang sudah diizinkan masuk oleh Austin pun berjalan mendekat ke arahnya dengan membawakan sebuah nampan yang berisikan makanan dan minuman.

"Maaf mengganggu waktunya, Pak. Kebetulan ini sudah jam makan siang, sebaiknya Bapak makan terlebih dahulu agar lebih nyenyak istirahatnya."

Mendengar penuturan Laras, Austin pun menyingkap lengan bajunya, melihat arloji di tangannya. Ternyata benar, sekarang adalah jam makan siangnya.

"Letakkan di atas nakas, dan kembalilah bekerja."

"Baik, Pak. Kalau gitu saya permisi keluar, Pak. Semoga Bapak suka dengan makanan yang saya hidangkan."

Austin tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepala dan langsung berjalan ke sofa yang tak jauh dari kasurnya untuk makan siang.

Flashback off.

"Laras?"

Satu nama yang berhasil memenuhi pikiran Austin. Apakah pelakunya adalah Laras? Tapi apa motif dibalik itu semua? Dan mengapa ada darah, serta pakaian Laras di dalam kamarnya?

Melihat hal tersebut, Austin segera membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang ke rumahnya.

•••

Di sinilah mereka semua, di kediaman rumah Flo dengan dokter yang datang untuk mengecek keadaannya dan para teman-temannya yang senantiasa menemaninya.

Alhamdulillah, tidak ada hal buruk menimpa Flo karena anak itu benar-benar kuat meski dalam keadaan sedang mengandung.

Flashback on

"Cukup!" gertakkan keras terdengar dari penjuru ruangan yang sudah berkeliling untuk melindungi Flo.

Mereka semua adalah para anggota geng motor LEVATOR semasa mereka sekolah dulu, dengan Vando yang berada di garda terdepan untuk melindungi Flo.

Ia dan teman-temannya menghajar habis anak buah Laras dengan membabi buta. Di pojokan ruangan, Laras terlihat ketakutan karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Anak buahnya sudah kalah telak dan tergeletak menerima kekalahannya.

Floeurenziita [End]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن