14 - Malu sendiri

550 65 464
                                    

Di sebuah perusahaan milik Roy, rekan kerja almarhum Akbar. Lydia tampak gelisah karena file pekerjaan yang sudah ia kerjakan hilang begitu saja. Ia menggigit bibir bawahnya, takut kalau Roy akan memecatnya.

"Pak R-roy." Lydia menundukkan kepalanya. Ia tidak tau harus memulai darimana untuk mengawali permintaan maafnya.

"Kenapa Lydia? Dimana file untuk meeting pagi ini?" tanya Roy dengan menatap serius ke arah Lydia.

Lydia diam tak bergeming. Pikirannya berkecamuk memikirkan soal file yang hilang entah kemana.

"Pak Roy, sebelumnya saya minta maaf. Semalam saya benar-benar sudah lembur untuk mengerjakan file meeting pagi ini. Cuma-"

"Cuma apa?" potong Roy dengan cepat.

"Semua file hilang dari laptop. Saya sudah mengecek ulang seluruh data dan file-file yang ada di laptop saya. Tapi tak ada satupun yang ketemu. Maafkan saya, Pak."

"Kamu ini gimana, sih! Itu file penting untuk meeting pagi ini. Heran saya sama Akbar, mengapa dirinya memperkerjakan orang yang bodoh seperti kamu!" Emosi Roy meledak-ledak tatkala mendengar kabar bahwa file yang akan ia gunakan untuk meeting hilang begitu saja.

Lydia mengepalkan tangannya, ia tidak terima dirinya dikatakan 'bodoh' seperti itu.

Tok tok tok

"Masuk," ucap Roy.

"Maaf mengganggu waktunya, Pak. Direktur utama dari Perusahaan LA Corp sudah menunggu Bapak di lobby kantor. Kalau gitu saya permisi, Pak," pamitnya lalu berlalu dari hadapan Roy dan Lydia.

LA Corp sendiri merupakan cabang kedua dari perusahaan pertama Lauvint yang Austin ambil alih dengan mengganti namanya.

"Saya tidak akan maafkan kamu jika Direktur utama Perusahaan LA Corp membatalkan kerja samanya. Ikut saya."

Lydia mengikuti Roy menuju lobby kantor untuk menemui Direktur utama tersebut.

"Maaf menunggu lama, Pak," ucap Roy meminta maaf.

"Tidak apa-apa, saya mengerti," balasnya sopan.

Roy melirik ke arah Lydia untuk mengatakan perihal file yang hilang itu. Lydia yang paham pun segera duduk dan mengatur nafasnya untuk mengatakan kebenarannya.

"Sebelumnya saya minta maaf, Pak. File untuk meeting bersama Bapak hilang begitu saja. Dan soal berkas untuk persetujuan kerja samanya, sudah saya siapkan."

Austin tersenyum ramah. Ia menghela nafasnya gusar. "Saya tidak ingin basa-basi, dengan berat hati saya tidak bisa menandantangani berkas kerja sama tersebut. Kerja sama antara perusahaan Ibu dan Bapak, sudah diputuskan dan tidak dilanjutkan oleh perusahaan Bapak dan Ibu sendiri. Saya datang kesini bukan untuk menandatangani berkas tersebut, tapi saya datang kesini untuk mengambil saham yang sudah almarhum bapak Akbar tanam di sini," jelas Austin panjang lebar.

Roy menatap tajam ke arah Lydia. Siapa yang memutuskan kontrak kerja sama dengan perusahaan besar ini. Roy mengepalkan tangannya, bersiap untuk menonjok wajah Lydia. Namun, ia urungkan karena Austin selaku Direktur utama masih berada di sana.

"Pak, apa tidak bisa dilanjutkan lagi kontrak kerja samanya? Jika Bapak mengambil alih saham yang sudah pak Akbar tanam, bagaimana dengan perusahaan ini? Saya mohon dengan kebesaran hati Bapak untuk tidak mengambil alih saham yang sudah pak Akbar tanam."

"Semua perjanjian sudah dituliskan di dalam berkas itu. Kalau Bapak dan Ibu tidak percaya, Bapak bisa membaca ulang berkas tersebut." Austin menyodorkan berkas mengenai perjanjian-perjanjian saham yang ditanam oleh pak Akbar, mertuanya.

Floeurenziita [End]Where stories live. Discover now