18 - Tertidur di sofa

484 57 348
                                    

Entah mengapa, kini Flo sering memikirkan keadaan Austin. Ia memang sudah mulai membuka hati untuk suaminya itu, tapi tidak tau mengapa semakin hari memikirkan Austin semakin membuatnya candu.

Ia tersenyum dibalik helm full facenya, setelah itu ia melajukan motornya menuju rumah untuk melihat Austin di sana.

Sesampainya di rumah, Flo tidak langsung menuju kamarnya. Ia mengecek terlebih dahulu kamar tamu yang kini menjadi kamar suaminya, Austin.

Pintu kamar Austin tertutup. Flo yang merasa penasaran pun berjalan mendekat ke arah kamar suaminya itu. Dibukanya knop pintu dan dilihatnya isi dalam kamar tersebut.

"Ngga ada, apa dia belum pulang, ya?" gumam Flo saat melangkahkan kakinya memasuki kamar dan mendapati Austin yang tidak berada di sana.

Flo melihat jam yang terpasang di dinding kamar Austin, jam menunjukkan pukul 01.12 dini hari. Benar-benar selarut itukah dalam hal lembur kerja?

Flo pun memutuskan untuk keluar dari kamar Austin, kembali menutup knop pintu dan berjalan ke arah ruang TV.

Sebelum itu, ia berjalan ke dapur untuk mengecek isi kulkas. Apakah masih ada stok jajanannya atau tidak. Ketika membuka kulkas, Flo tercengang karena terdapat banyak jajanan yang tersusun rapih di rak kulkas dan berbagai macam minuman serta yogurt di dalamnya.

"Siapa yang beli ini? Bi Asri ngga mungkin, tapi masa iya Kak Austin?" pikirnya dengan memandangi kulkas.

Flo pun mengambil beberapa jajanan dan yogurt untuk menemaninya menonton televisi.

Malam semakin larut, hawa dingin menjalar di tubuh Flo. Matanya terasa berat, tanpa terasa ia pun tertidur di sofa dengan televisi yang menyala.

• • •

Di kantor, Austin masih saja berkutat dengan berkas-berkas dan laptop yang menyala di hadapannya.

Ia menolehkan kepalanya ke arah ponsel untuk melihat pukul berapa saat ini. Ia melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 02.45 WIB. Austin menghela napasnya panjang, setelah itu ia menutup laptopnya dan memasukannya ke dalam tas.

Untung saja ia sudah menelepon Pak Saman untuk menjemputnya. Kini Austin sudah berada di depan menunggu sang supir datang.

Lagi-lagi Austin memikirkan Flo. Ia memikirkan apakah istrinya itu sudah pulang ke rumah atau masih berkumpul bersama teman-temannya.

"Maaf, Tuan. Apakah sudah siap?"

Pak Saman membuyarkan lamunan Austin. "Oh, sudah, Pak."

Pak Saman pun membukakan pintu untuk Austin seperti biasanya.

"Sepertinya Non Flo sudah mulai ada benih-benih cinta untuk Tuan Austin." Pak Saman memulai pembicaraannya.

Merasa tertarik dengan pembahasan Pak Saman, Austin pun meletakkan ponselnya ke dalam saku.

"Kenapa Bapak bisa nyimpulin seperti itu?"

"Wanita mana yang tidak tergila-gila dengan Tuan. Sudah tampan, gagah, berwibawa dan punya pekerjaan sendiri."

"Itu tidak berlaku pada Flo, Pak. Flo beda dari wanita lainnya. Dan itulah yang membuat saya menyetujui untuk menikahinya."

"Tapi semakin kesini, Non Flo tampak begitu perhatian dengan Tuan meskipun Non Flo seperti itu."

Austin tersenyum. "Doakan saja rumah tangga saya dan Flo berjalan dengan baik, Pak. Semoga saja tidak ada masalah yang menyelinap masuk ke dalam pernikahan kita berdua meskipun saya tau kalau Flo belum sepenuhnya mencintai saya."

Floeurenziita [End]Where stories live. Discover now