15 - Kencan makan malam

566 63 332
                                    

Flo tengah merebahkan tubuhnya di ranjang kamarnya. Ia tertawa renyah ketika mengingat perlakuan Clara terhadapnya.

Tok tok tok

Flo yang sedang tertawa itu pun menghentikan aksinya. Ia turun dari ranjangnya berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya itu.

Flo membuka kenop pintu. Terlihat Austin tengah berdiri di ambang pintu dengan rambut yang masih basah.

"Eh, kenapa, Kak? Tumben."

Austin tidak menjawab. Ia berlalu begitu saja berjalan menuju ruang tamu. Flo mendengus sebal, apa salahnya Austin menjawab pertanyaannya itu.

Flo menghentakkan kakinya, ia mengikuti arah jalan Austin.

"Duduk," ucapnya pada Flo. Flo menuruti ucapan Austin karena dirinya sedang tidak ingin berdebat.

"Kenapa sih, Kak?"

"Malam ini kamu ada acara, tidak?"

Flo menoleh, ia menggelengkan kepalanya.

"Kebetulan saya ingin sekali makan di luar. Kalau tidak keberatan, saya ingin mengajak kamu makan malam di luar. Itu kalau kamu mau, kalau tidak, saya tidak akan pergi ke luar," jelasnya panjang lebar.

Flo tampak berpikir sejenak, setelah itu ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Oke, nanti jam 8 saya tunggu kamu di sini. Saya masih ada kerjaan. Permisi," pamitnya kepada Flo.

Flo mengibaskan rambutnya. "Huh, sekalinya gue mau mencoba baik sama dia, eh dianya ngeselin. Nyesel gue jadinya."

Dari jauh, Austin terkekeh melihat ekspresi kesal Flo. Sebenernya ia tau, namun sengaja membuat Flo kesal kepadanya.

• • •

Edward kini tengah menunggu Clara di sebuah butik milik keluarganya. Edward sengaja mengajak Clara untuk melihat reaksinya. Ternyata, benar kata Flo, terlihat bahwa Clara begitu manis jika dihadapkan oleh barang-barang yang begitu mahal.

Saat memilah-milah dress, ponsel Clara berdering menandakan bahwa ada telepon yang masuk. Dengan cepat Clara mengambil ponselnya dari dalam tas. Lalu ia menjauh dari Edward untuk mengangkatnya.

Edward berjalan berkeliling, ia begitu rindu ketika mamanya menjaga butik dan dirinya ikut menjaga di sana. Edward tersenyum kecut, ia merindukan momen-momen itu.

Ia butuh seseorang yang bisa selalu ada untuknya dan mengerti dirinya. Makanya ia membuat sebuah perkumpulan geng motor karena dirinya merasa kesepian.

Setelah selesai menelpon, Clara berlari menuju dimama Edward berada. Edward mengerutkan dahinya, ada apa dengan Clara?

"Kenapa lo?" tanya Edward.

"Edward, lo bisa anterin gue ke Bandara, ngga? Nyokap gue pergi untuk pindah ke Amerika, nyokap baru sempet kabarin gue. Please, gue ngga akan ganggu kehidupan lo ataupun Flo lagi. Setelah ini gue dan nyokap gue akan pindah ke Amerika, dan gue ngga akan ganggu kalian lagi, terutama Flo."

Edward terdiam sejenak, ia berpikir mengenai perpindahan Clara ke Amerika. Kalau Clara pindah, tidak ada lagi yang mengusik hidupnya dan mengganggu Flo. Edward ingin sepupunya hidup tenang.

Edward mengangguk. Setelah itu mereka berdua segera berlari menuju parkiran dimana mobil Edward berada.

Jarak dari butik mamanya menuju Bandara lumayan jauh. Keadaan jalanan begitu macet, ekspresi gelisah tercetak di wajah Clara.

Floeurenziita [End]Where stories live. Discover now