SMA🍁 Kesempatan Dikesempitan

Start from the beginning
                                    

Arumi menatap Bayu yang menoleh padanya duluan.

"Pak Agus kayaknya marah deh Bay..." Ucap Arumi pelan.

"Udah. Yuk ke lapangan." Kata laki-laki itu lalu berdiri dan berlalu.

Arumi mengikutinya di belakang.

___________________


Mungkin, jika saat ini Bayu tidak ada disebelahnya, Arumi bisa memastikan ia akan menjadi bahan sorakan setiap siswa yang melihatnya dari atas sana, atau yang lewat berkeliaran disekitar lapangan.

Tapi karena ada Bayu, mereka hanya melirik sambil berbisik-bisik entah apa.

"Nggak usah diperhatiin. Orang nggak ada kerjaan emang gitu. Kerjaannya ngomentarin orang lain." Celetuk Bayu yang membuat Arumi menoleh. Laki-laki itu memperhatikannya ternyata.

"Lo nggak malu?" Tanya Arumi.

"Malu kenapa?"

"Dihukum."

"Ngapain malu. Salah kan wajar, konsekuensinya emang kena sanksi. Dari jaman emak-emak sekolah juga peraturannya kayak gitu." Sahut Bayu lugas dan jelas.

Arumi terdiam sebentar lalu mengangguk paham.

"Tapi kan Lo ketua OSIS..." Kata Arumi lagi kali ini tak menoleh, ia memandangi sepatunya yang ia gerak-gerakan.

"Yaah kan gue juga manusia... Lagian bentar lagi juga pensiun kok. Jadi bisa bebas..." Sahut Bayu sambil menghela nafas panjang. Arumi menoleh karena mendengar laki-laki itu melepaskan udara cukup keras.

"Bebas ngapain?" Komentar Arumi langsung.

Bayu mendongak menatap bendera yang berkibar-kibar di hadapan mereka. Ia juga bingung bebas apa yang ia maksud barusan.

"Bebas... Bodok amat sama anak-anak yang bikin masalah dan... Gue jadi punya waktu lebih banyak buat mikir dan ngelakuin banyak hal untuk pribadi." Jawab Bayu akhirnya.

Arumi mencerna sesaat kemudian mengangguk paham.

Mereka kembali saling diam.

Hingga waktu istirahat dan sekolah menjadi sepi, mereka tak melakukan perbincangan lagi. Keduanya sama-sama menunduk untuk menghalau mata dari silau matahari.

"Btw gue selama ini baru dua kali dihukum. Dan dua-duanya lo yang nemenin..." Celetuk Bayu.

Arumi mendengar itu, ia hanya diam saja karena tidak tahu harus memberikan komentar seperti apa.

"Didunia ini nggak ada yang namanya kebetulan. Semuanya itu terjadi secara sambung-menyambung dari satu peristiwa ke peristiwa lain, atau dari satu orang ke orang yang lain." Kata Bayu lagi sambil menatap ujung sepatunya.

Arumi melirik sedikit, memastikan apakah laki-laki disebelah itu tengah berbicara sendiri atau sedang mengingat quotes dari buku yang dibacanya. Karena Arumi pernah membaca bahwa salah satu ciri orang jenius itu adalah sering berbicara sendiri, entah pada alam, hewan, maupun dirinya sendiri.

"Pasti ada maknanya kenapa kita sampai bisa dihukum bareng lagi..." Lanjut Bayu lagi yang kali ini membuat Arumi menoleh dengan dahi berkerut, mempertanyakan apa yang barusan Bayu katakan.

"Maknanya yaa yang namanya kesalahan itu pasti ada konsekuensinya. Sebagai manusia yang udah dibekali otak buat mikir, seharusnya kita nggak akan ngulangin kesalahan yang sama." Jawab Arumi lumayan panjang.

"Bener sihh... Tapi sebenarnya salah... Yang bener itu... Berarti kita, lo sama gue emang ditakdirkan untuk-" Ucap Bayu nyengir ketika Arumi menatapnya dengan mata membesar. "Dihukum bareng hehehe..." Lanjut Bayu mengganti kalimat yang sudah ia rancang.

𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔) Where stories live. Discover now