SMA🍁 Matematika Mati Rasa

231 41 8
                                    

"Bayu semangat!!!"

"Keringatnya bikin meleleh Bay!!!"

"Bayu stop!!! Aku nggak kuat huwaaaa..."

"Jiwa fangirl ku mendadak terbang huhuhu..."

"Nggak perlu ke Korea, Lucas Indo nggak jauh beda yaa kan?"

"Lo nggak usah lanjut kuliah aja Bay! Jadi idol lebih cucok huhuhu..."

Menuruni anak tangga lamban, Arumi samasekali tidak mengerti kenapa sekolahnya mendadak ramai seperti konser hanya karena klub basket sekolah ini berlatih di lapangan utama yang bisa disorot seluruh gedung sekolah SMA 3 yang mengelilinginya.

Bahkan sampai dibawah yang didominasi anak-anak baru kelas satu, suara-suara seperti itu masih terdengar meski tidak seheboh dilantai atas. Mungkin karena masih malu, atau takut mengingat aturan aneh yang berlalu disekolah ini cukup tidak masuk akal. Salah satunya, siap-siap dibuat tak betah jika berani membicarakan kakak kelas yang tampan, seperti Bayu contohnya.

Karena dibawah para siswa tidak seramai diatas, Arumi bisa melihat dengan jelas bagaimana para pemain basket itu berlatih di tengah lapangan. Bayu dan Agung ada disana.

"Ck!" Decak Arumi lalu mengusap kedua matanya dan berlalu dari lorong itu. Untuk apa juga ia memperhatikan lapangan yang berisi kumpulan pria dengan seragam tanpa lengan itu.

Tidak tahu ingin kemana, langkah Arumi tertahan ketika suara yang cukup familiar memanggilnya namanya. Mendongak, Arumi membungkuk dan tersenyum tipis ke arah Pak Agus wali kelasnya.

"Mau kemana? Padahal Bapak baru aja mau minta tolong anak-anak buat manggil kamu." Kata Pak Agus ketika Arumi sudah berjalan mendekat.

"Ma-mau ke sana Pak..." Sahut Arumi menunjuk lorong sembarang karena ia memang tidak tahu ingin kemana tadi.

"Oh... Kalau tidak ada kegiatan, kamu bisa ikut bapak ke ruang kepala sekolah?"

"Kepala sekolah?" Ceplos Arumi dengan mata membulat. Yang muncul dipikirannya saat ini ialah nilai ulangan harian matematikanya yang anjlok bahkan paling rendah.

"Iya. Bisa?"

"Bila Pak." Sahut Arumi ragu lalu mengikuti wali kelasnya yang melangkah masuk ke dalam ruang guru yang luas seperti lapangan itu. Ruang kepala sekolah ada didalamnya.

Ini yang ketiga kalinya Arumi bertemu langsung dengan Pak Broto selama di sekolah baru. Pertama ketika pendaftaran, kedua ketika ia baru masuk, ketiga hari ini. Sebenarnya bertemu tiap hari, tapi hanya dari jauh atau ketika apel dan upacara.

"Gara-gara nilai matematika saya paling rendah yaa pak?" Tanya Arumi akhirnya memberanikan diri ketika mereka sudah sampai didepan ruangan Pak Broto.

"Ohhh bukan. Nanti kamu tahu sendiri kalau masuk. Ayo..." Ajak Pak Agus yang masuk duluan. Arumi sedikit lega wali kelasnya itu ikut masuk juga.

Sampai didalam, Pak Broto langsung menyambut ramah Arumi dan mempersilahkan duduk disofa yang sudah tersedia.

"Langsung saja yaa, karena waktunya tidak lama." Mulai Pak Broto menatap Arumi serius.

Arumi sendiri tak bisa mengontrol kerja jantungnya yang semakin cepat. Takut sekaligus penasaran.

"Kamu kata Pak Agus dari SMA Bhineka Tunggal Ika kan?" Tanya Pak Broto.

𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔) Where stories live. Discover now