SMA🍁 Salahkah Jika Berubah?

239 44 1
                                    

"Berhenti sok baik!" Ucap Arumi yang sudah, entah berapa minggu ia menahan kalimat itu untuk tidak diucapkannya pada Bayu.

"Lo nggak perlu berangkat pagi-pagi dan pulang terakhiran! Gue bisa ngelakuin ini sendirian! Gue nggak butuh bantuan dari orang yang terbiasa pura-pura kayak lo!" Lanjut Arumi lalu merebut tong sampah ditangan Bayu.

Bayu terdiam, tersenyum tipis lalu menatap wajah di hadapannya, mata coklat besar Arumi yang kini menatapnya sanksi. Entah sejak kapan ia berspekulasi kalau wajah perempuan itu terlihat cantik, bahkan meski tidak tersenyum sekalipun.

"Salah gue mau berubah?"

Arumi tertawa tipis. "Silahkan... Tapi silahkan cari tempat dan objek lain buat lo tuju! Nggak usah sok baik, bantuin, ataupun belain gue lagi! Karena gue bener-bener nggak butuh. Gue beberapa minggu ini diem sama kelakuan lo karena gue pingin liat seberapa tahan lo pura-pura! Ternyata lo beneran punya bakat ya Bay, nggak nyerah sebelum target udah lo dapet!"

Bayu menatap bingung sedikit tidak mengerti dengan arah pembicaraan Arumi.

"Lo kesel gara-gara gosip-gosip murahan yang comblangin kita berdua? Sering berantem berarti jodoh hahaha..." Kata Bayu santai bahkan tertawa. Belakangan ini beberapa orang memang menyebar gosip kalau Arumi memang menjadi target selanjutnya setelah Bayu memutuskan Intan.

"Nggak usah sok polos deh! Lo dulu emang bisa dapetin Barli dan buktiin ke semua orang kalau lo bisa narik siapa aja. Lo bangga dengan status playboy yang punya banyak mantan yang beragam jenisnya. Lo lupa, apa yang lo lakuin sekarang pertanda kalau lo nggak bakal bisa dapetin perempuan yang bener!"

Bayu mengernyitkan alisnya dan beberapa detik kemudian ia paham apa maksud Arumi.

"Lo mikir, gue piket, bantuin lo, dan berangkat pagi pulang terakhir itu karena pingin narik perhatian lo? Rendah banget yaa pemikiran lo jadi orang. Nggak bisa apa positif thingking aja? Harusnya lo bersyukur karena anak-anak itu sekarang nurut kalau gue nyuruh mereka berhenti nge-bully lo- songong!" Ucap Bayu. Ini kali pertama setelah ia absen berminggu-minggu memanggil Arumi songong.

"Bersyukur? Gue harusnya bersyukur lo baikin? Nggak salah?" Sahut Arumi menatap kesal. "Lo sama akal bulus lo itu udah jadi rahasia umum Bay! Mending lo sekarang pulang, lo rawat tuh si Intan baik-baik biar otaknya nggak kegeser nuding gue PHO!" Kata Arumi lalu berbalik dan meninggalkan Bayu yang hanya menatapnya diam.

Sepeninggal Arumi, Bayu masih terdiam menatap pintu kelas. Entah apa yang ditatapnya disana, yang pasti beberapa kalimat Arumi kembali berhasil memporak-porandakan pikiran dan perasaannya. Entah sejak kapan Bayu takut dan memikirkan kalimat mengenai dirinya yang mengencani banyak wanita. Sejak kelas satu bahkan Agung teman baiknya sering kali menanyakan hal itu.

"Lo nggak takut kena karma? Bukannya gue-, gini lo Bay, Lo nggak takut kebiasaan lo ini kebawa sampai nanti lo nikah? Sumpah gue beneran nggak bermaksud apa-apa. Lo temen gue, bahkan kita udah kaya sodara. Setiap nyokap gue nonton drama pelakor, gue kadang kesel sendiri dan keinget sama lo. Gue takut-"

"Gue nggak bakal nikah! Gue nggak bakal jatuh cinta sama yang namanya perempuan! Lo liat aja, gue akan buktiin kalau mereka itu lemah dan pantas direndahin!"

"Nggak semua cewek kayak nyokap lo Bay-"

"Tapi banyak kan?"

Bayu menatap telapak tangannya lama. Lalu beralih pada tas Arumi yang masih ada di kursinya.

Membuka tasnya dan mengambil post it serta pulpen, Bayu menulis sesuatu disana.

🤬 kalau gue ditakdirkan sama Tuhan buat berubah lo mau apa hah?! 🤬

𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔) Where stories live. Discover now