SMA🍁 Arumi Bagian Anak IPA

223 44 0
                                    

Seperti prinsip yang pernah ia katakan pada Bayu adiknya, jangan pernah menyentuh anak orang (perempuan) sembarangan meskipun itu pacar. Rian terpaksa membawa Arumi lantaran anak SMA itu pingsan tak lama setelah ia bawa ke dalam mobil.

Dan juga dengan terpaksa, ia tidak pulang ke rumah bahkan lupa mengabari adiknya kalau malam ini tidak pulang karena satu hal yang mendesak.

Yaa, beberapa menit setelah Rian membaringkannya, anak SMA itu melenguh dengan nafas tak teratur di tambah suhu tubuh yang panasnya tak main-main. Alhasil, ia begadang menungguinya sambil mengganti kain yang digunakan untuk mengompres hingga pagi.

"Syukur deh, akhirnya demamnya turun. Huftt..." Gumam Rian lalu berdiri dari kursi yang sengaja ditariknya ke sebelah ranjang. Menggerak-gerakan tangannya yang pegal dan pantatnya yang lumayan nyeri dan panas, ia beranjak pelan keluar kamar itu.

Menyalakan keran air di wastafel, Rian lagi-lagi tanpa sadar mengucap hamdalah. Pasalnya, apartemen ini sudah hampir setengah tahun tak ditinggalinya. Mungkin ayahnya masih membayar biaya air dan listrik apartemen ini tanpa tahu kalau dirinya sudah tidak kuliah dan tinggal disini lagi.

Membuka kulkas, Rian menatap banyak makanan dan bungkusan coklat yang mungkin sudah kadaluwarsa lagi itu. Waktu itu, ketika meninggalkan apartemen ini, Rian memang tak membawa apa-apa kecuali mobil, ponsel, dan baju yang dikenakannya. Untung saja penjaga apartemen terkadang mengecek sekitarnya, jadi tidak perlu takut akan dihuni tikus atau hewan-hewan parasit lainnya.

Kembali ke ruang tamu, Rian merebahkan tubuhnya ke badsofa yang waktu itu memang ia beli untuk tempat bersantai dan rileksasi ketika penat pulang dari kampus.

"Huffttt..." Menarik nafas dalam lalu memejamkan mata, Rian menutup matanya sedikit, tak lama kemudian terlelap.

Ia sama sekali tidak ingat mengabari Bayu yang sekarang dirumah tentu khawatir menunggunya.

Dan satu lagi yang membuatnya benar-benar melupakan hal sepenting itu. Ponselnya ternyata tertinggal didasbor mobil semalam.

_______________

"Kemana sih Bang Rian? Kasih kabar kek kalau emang nginep tempat teman..." Tanya Bayu sendirian sambil mondar-mandir masuk-keluar kamar.

"Ditelfon nggak diangkat..." Gumamnya lagi kali ini kembali masuk ke kamar dan berdiri didepan cermin sambil memasang dasi. Pikirannya masih tak tenang dan memikirkan Rian yang belum pulang.

"Mabok? Balapan? Tawuran? Nggak mungkin lah! Bang Rian kan nggak pernah boongin gue. Tadi malam dia juga janji nggak minum, cuma jalan. Eh tunggu- jangan-jangan..." Bayu mendelik sendiri menatap bayangannya dicermin. Barusan ia berpikir kalau kakaknya itu kecelakaan atau terjadi sesuatu seperti-

Ah, sekarang kan banyak sekali kasus pembunuhan mutilasi segala macam.

Bayu bergidik sendiri membayangkan itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menyanggah lamunannya barusan.

"Ah paling ketemu temen SMA atau kuliahnya, terus nginep deh..." Gumam Bayu lalu berusaha mengalihkan pikirannya pada hal-hal yang tidak terlalu berlebihan lagi. Setelah siap dan menyantap dua lapis roti tawar, Bayu pamit berangkat sekolah pada Bi Siti.

"Kenapa Den? Kok senyam-senyum?" Celetuk Bi Siti karena Bayu memang menatap perempuan itu sambil tersenyum.

"Nggak papa kok Bi. Kalau gitu Bayu berangkat..." Ulang Bayu lagi lalu berlalu keluar rumah. Sambil memanaskan motornya sebentar sebelum dijalankan, ia kembali tersenyum dan membayangkan seandainya Bi Siti benar-benar ibunya.

𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔) Where stories live. Discover now