SMA🍁 Kesempatan Dikesempitan

188 35 0
                                    

Dikasih hati minta jantung, minta hati dikasihnya jantung, atau nggak minta apa-apa dikasih jantung sama hati?

Mungkin ungkapan ketigalah yang cocok untuk menggambarkan hubungan Arumi dan Bayu sekarang.

"Gue udah terlanjur pesen gojek..." Ucap Arumi bohong sambil menatap jalanan didepannya.

"Tinggal cancel kan selesai..." Sahut Bayu cerdas.

"Cancel-cancel! Kasian tahu abang gojeknya!" Balas Arumi setengah mengomel. Salah tidak salah, Bayu selalu membuatnya ingin mengomel sepanjang waktu.

Bayu terdiam menatap Arumi dan helm ditangannya bergantian. Turun dari motor, ia meraih ponsel Arumi cepat, membuat perempuan itu terkejut dan mendelik.

"Liat bentar... Abang gojek lu udah sampe mana..." Celetuk Bayu sambil mengangkat ponselnya tinggi. Tapi ia tidak melihat apapun, bahkan ketika membuka aplikasi hijau itu, ia tak melihat Arumi memesannya.

Menyerahkan ponsel yang langsung disambar Arumi cepat, Bayu menatap Arumi lesu.

"Lo ngapain sih pakai boong segala? Belum pesan gitu... Dibilang terlanjur..."

Arumi melirik kesal sebentar lalu beralih, "Harusnya gue yang tanya, Lo ngapain pagi-pagi ke sini?"

"Jemput Lo. Kan kita mulai kemarin fiks jadi temen." Jawab Bayu lancar dengan senyum tipis mematahkan prinsip untuk tak tergoda.

Arumi terdiam menatap ujung sepatunya. Berbalik dan berjalan beberapa langkah, Arumi mengambil helm ditangan Bayu lalu memakainya. Bayu yang melihat itu terdiam lalu tersenyum tak percaya.

"Kok pinter?" Celetuk Bayu sambil tertawa.

Tak menyahut, Arumi menurunkan kaca helm hingga wajahnya tak terlihat. Karena percuma debat panjang lebar dengan laki-laki didepannya ini. Ujung-ujungnya mereka malah terlambat masuk ke sekolah setelah beberapa hari meliburkan diri.

"Oke. Let's go!" Ucap Bayu lalu membawa motor yang dikendarainya bergabung dengan kendaraan lain dijalan raya.

_______________

Suasana hening, meski Bayu dan juga Arumi sudah tak asing lagi dengan ruang guru, tak ada satupun diantara mereka berani bersuara. Kali ini mereka datang dengan kasus yang berbeda.

"Oke. Kamu jadi seminggu ini kabur dari rumah dan pergi ke Yogyakarta karena ada masalah keluarga..." Ucap Pak Agus menyimpulkan apa yang diungkapkan Arumi barusan. "Lalu ketemu Bayu, dan kalian balik sama-sama ke sini." Lanjut wali kelas mereka itu lalu beralih pada Bayu.

"Kamu, kenapa nyusul Arumi ke Yogyakarta?"

Bayu terdiam, menoleh pada Arumi sebentar sebelum bersuara.

"Saya salah pak. Saya siap dihukum." Jawab Bayu yang membuat Arumi gantian menatap Bayu bingung.

"Saya tahu kamu salah. Yang saya mau kamu jelaskan apa alasan kamu menyusul Arumi ke Yogyakarta?"

Menelan liur dalam, "Maaf Pak. Karena alasannya adalah masalah pribadi saya, jadi saya tidak bisa menjelaskannya."

Beberapa detik ruangan hening. Pak Agus terdiam. Meski ia adalah guru, ia juga tidak berhak memaksa muridnya untuk membeberkan masalah pribadinya.

"Hari ini kalian tidak usah masuk kelas. Silahkan ke lapangan sampai pulang. Besok pagi setelah apel datang lagi kesini. Saya akan memikirkan sanksi untuk kalian." Kata Pak Agus lalu berlalu.

𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora