CHAPTER 42🎃

158 18 0
                                    

Semenjak kepribadian dan emosional Davin sudah normal kembali, kini Aleeta, Davin, Natya, dan juga Vero sering menghabiskan waktu bersama-sama. Kali ini Davin sudah tidak lagi menutup diri, biasanya setelah bekerja dia selalu menghabiskan waktu untuk mengurung diri di dalam rumahnya.

Jadi saat ini mereka membuat rencana pergi ke mall untuk berbelanja barang yang sedang diperlukan.
“Kak, lo mau beli apaan?gue bingung juga nih kalau udah sampai ditempat,” bisik Natya kepada Aleeta.
“Snack banyak-banyak,” jawab Aleeta.
“Hmm.. iya juga sih,” Natya mengangguk mengerti.

“Guys sebelum belanja kita main-main bentar yuk? Di timezone?” ujar Vero memberikan pendapatnya.
Aleeta dan Natya saling menoleh satu sama lain, mereka bingung. Sementara Davin langsung menyetujuinya, “Ayo,” ucapnya.

Ternyata Aleeta dan Natya menunggu jawaban dari Davin, jadi jika Davin setuju tentu saja mereka menyetujuinya. Mereka lalu segera bergegas untuk membeli koin permainan, Aleeta begitu tidak sabar. Sudah lama sekali dia tidak bermain permainan seperti ini.

********

Mereka asyik memilih permainan secara random, Vero dan Natya sedang fokus bermain capitan boneka. Natya ingin sekali Vero mendapatkan boneka panda untuknya, tetapi sudah memasukkan koin kurang lebih lima koin tak kunjung dapat juga sepertinya mesinnya agak bermasalah.

Sementara Davin dan Aleeta memilih untuk bermain yang dapat menguras energi, yaitu street basketball. Mereka bersaing mendapatkan skor terbanyak, jika ada yang kalah maka dia harus mentraktir es krim.

“Yakin bisa ngelawan gue?” goda Davin.
“Halah! Ini mah kecil bro,” jawab Aleeta mengentengkan permainan ini.
“Yang kalah traktir es krim?” tanya Davin sambil mengangkat satu alisnya.
“Oke. Siapa takut!” Aleeta menerima tantangan Davin.

“Yoi ayo mulai!” ujar Davin. Masing-masing mereka lalu memasukkan koin dan segera bermain, melemparkan bola basket sebanyak-banyaknya untuk mengumpulkan poin.

  Waktu bermain telah habis, Aleeta mendapatkan skor 200 sementara Davin 189 benar-benar sangat sengit. Mau tidak mau, Davin harus membelikan Aleeta es krim nanti ketika selesai berbelanja.

“YEE LO YANG TRAKTIR!” teriak Aleeta kegirangan.
Davin mengatur nafasnya, dia begitu kelelahan.”Iya gue traktir, habis belanja aja ya?” ujar Davin dengan nafasnya yang masih terengah-engah.
“Siap pak bosku!” jawab Aleeta.
“Btw lo bisa basket ya? Kapan-kapan ayo kita main basket bareng kalau hari libur nggak ada kerjaan,” ajak Davin. Rasanya sudah lama sekali dia tidak berolahraga.

“Hah?” Aleeta sedikit tercengang dengan perubahan Davin. Davin sudah mulai mencoba menikmati kehidupannya, dan ingin mengubah gaya hidupnya yang monoton.
“Gue ajakin lo main basket,” Davin mengulangi perkataannya sekali lagi.
“Mmm.. iya mau. Kabarin aja kalau mau main,” Aleeta menyetujuinya.
“Oke,” Davin mengangguk mengerti.

  Mereka lalu mencari permainan seru lainnya, dan tidak lupa menghampiri Natya dan Vero. Mereka berempat memuaskan diri karena sebentar lagi tak terasa akan kembali bersekolah, jadi sebisa mungkin harus menciptakan kenangan indah ketika liburan.

“Ayo belanja yuk?” ajak Vero. Dia sudah lelah mencoba semua permainan di timezone.
“Yaudah ayo. Gue mau belanja snack,” ujar Aleeta.
“Hmm.. mampir-mampir ke toko baju bentar lah. Gue mau beli buat bahan foto ootd gue di instagram,” pinta Vero. Dia mulai mengembangkan bidan fashionnya dan dia selalu bagikan di instagram. Jadi Vero bisa dikatakan sebagai makhluk yang begitu fashionable.

“Ah gaya amat lu jadi orang!” goda Natya.
“Heh.. protes aja lo!” jawab Vero.
“Yaudah ayo iya udah,” Aleeta mengalah. “Ayo Vin,” ajaknya lalu menggandeng tangan Davin.
“Iya,” jawab Davin.
Ketika kegiatan berbelanja mereka telah selesai, Davin tidak lupa akan janjinya tadi. Dia kalah dari permainan, jadi harus membelikan Aleeta es krim. Tetapi ketika Davin membeli, dia terciduk oleh Vero dan Natya karena luluh akan rayuan mereka jadi Davin juga membelikan es krim untuk mereka.

********

Pagi harinya Aleeta baru saja membuka pagar rumah, tiba-tiba ketika dia menoleh dia terkejut melihat Davin yang sedang jongkok sambil memainkan handphone.

"Davin?!!" Aleeta kaget bukan main.
"Eh? Udah bangun lo," ujar Davin setelah itu memposisikan dirinya berdiri.
"Iya. Lo ngapain disini?" tanya Aleeta kebingungan.
"Lo pakai nanya? Ya ketemu lo, gue pengen jalan. Boleh?" ajak Davin to the point.
"Boleh. Yaudah kalau gitu gue ganti baju dulu," dengan buru-buru Aleeta membalikkan badan untuk kembali masuk ke rumah. Tetapi Davin mencegah dirinya kembali.
"Enggak usah. Cantik cantik, nggak usah ribet deh!" protes Davin. Tanpa babibu dia langsung menarik lengan Aleeta.

"Aaaa.. Davin," rengek Aleeta. Dia pasrah saja, yang terpenting dia sudah membawa handphone untuk mengabari orang tuanya.
"Lari-lari kecil aja yuk," ucap Davin.

Ketika mereka asik berlari berdua, sambil menikmati pemandangan. Tiba-tiba Aleeta terjatuh, dia sekarang sedang memakai sandal yang memiliki hak cukup tinggi. Dia tidak sempat berganti sandar, karena Davin terlalu terburu-buru.

"Duh," gumam Aleeta. Memegangi kakinya yang kesakitan.
"Alee!" Davin menoleh ke belakang setelah itu menghampiri Aleeta.
"Kaki lo sakit?" tanya Davin begitu khawatir dengan kondisi Aleeta.
Aleeta menganggukkan kepala.

Melihat sandal Aleeta sekarang, dengan sigap mengambil sandal Aleeta setelah itu membopong Aleeta begitu saja.

"Davin?!" Aleeta sedikit gugup. Sekarang , orang yang dia cintai menggendong dirinya. Ditengah keramaian orang.
"Kenapa?" tanya Davin.
"Gue malu," wajah Aleeta begitu memerah.
"Lo masih mentingin rasa malu lo? Daripada rasa sakit lo?" kata Davin.
Mendengar itu Aleeta langsung terdiam, kata-kata Davin memang begitu dalam.

Selamat siang semuanya!
Nih yang udah pada nungguin, aku kasih asupan uwu dari Davin sama Aleeta ya? Hehe.. gemes nggak?
Yuk kasih pendapatnya, butuh kritik dan saran yang membangun 🙏.
Jangan lupa follow, read, vote, dan comment. Supaya aku makin rajin up-nya😁.
Thankyou!

- Happy Reading 🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] Where stories live. Discover now