CHAPTER 35🎃

472 28 1
                                    

“Ayo kita taruhan menurut lo Davin bakal bangun kapan?” ujar Vero dengan segala keputusasaannya, dia bingung kapan sahabatnya akan segera sadar dari pingsannya. Mungkin ini namanya bukan pingsan, melainkan koma.
“Hehh.. temannya sakit kok dibikin taruhan-taruhan!” protes Natya.

“Ya gimana.. gue bingung banget Nat, gue jadi merasa bersalah. Gue merasa gagal jadi keluarga yang bisa diajak dia bicara,” Vero menyandarkan kepalanya kebahu Natya.
“Udah lah jangan nyalahin diri sendiri. Mending kita doain biar cepat sadar, oke?” Natya menenangkan hati Vero supaya tidak merasa bersalah dengan dirinya sendiri.
“Hm.. oke,” Vero menuruti perkataan Natya.

  Beberapa menit kemudian, setelah Vero dan Natya untuk beraktivitas bermain game, menonton film dan yang lainnya. Tiba-tiba tangan Davin bergerak begitu samar, melihat itu ingin rasanya Vero berteriak saking bahagianya. Tetapi Natya melarangnya, Davin harus menyadarkan dirinya dengan benar-benar tenang.

“Tenang beb tenang,” bisik Natya didekat telinga Vero. Mereka memperhatikan pergerakan Davin begitu serius.

Davin membuka matanya secara perlahan, setelah itu menoleh kearah Vero dan Natya yang sedang berdiri tepat disampingnya menatap penuh haru. Rasanya tenggorokan Davin sedikit sakit, namun dia berusaha untuk memanggil nama mereka berdua.

“V-vero.. Natya..” panggil Davin lirih.
“Lo masih ingat kita kan kak?” tanya Natya menguji coba daya ingat Davin setelah bangun.
“Ya masih lah,” jawab Davin dengan ketus.
“Davin.. maafin gue ya. Maafin gue kurang terbuka sama lo, sampai-sampai semua masalah lo pendam sendiri. Sampai.. lo juga mau ninggalin gue karena lo bingung mau ceritain masalah lo sama siapa,” ujar Vero meminta maaf.
“Justru gue yang harusnya minta maaf Vin. Gue nggak tahu diri sama lo, padahal lo sama keluarga baik banget sama gue. Tetapi gue malah seenaknya dan bikin ulah yang bikin kalian khawatir, gue benar-benar khilaf..” jawab Davin menatap Vero dengan tatapan sendu.

“Hmm.. yaudah mulai sekarang lo harus cerita sama gue. Ooh ya, lo sekarang nggak perlu mikirin Lingga lagi. Dia udah musnah!” Vero memberi info terbaru tentang Lingga.
“Hah?lo bunuh dia?” baru saja terbangun omongan Davin sudah membuat Vero darah tinggi. Menyebalkan sekali.
“Nggak lah woi! Gue laporin dia ke BK, lo hampir bunuh diri karena cake kan?” kata Vero.
“Emm.. iya,” Davin murung setelah diingatkan Vero akan hal itu.

“Tenang dia nggak bakal ganggu lo lagi. Bahkan soal masalah yang lama, gue udah laporin, selama ini gue udah ngumpulin bukti. Dia akhirnya skors selama dua bulan,” Vero menjelaskan rincian kejadian.
“Ver.. thankyou banget,” tanpa Davin sadari air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya. Dia terharu akan perlakuan Vero yang selalu membantunya.
“Sama-sama bro,” Vero mengacak-acak rambut Davin.

“Natya, Aleeta mana? Gue pengen ngomong sama dia,” tanya Davin kepada Aleeta. Karena ketika dia membuka matanya, tidak ada Aleeta disekitarnya.
“Dia masih kerja kak, terus kan kakak lagi sakit dia sekarang lagi gantiin. Tapi udah gue kabarin kok kak, sebentar lagi udah selesai kerja!” Natya tersenyum girang. Dia juga ikut senang jika kakaknya juga senang.
Benar dugaan Davin dipikirannya, Aleeta selalu menggantikan dia kerja ketika sedang sakit. Dia bingung hati Aleeta sebenarnya terbuat dari apa? Kenapa hidupnya setangguh dan sekuat itu.

“Nat, gue pulang dulu ya? Ganti baju sekalian ngabarin mama. Lo disini dulu,” pamit Vero.
“Iya yaudah sana,” jawab Natya.

********
 

Sebenarnya jam pulang Aleeta masih lama, tetapi dia tidak sabar melihat kondisi Davin yang katanya sudah sadar. Dia akhirnya nekad untuk meminta izin kepada bosnya, untuk saja bosnya bisa mengerti keadaannya jadi dia mendapatkan izin. Setelah mendapatkan izin dia lalu bergegas menuju kerumah Davin.

“Assalamualaikum,” Aleeta masuk kerumah Davin sambil mengucapkan salam. Tidak mendapat jawaban, dia pun langsung menuju kamar Davin. Pasti semuanya sedang berada disana untuk merawat Davin.
“Aleeta..” panggil Davin lirih sambil menatap Aleeta begitu lekat ketika dia baru saja masuk.

“Hai,” Aleeta melambaikan tangannya lalu mendekat kearah Davin.
“Badan lo udah enakan?” tanya Aleeta sambil memegangi wajah Davin.
“Udah,” Davin menganggukkan kepalanya.
Karena kehadiran Aleeta, awalnya Vero menyuapi Davin namun tiba-tiba  Davin menyuruhnya berhenti.

“Tolong bisa ajakin semua keluar sebentar nggak?” pinta Davin kepada Vero.
“Kenapa?” Vero ingin mengetahui alasannya.
“Gue mau ngomong berdua sama Aleeta, “ jawab Davin.
“Oh oke,” Vero mengerti lalu dia segera menyuruh semua yang ada di kamar keluar sebentar. Untuk memberikan waktu kepada Davin dan Aleeta.

Akhirnya Davin sadar juga ya guys🥰.
Senang kan kalian?
Emm.. Kira-kira Davin mau ngomongin apa ya ke Aleeta?
Yuk tebak-tebak yuk! Kasih pendapatnya, butuh kritik dan saran yang membangun🙏.
Btw thankyou udah bikin ZOMBIE mencapai 3K pembaca, kalau udah sampai 400 vote aku bakalan sering up!😁.
Jangan lupa follow, read, vote, dan comment!
Thankyou!

- Happy Reading 🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें