CHAPTER 38🎃

210 23 0
                                    

Angin pantai berhembus begitu kencangnya, dedaunan pohon kelapa bergerak mengikuti arahnya angina. Langit dilihat tampak begitu indah, dan suara air dan ombak benar-benar menenangkan hati. Setelah mendapatkan tempat duduk Davin dan Aleeta pun menikmati pemandangan indah itu.

“Indah banget ya Vin,” ujar Aleeta.
“Iya,” Davin menoleh kearah Aleeta yang sedang fokus menikmati suara gemricik air.
“Vin maaf kalau lo tersinggung, tapi gue pengen tahu. Tadi kata dokternya, dia bilang lo ada depresi enggak?” tanya  Aleeta.
“I-iya Lee.. lo kok tahu?” jawab Davin sedikit kikuk.
“Waktu lo hampir bunuh diri kan gue udah pernah bilang. Gue pernah kayak lo Vin, tapi nggak sampai mau bunuh diri juga. Itu terlalu konyol,” ujar Aleeta menoleh kearah Davin sambil tersenyum tipis.

   Davin hanya diam, dia hanya menatap Aleeta lekat-lekat. Memberi kode supaya Aleeta menceritakan semua tentang kisah selama hidupnya ini.

“Waktu gue SMP, tiba-tiba papa gue meninggal karena suatu penyakit yang diderita. Saat itu gue benar-benar terpuruk banget, gue bingung apa bisa gue hidup dan bertahan tanpa orang yang gue sayangi. Dan disitu gue juga kasihan banget sama mama gue, karena mau nggak mau harus jadi ibu sekaligus tulang punggung buat keluarga. Akhirnya gue pun nyari kerja apapun itu! Entah itu pelayan restoran, jualan buku bekas, penjaga toko, dan lainnya tanpa sepengetahuan mama gue. Gue sempat gila kerja kayak lo waktu itu, soalnya yang gue pikirin mama gue dan juga Natya. Sampai dimana gue berada dititik terendah, rasanya udah mau nyerah buat hidup. Dan gue termenung dan sadar kalau hidup ini bukan cuma kerja, kita harus enjoy life. Gue merasa gue terlalu overworking,” Aleeta menceritakan kisah hidupnya mulai dari awal.

“Enjoy life?” Davin mengangkat satu alisnya.
“Iya Vin,” Aleeta menganggukkan kepalanya. “Lo terlalu overworking dan terlalu banyak fikiran, sampai lo nggak ngurusin hidup lo layaknya seorang zombie. Lo harus ingetin diri lo sendiri kalau berkat dari Tuhan nggak akan lari kemana-mana, its okay to stop working and relax. Buat apa juga kerja sampai jatuh sakit, duit lo jadi terbang ke rumah sakit jadinya?ya kan?” sambung Aleeta.
“Hmm.. iya juga sih,” Davin mulai merenung untuk memikirkan ucapan dari Aleeta.

“If you are feeling tired, it”s okay to rest Vin. Penting banget istirahat itu,” ujar Aleeta sambil bersandar di bahu Davin.
“Iya selama ini gue nggak pernah perduli sama diri gue sendiri,” Davin menyadari kesalahannya selama ini.
“Mulai saat ini dan seterusnya rubah ya?” Aleeta mengangkat jari kelingkingnya.
“Iya Aleeta..”

Mendengar cerita Aleeta, Davin sadar kalau Aleeta begitu kuat karena dia tegar menghadapi kerasnya dunia ini. Davin semakin takjub dengannya, dan merasa begitu lemah dihadapan Aleeta. Davin benar-benar malu.

********

  Sejak pertama kali bertemu, Davin tidak pernah yang namanya mampir ke rumah Aleeta. Hanya Aleeta saja yang terus-terusan ke rumahnya, jadi pulang dari pantai Aleeta berniatan untuk memaksa Davin.

“Vin mampir dulu ayo!” ajak Aleeta ketika sudah sampai dirumahnya.
“Gue nggak enak Lee,” Davin malu-malu.
“Ah lo mah gitu!” protes Aleeta. Ditengah perdebatannya, tiba-tiba dia mendapatkan notifikasi dari mamanya. Jadi dia terburu-buru membacanya, dan tidak menyangka kalau mamanya sedang berada di Jakarta dan berniat untuk menginap selama tiga hari. Sebentar lagi mamanya akan sampai di rumahnya, tentu saja Aleeta senang. Ini juga bisa menjadi kesempatan besar untuk mengenalkan Davin kepada mamanya.

“Dari siapa Lee?kok kayaknya senang banget?” tanya Davin sesekali mengintip layar handphone Aleeta.
“Vin.. lo harus mampir titik!” Aleeta memaksa.
“Emangnya kenapa?” Davin kebingungan.
“Mama gue sebentar lagi mau kesini. Gue pengen ngenalin lo, mau ya? Please,” Aleeta memasang mimik muka menggemaskan supaya Davin bisa berubah pikiran.
“Ah lo ah! Gue nggak enak,” ujar Davin.

“Udah lah nggak apa. Oke?” Aleeta lalu menyuruh Davin untuk cepat-cepat memarkirkan sepeda motornya didepan rumah. Aleeta sebenarnya tahu kalau Davin malu karena isi rumahnya hanya perempuan tanpa orang tua, dia pasti khawatir orang-orang akan berfikiran negatif. Tetapi Aleeta memaksanya, lagi pula diantara seisi rumah tidak ada yang mau melakukan hal yang tidak senonoh. Sangat tidak mungkin.

Selamat malam! Xixi, yok yang begadang buruan nih baca chapter baru😂.
Sesuai target, 1K vote aku lanjutin kan nih?
Yuk gimana pendapat kalian chapter ini? Aleeta akhirnya menceritakan semua kisah hidup dia kepada Davin, terharu enggak?
Butuh kritik dan saran yang membangun 🙏.
Jangan lupa follow, read, vote, dan comment. Supaya aku makin rajin up-nya😁.
Yuk gasss yuk! Vote terus.
Thankyou!

- Happy Reading 🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] Where stories live. Discover now