CHAPTER 25🎃

365 26 0
                                    

  Saking banyaknya wahana yang ada di Dufan, mereka bingung harus memilih wahana apa terlebih dahulu untuk dimainkan. Tetapi tanpa fikir panjang Vero memberikan rekomendasi untuk menaiki wahana “Kicir-kicir” terlebih dahulu.
Wahana itu sangat menantang bagi Vero, meskipun sepertinya menyeramkan namun Vero senang dengan yang namanya sebuah hal baru.

  Aleeta bingung harus menjawab bagaimana, sepertinya Davin dan juga adiknya juga tertarik menaiki wahana itu, lucu jika dia harus menunggu sendiri dibawah sementara lainnya bersenang-senang.
“Lo nggak bisa naik wahana gini?” tanya Davin tiba-tiba.
“Ahh?emm.. bisa kok,” jawab Aleeta dengan terpaksa mengiyakan rekomendasi dari Vero.

“Lama amat lo, yaudah cus!” ledek Vero sambil menggandeng tangan Natya lalu segera menuju wahana tersebut. Sementara Davin, masih berada disamping Aleeta dan menemaninya juga menyusul Vero dan Natya.

   Aleeta berusaha memberanikan diri untuk menaiki itu, akhirnya mereka pun mencoba wahana itu selama dua putaran. Sudah putaran pertama,  Aleeta rasanya ingin sekali mual ditambah lagi cuaca saat ini dingin sekali.
Namun dia mencoba untuk menguatkan diri supaya tidak merepotkan orang yang disekitarnya.
  
  Sebenarnya dari awal lewat ekspresi Aleeta, Davin sudah tahu kalau Aleeta tidak bisa menaiki wahana mencekam seperti ini. Aleeta memang tipe orang seperti itu, dari awal mereka bertemu Davin bisa menilai kalau Aleeta adalah orang yang selalu memberikan energi positif kepada orang banyak dan berusaha terlihat tidak memiliki beban apapun padahal didalam hatinya banyak sekali hal-hal yang tersembunyi yang dipikirkannya.

  Melihat Aleeta ketakutan seperti ini, Davin jadi teringat akan mamanya. Mamanya dulu paling tidak suka dengan wahana semacam ini, tetapi ketika Davin memaksa mamanya selalu mengiyakan kemauannya. Syaratnya adalah dengan menggenggam tangan, supaya dunianya hanya tertuju kepada Davin seorang tanpa memperdulikan betapa mencekamnya wahana ini.

Karena dia teringat mamanya, Davin segera menggenggam tangan Aleeta. Semoga Aleeta merasakan ketenangan seperti yang dirasakan mamanya dahulu.

“Ada apa Vin?” tanya Aleeta.
“Gue ada disamping lo, tenang ya?genggam tangan gue kalau takut,” ujar Davin sambil tersenyum tipis.
   Aleeta tidak bisa mengatakan apapun, yang awalnya dia ketakutan akan wahana ini tetapi sekarang dia terhipnotis tingkah Davin yang berbeda seperti biasanya. Baru pertama kali Davin menggenggam tangannya seperti ini, apakah Davin sudah mulai membuka hati untuk dirinya?dan mencoba perlahan mengubah sifat dinginnya itu?

“Kak, lo sakit ya?” tanya Natya ketika sudah menuruni wahana tersebut.
“Ah Lee! Lo nggak bilang kalau nggak bisa naik wahana kayak gini!” protes Vero. Dia merasa bersalah karena merekomendasikan wahana tersebut tadi.

“Enggak nggak papa kok gue,” ujar Aleeta. Tetapi sebenarnya dia ingin sekali muntah, karena Davin sigap dia pun beralasan kepada Natya dan Vero pergi sebentar untuk membeli minum.
“Gue sama Alee duluan. Mau beli minum sebentar,” ucap Davin lalu menarik lengan Aleeta. Mengantarkannya pergi ke kamar mandi.

“Ayo cepetan ke toilet, pengen muntah kan?” tanya Davin sambil berjalan menuju toilet Dufan.
“Iya,” Aleeta menganggukkan kepalanya.
“Yaudah sana bebersih. Gue beliin minum dulu,” ucap Davin sesampainya di toilet.
“Iya, makasih,” Aleeta langsung bergegas masuk.

********

Gimana udah enakan?” tanya Davin. Untuk sementara mereka beristirahat sejenak duduk di kursi yang sudah disetiap sudut tempat, Aleeta pasti butuh waktu untuk menenangkan diri.
“Iya udah kok Vin,” ujar Aleeta.

“Makasih minumnya,” sambungnya sambil mengangkat botol minum yang dibelikan oleh Davin.
“Lo itu aneh ya,” ucap Davin tiba-tiba. Tidak biasanya Davin banyak bicara seperti ini kepadanya.

“Aneh kenapa?” Aleeta kebingungan.
“Dari awal kita ketemu lo selalu bilang sama gue, kalau gue punya masalah gue harus ceritain semua sama lo tanpa ada yang dipendam. Tapi lo sendiri, takut wahana gini aja pakai dipendam?aneh banget lo,” ledek Davin.

“Ihh.. gue cuma nggak mau nunggu sendiri dibawah. Nggak enak tahu!” ujar Aleeta tidak terima dicap aneh oleh Davin. Serasa dia menjilat lidahnya sendiri, tidak konsisten dengan ucapannya dulu kepada Davin.
“Kan lo bisa bilang Lee, gue bisa nemenin lo?segitu takutnya lo sama gue?” Davin tertawa lepas.

“Sekarang lo yang aneh,” ujar Aleeta to the point.
“Hm?kenapa?” tanya  Davin.
“Lo banyak ngomong. Nggak kayak biasanya,” ujar Aleeta.

“Emmm..” Davin menatap langit cerah hari ini. “Gue mau belajar Lee,” sambungnya.
“Belajar?”

“Belajar biar gue nggak menutup diri. Bantu gue ya Lee?” Davin menatap Aleeta dengan lekat.
“I-I-iya,” jawab Aleeta begitu gugup. Aura dingin maupun soft Davin seperti ini, mampu melemahkan hati Aleeta dalam sekejap.

Haiii!! Aku up lagi, aku up lagi!!
Ini yang kalian tunggu kan? Davin udah mulai belajar biar sifatnya nggak dingin lagi, dengan dibantu Aleeta. Gemas banget enggak sih? 🥰.
Kasih pendapatnya! Butuh kritik dan saran yang membangun🙏.
Jangan lupa follow, read,vote dan comment. Supaya aku makin rajin up-nya😁.
Thankyou!

- Happy Reading 🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] Where stories live. Discover now