CHAPTER 29🎃

314 17 0
                                    

“Hai keponakan tante yang paling ganteng, akhirnya mampir ya!” sambut tante Davin. Ketika Davin sudah sampai tepat didepan pintu rumahnya.
“Sini ayo masuk,” tantenya menggenggam lengan Davin.
“Davin nggak punya waktu te,” tolak Davin. Dia masih berdiam diri didepan pintu.

“Terus kamu mau ngapain kesini?” tanya tantenya sambil menghela nafas.
“Nih,” Davin mengulurkan tas berukuran sedang yang berisikan beberapa pucuk surat dan uang pemberian tantenya.
“Apa ini?” tantenya heran lalu membuka tas itu dan terkejut.

Ternyata Davin memang sangat susah diluluhkan. “Kenapa kamu balikin?” sambungnya.
“Nggak butuh. Cuma bikin rumahku penuh uang nggak penting,” ujar Davin dengan ekspresi wajahnya yang sangat datar.
“Buat kamu jajan nak,” tantenya mengulurkan lagi tas itu kepada Davin tetapi Davin menepisnya sampai ta situ jatuh ke lantai.

“Aku bisa cari sendiri, aku masih bisa hidup tanpa bantuan kalian semua!” ujar Davin lalu pergi begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu. Davin sangat muak, baginya berhadapan dengan om atau tantenya hanya membuang-buang waktu.

********
 

Berkat kedua orang tua Vero, kini Davin belajar begitu rajin karena dibantu oleh guru privat. Selain selalu mempertahankan peringkat satu, akhir-akhir ini dia juga sering mengikuti olimpiade berbagai mata pelajaran.
Dia mencoba melakukan hal yang baru, meskipun lelah dan monoton dia ingin melupakan rasa sedih yang dia pendam selama ini.

“Vero dimana tante?” tanya Davin. Sebelum guru les datang, Dara menyuruh Davin untuk sarapan bersama dirumahnya terlebih dahulu.
“Masih tiduran. Kecapekan kayaknya habis ngedate sama Natya kemarin,” ujar Dara sambil melahap masakan buatannya.
“Oh masih tidur ternyata,” Davin ber-oh ria.

“Iya. Habis makan kamu ke kamarnya gih! Suruh mandi bentar lagi gurunya datang soalnya,” kata Dara. Dia tidak sanggup membangunkan Vero lagi, karena maupun berkali-kali diteriaki dia tetap tak kunjung bangun juga.
“Siap tante,” Davin menurutinya lalu melahap makanan yang sudah disiapkan oleh Dara.

“Oh ya nak?kamu sekarang suka ngeborong juara terus ya lomba olimpiade?” tanya Dara. Dia mendengar cerita itu dari Vero, tetapi anehnya Vero tidak mau mengikuti jejak Davin. Memang dia pintar, tetapi malas sekali rasanya ikut lomba seperti itu.
“Iya tante. Lumayan hadiahnya juga bisa ditabung,” jawab Davin.
“Alhamdulillah tante ikut bangga. Rumah kamu penuh piala dong?mau tante beliin lemari almini khusus buat piala kamu?” Dara memberikan tawaran kepada Davin.

“Enggak usah tante. Makasih,” tolak Davin dengan sopan. Dia tidak mau selalu merepotkan kedua orang tua Vero.
“Ah kamu sukanya nolak tante terus,” gerutu Dara sambil mengerutkan dahinya.
“Ya saya nggak enak tante. Ngerepotin tante sekeluarga mulu kerjaan saya,” Davin tertawa tipis.

   Selesai makan bersama dengan mama Vero, Davin lalu segera menuju kamar Vero sesuai perintah Dara. Vero harus segera bangun, karena guru sebentar lagi akan sampai pada tujuan. Penuh perjuangan keras untuk membangunkannya.

“VEROOO WOI!” teriak Davin menggunakan suara beratnya. Tetapi Vero masih tak bangun juga, dia malah menggeliat di kasur lalu menutup wajahnya dengan bantal. Davin mendengus kesal, karena dia tahu akan kelemahan Vero dia pun mengeluarkan jurus jitu. Vero bisa bangun begitu saja jika AC dikamarnya dimatikan dan lampu dinyalakan.

“Ahhhh… panasss!” gerutu Vero ketika Davin sudah mematikan AC kamarnya.
“Makanya bangun,” Davin memukul pelan lengan Vero berkali-kali agar segera bangun.
“Kenapa sih Vin?” rengek Vero sambil memposisikan dirinya untuk duduk.
“Udah jam berapa ini?”

“Kagak tahu. Mata gue masih lengket,” gerutu Vero membersihkan kotoran disekitar matanya.
“Udah jam 8. Bentar lagi guru les mau datang nih,” ujar Davin.
“Hehhh! Iya gue lupa, ok gue mandi!” Vero terburu-buru beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi.

  Tugas untuk membangunkan Vero telah selesai, jadi dia pun turun menunggu guru les datang di ruang belajar bersama. Dia harus memeriksa catatan materinya terlebih dahulu sebelum memulai materi yang baru, karena guru les privat selalu mereview materi terdahulu.
Jadi Davin harus membacanya sekilas lagi, melelahkan rasanya. Tetapi semoga hasil dari lelahnya ini bisa membuat orang tuanya bangga, Davin selalu berdoa akan hal itu.

“Bro gurunya udah datang?” tanya Vero. Dia sudah bersiap-siap dengan penampilannya yang begitu rapi.
“Udah kayaknya. Tapi masih ngobrol sama mama lo,” jawab Davin.
“Oh oke,” Vero lalu duduk disamping Davin setelah itu menyiapkan buku-buku sesuai jadwal yang tertera.

Selamat malam! Aku up lagi, buat nemenin kalian, hehe😁.
Kasih pendapatnya ya guys buat chapter ini, butuh kritik dan saran yang membangun 🙏.
Jangan lupa follow, read, vote dan comment. Biar aku makin rajin up-nya🥰.
Thankyou!

- Happy Reading 🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin