CHAPTER 12🎃

559 35 0
                                    

     Aleeta penasaran dengan kabar Davin, beberapa hari ini dia tidak pernah lagi memperhatikan Davin setiap malam di mini market karena dia tidak ingin lagi membuat Davin risih terhadapnya.
Ketika Natya sudah sampai dirumah, Aleeta langsung menghadang dan mengintrogasinya. Barangkali saja dia tahu informasi tentang Davin dari Vero.

“Natyaaa.. sini-sini,” Aleeta menarik lengan Natya yang sedang duduk sambil meneguk segelas air putih.
“Apa kak?” tanys Natya geram. Dia kesal tingkah Aleeta selalu tergesa-gesa dalam melakukan suatu hal apapun.

“Punya informasi tentang Davin?” ekspresi Aleeta antusias menunggu jawaban dari Natya, hanya dialah satu-satunya harapan.
“Punya, dia ketemu teman kecilnya yang paling dia benci namanya Lingga. Katanya Vero mereka hamper berantem karena Lingga ngehina ekonomi Davin,” Natya menyampaikan informasi sesuai dengan apa yang dikatakan Vero tadi melalui telepon.

“Duh, gue harus gimana nih? Kasihan mentalnya pasti goyah banget dia, hidupnya aja udah keras dan monoton banget. Ditambah lagi dia harus ketemu sama orang yang dia benci selama hidup,” Aleeta gelisah.

Dia bingung harus melakukan apa supaya Davin tidak terpuruk.
“Ajak aja dia keluar jalan kaki, hidup udara segar. Sekarang dia ada di rumah kok ditemenin Vero,” Natya memberikan ide untuk kakaknya.

“Beneran?” Aleeta memastikan.
“Mana pernah gue bohong sama lo kak,” ujar Natya sambil memutar kedua bola matanya.

“Yaudah kalau gitu gue pergi dulu,” Aleeta beranjak dari sofa secara terburu-buru setelah itu mencari kunci sepeda motornya dan segera keluar dari rumah.

“Kak seriusan pakai baby doll doang? Pakai jaket nih diluar dingin,” Natya melempar jaket kearah Aleeta.
“Thankyou sis!” Aleeta menerimanya.

*******

Vero mampir ke rumah Davin untuk belajar bersama, memiliki teman seperti Davin yang kepintarannya di atas rata-rata membuat Vero semangat belajar juga.
Meskipun sebenarnya dia merasa bosan tetapi dia ingin selalu berada di samping Davin, sampai Davin bisa melupakan kesedihannya itu.

“Hai! Assalamualaikum,” tiba-tiba Aleeta membuka pintu rumah Davin tanpa mengetuknya terlebih dahulu, terkesan tidak sopan. Namun Aleeta melakukan itu karena khawatir dengan keadaan Davin, jadi dia tergesa-gesa.
“Waalaikumsalam,” jawab Davin dan Vero dengan ekspresi cengo.

“Lo ngapain kesini?” tanya Davin menatap wajah Aleeta dengan datar, seolah-olah tidak suka Aleeta berada di hadapannya sekarang.
“Gue mau ajak lo jalan,” Aleeta to the point tanpa merasa takut akan ditolak oleh Davin.

“Nggak ada waktu, ini gue lagi belajar. Habisini kerja di mini market lo tahu sendiri,” jawab Davin menolak ajakan Aleeta secara mentah-mentah.
“Please sekali ini aja gue mohon, masalah kerja gue bisa tanggung jawab. Gue kenal sama yang punya mini market itu,” Aleeta memohon.

Davin tidak menghiraukannya sama sekali, melihat itu Vero sangat kesal. Begitu teganya Davin membiarkan perempuan memohon-mohon dengan raut wajah khawatir, Vero jadi merasa iba.

“Vin udahlah turutin dia, sebelumnya dia nggak pernah kayak gini kan sama lo? Mungkin dia ada yang mau di omongin, jangan egois lah. Lo jangan nutupin perasaan dan sikap lo jadi kaku kayak gini,” bisik Vero tepat di telinga Davin.

Aleeta tetap menanti di depan pintu rumah Davin, menunggu sebuah keajaiban. Dia berdoa semoga setelah Vero membisikkan sesuatu, Davin jadi berubah fikirannya.

“Ver gue cari uang Ver,” bantah Davin.
“Lo sibuk kerja mulu, kapan lo cari kesenengan lo yang sebenarnya? Kasih lah waktu istirahat untuk diri lo sendiri,” Vero masih berusaha keras membujuk Davin.

Davin diam tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia lalu berdiri dan menghampiri Aleeta dan menarik lengannya. Vero tersenyum, ternyata sekeras apapun hati Davin jika di rayu secara perlahan-lahan akan luluh juga.

“Mau kemana?” tanya Davin.
“Jalan aja, kemana aja,” Aleeta menggenggam tangan Davin lalu menariknya. Davin kebingungan, tetapi dia tetap mengikuti kecepatan langkah Aleeta.

********

   Terlalu lelah berjalan mereka pun mengistirahatkan diri di suatu taman yang letaknya di dekat mini market dimana tempat Davin biasanya bekerja, suasana taman mala mini sangat ramai banyak sekali orang-orang berlalu lalang.
Ada yang menghabiskan waktu bersama pasangannya, dan ada juga anak-anak bermain dengan ditemani orang tuanya. Suasananya sangat indah dan menenangkan hati.

“Lo nggak kenapa-kenapa kan?” tanya Aleeta.
“Nggak kenapa-kenapa kok. Emangnya kenapa?” Davin kebingungan melihat Aleeta menatap dirinya dengan aneh.

“Tadi Vero cerita pulang sekolah hamper berantem sama teman masa kecil lo dulu,” ujar Aleeta. “Jadi gue takut lo kenapa-napa Vin, gue khawatir,” sambungnya sambil menatap langit malam yang ditaburi dengan banyak bintang.
“Nggak jadi berantem kok,” jawab Davin singkat.

“Vin, kalau ada suatu masalah apapun itu, cerita ya? Jangan lo pendam sendiri,” ujar Aleeta.
“Lo sendiri aja nggak pernah cerita kalau ada masalah,” sindir Davin.

Mendengar itu Aleeta sedikit tersentuh, tandanya Davin sudah mulai ingin mengenalnya lebih dekat. Ini sebuah kemajuan besar.

“Mmmm.. Vin gue mau beli es krim, gue beliin ya?” Aleeta beranjak dari tempat duduknya, berusaha mengalihkan pembicaraan Davin tadi.

Tiba-tiba ketika Aleeta akan pergi, Davin ikut-ikutan beranjak dari duduknya sambil mencegah Aleeta berjalan.

“Lo duduk aja. Gue yang pesenin,” ucap Davin memegang pundak Aleeta dan menyuruh Aleeta kembali untuk duduk seperti semula. Sementara dia pergi untuk memesan es krim di pedagang yang sedang melayani banyak anak-anak kecil.

Hola!
Guysss!! Davin udah mulai akrab nih sama Aleeta? Suka nggak, kalian?
Kasih pendapatnya ya, butuh kritik dan saran yang membangun🙏.
Jangan lupa follow ,read, vote, dan comment. Supaya aku makin rajin up-nya😁.
Thankyou!

- Happy Reading 🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] Where stories live. Discover now