CHAPTER 15🎃

482 31 0
                                    

    Sebelum berangkat ke sekolah, di rumah Aleeta tiba-tiba mendapatkan notifikasi pesan whatsapp dari mamanya. Kata mamanya sore ini akan tiba di Jakarta, namun hanya sebentar.
Tapi anehnya dia hanya ingin bertemu dengan Aleeta, dan melarang Natya mengetahuinya kalau dia sedang berada disini. Sepertinya ada sesuatu hal penting yang ingin dia sampaikan.

“Mama kok aneh banget sih,” gumamnya ketika berada didalam kamar.
Natya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, main masuk saja ke dalam kamarnya. Membuat Aleeta terkejut, takutnya Natya tahu apa yang diucapkannya tadi.

“Mama kenapa kak?” tanya Natya tiba-tiba.
“Hah? Nggak papa kok,” Aleeta meringis.

“Oh ya mama jarang banget bales chat gue kak,” ucapnya dengan raut wajah yang sangat kesal. Sepertinya Natya sangat merindukan kehadiran seorang mama.

“Sama dek. Maklumin aja, mama lagi kerja buat nafkahi kita biar bisa hidup,” jawabnya menenangkan pikiran Natya dan sedikit berbohong.
“Hmm.. iya juga sih,” Natya mengangguk mengerti.

“Kak ayo berangkat! Udah jam berapa nih?” protesnya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Iya nih mau selesai. Lo tunggu aja dibawah dulu,” ujar Aleeta.
“Oke,” Natya lalu keluar dari kamar.

********

   Sesuai dengan janji yang dibuat oleh mamanya, Aleeta menunggu di sebuah restoran yang letaknya dekat dengan bandara. Terpaksa pulang sekolah dia harus langsung kesini, dan tidak menjemput Natya jadi dia menyuruh Vero untuk mengurus adiknya sementara waktu.
Sudah menunggu sepuluh menit lamanya, mamanya yaitu Rosa tak kunjung datang. Tetapi Aleeta berfikiran positif, mungkin dia masih dalam perjalanan.

  Mengisi kebosanan, Aleeta pun memainkan handphonenya.
“Aleeta anakku,” ada suara perempuan yang paling dikenal indra pendengaran milik Aleeta.

Tentu saja mamanya, suara mamanya adalah suara yang selalu dia ingat sepanjang hidup.

“MAMAA!” Aleeta beranjak dari duduknya untuk memeluk Rosa yang baru saja datang.
“Apa kabar nak?” tanya Rosa. Bertemu kembali dengan anaknya, air mata memenuhi matanya karena menangis bahagia.

“Baik-baik ma,” jawab Aleeta. Suaranya terisak oleh tangis, dia benar-benar merindukan mamanya.
“Natya udah nggak nakal kan?”

“Enggak ma, dia udah besar. Sekarang dia punya laki-laki yang selalu ada disampingnya, “ ujar Aleeta.
“Syukurlah,” Rosa melepas pelukan Aleeta lalu duduk saling berhadapan satu sama lain.

“Mama ada urusan kerjaan kah?terus kenapa Natya nggak boleh ikut?” tanya Aleeta penasaran.
“Kita pesan makan dulu ya?”
“Ohh.. iya ma,” Aleeta menurutinya.

    Selesai memesan makanan masing-masing, Aleeta segera menanyakan tujuan mamanya yang datang dengan sikap benar-benar aneh, dia sangat penasaran. Apa yang sedang dipendam mamanya selama ini, apakah cukup berat?

“Mama kesini selain mau nemuin aku, ada apa ma?” lanjutnya.
“Sebenarnya mama kesini buat ketemu kamu aja, setelah ini mama juga balik,” jawab Rosa.

“Tapi ma.. nggak istirahat dulu ke rumah?” Aleeta mencegah mamanya agar tidak terburu-buru.
“Mama malu nak.. mama dipecat dari perusahaan,” ucap Rosa terus terang.

“Jadi itu alasan mama nggak mau Natya disini?” Aleeta terpukul dengan fakta yang telah terjadi kepada mamanya.

“Iya, jadi mama harus cari kerja baru nak. Tujuan mama kesini cuma mau kasih tahu kalau sekarang mama nggak bisa ngirim uang buat hidup kamu sama adik, mama makasih banget selama ini waktu mama masih kerja kamu juga bantu mama dengan cari kerja paruh waktu. Tapi sekarang mama minta maaf ke kamu, untuk sementara waktu nggak bisa kirim kamu uang lagi. Mama janji kalau udah dapat kerjaan lagi, mama bakal kasih kamu sama adik lebih banyak lagi. Mama minta tolong ya nak sementara ini kamu yang nafkahi diri kamu sendiri dan juga adik?” ujar Rosa sambil menggenggam kedua tangan anaknya diatas meja.

“Iya ma nggak papa kok. Aleeta bakal cari kerja tambahan,” jawab Aleeta dengan sedikit berat. Berat bukan berarti dia tidak mau menuruti apa kata mamanya, tetapi dia berat menghadapi kenyataan kalau mamanya sedang mengalami kesulitan. Dia harap mamanya bisa kuat menghadapi kerasnya hidup.

   “Sekali lagi maafin mama ya nak,” Rosa terus menerus meminta maaf kepada Aleeta.
Dia merasa tidak enak karena memberikan tanggung jawabnya sementara kepada anak pertamanya, perasaan benar-benar mengganjal rasanya seperti menjadi ibu yang tidak bertanggung jawab.

“Nggak papa ma, aku tahu yang mama rasain. Lagian ini juga tugas aku sebagai kakak kan?” jawab Aleeta dengan tegas.
“Papa bangga punya anak kayak kamu nak,” Rosa mencium kening Aleeta.

Aleeta hanya tersenyum, ya meskipun mamanya datang membawa kabar buruk. Tetapi setidaknya dia bisa bertemu mamanya walau hanya sekejap saja, ini sudah cukup menghapus semua kerinduan yang terpendam bertahun-tahun lamanya.

Hola! Up lagi nih, hehe..
Gimana guys, nyesek nggak sih dengar berita tentang mamanya Aleeta sama Natya? :(
Kasih pendapatnya ya! Butuh kritik dan saran yang membangun🙏.
Jangan lupa follow, read, vote dan comment. Supaya aku makin rajin up-nya!😁.
Thankyou..

- Happy Reading 🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] Where stories live. Discover now