Sorakan riuh menodong Marcell, terlebih Zou yang langsung menatapnya sengit. Antara ingin meninju atau menendang sibadan besar ini dari hadapannya.

"Canda kali Zou,"ujar Marcell mengangkat dua jarinya.

"Btw kalian dulu berantem gara-gara apa si?"tanya Diana seraya menekuk lengannya diatas meja.

Zou dan Marcell langsung saling menatap, ini adalah pertanyaan yang sangat membunuh. Pasalnya karena masalah ini hampir tiga tahun belakangan ini mereka menjadi seperti orang asing saat bertemu.

"Sebenarnya masalah sepele,tapi ya tau lah gimana mereka jadi ribet,"Jonas berinisiatif menjelaskan pada Diana.

"Apaan si Jon, muter-muter gak jelas,"cecar Riri melirik Jonas yang kebingungan.

"Terserah. Tapi yang jelas gue berharap Naya nggak akan dekat bahkan pacaran lagi sama Zou!"kata Diana.

Naya yang sedang meminum minumannya langsung tersedak, padahal dirinya ingin memperbaiki hubungannya dengan Zou.

"Pelan gak ada yang minta kok,"ujar Zou menepuk bahunya pelan.

"Si bucin mulai lagi,"Marcell geleng-geleng kepala seraya melipat kedua tangannya.

Riri menopang dagunya dengan wajah memelas melihat dua sahabatnya sedang sibuk dengan pasangan masing-masing"nasib jomblo emang menyedihkan ya. Hanya bisa menyaksikan tapi bisa merasakan,"ucapnya.

Gelak tawa pun langsung memenuhi seisi ruangan sampai membuat pengunjung kafe lainnya memperhatikan mereka yang berposisi dibagian depan.
Terlebih Zou, tawanya bukan karena Riri tapi karena melihat gadis yang hampir beberapa Minggu ini melupakan tawa hari ini kembali melengkungkan bibir seperti tanpa beban.

***

"Naya sekarang sudah berubah ma, persis seperti yang Mama mau."

"Bagus. Memang harus seperti itu kan kalau dia mau tinggal dirumah ini."

"Tapi menurut Nara,ini keterlaluan ma. Mama mengekang Naya seolah dia boneka hidup yang harus mengikuti semua kemauan mama."

Mendengar Putri kesayangannya berbicara dengan nada tinggi, membuat sang ibu menatapnya penuh kekecewaan.

"Mama tau apa yang terbaik untuk dia. Jadi tidak perlu kamu bela anak nakal itu."

"Naya begadang hampir setiap malam untuk belajar. Dia juga selalu pulang sekolah tepat waktu dan meninggalkan semua eskulnya. Dia juga membatasi pergaulannya.Bahkan dia rela tidak bertemu dengan semua temannya hanya karena Mama. Tapi kenapa sampai sekarang Mama tidak bisa menyayangi dia."

Zou yang sejak tadi berada diluar tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Jadi selama ini Naya aneh karena dilarang mamanya? Apa mungkin Naya menolak mamanya juga?
Astaga! Kenapa ada ibu seperti itu. Padahal Naya itu anak yang baik tapi kenapa ibunya malah menganggap dirinya sebagai hama mematikan.

Gadis yang sejak tadi dibicarakan akhirnya keluar dari kamarnya. Dengan langkah gontai dia menuruni anak tangga, melihat ibunya berada dibawah membuat lengkungan lurus dibibirnya menghiasi wajahnya.
Entah apa yang sedang ibu dan kakaknya bicarakan Naya tidak peduli yang terpenting dia ingin memberi tau tentang nilai ujian sekolah waktu itu mengalami peningkatan walau tidak sepesat itu.

Tapi matanya melebar seketika saat menangkap sosok pria dengan kemeja biru muda berbalut jaket Boomber tengah berdiri diambang pintu rumahnya dengan ekspresi bingungnya.
Untunglah mamanya tidak menyadari keberadaan lelaki itu karena saking asyiknya perbincangannya dengan Nara.

Naya langsung berlari, mengabaikan Nara yang terus memanggil namanya.
Dasar gila! Bagaimana jika Mamanya melihat?
Tidak...... Bisa-bisa Mamanya akan ngamuk dan bisa menjadi hari terakhir dirinya berada
dirumah.

Alnaya ✓Where stories live. Discover now