Chapter 29 - Terpisah

373 149 9
                                    

Ulysses's PoV

Badai salju yang deras terjadi. Kami semua langsung diam duduk saat Eve berteriak memerintahkan kami agar tidak ada yang terlempar badai, atau itu akan membuat kami terpisah satu sama lain. Aku berpegangan dengan Helen yang kebetulan berada di sampingku.

Beberapa menit kemudian, angin badai bertiup semakin pelan lalu berhenti. Perlahan aku membuka mata dan kaget melihat apa yang terjadi.

"Dimana teman-teman yang lain?" tanya Helen lebih dulu.

Aku menggeleng. "Entahlah. Mereka tidak pergi meninggalkan kita, 'kan?"

"Sepertinya itu tidak mungkin."

Kami berdiri sambil memperbaiki posisi mantel. Sekitar seratus meter dari tempat kami berdiri ada beberapa buah iglo, yang artinya itu pemukiman penduduk padang salju.

Aneh, seingatku kami semua belum terlalu jauh memasuki padang salju sampai bertemu pemukiman penduduk secepat ini.

"Kita ke sana?" usul Helen.

"Apa kita tidak menyusul teman-teman dulu?"

"Boleh saja, sih. Tapi ...." Helen menggosok-gosokkan telapak tangannya. Kulihat ujung jarinya membiru. "Aku kedinginan."

"E-eh, maafkan aku! A-aku tidak berpikir dulu tadi ... Maaf."

Helen terkekeh. "Tidak masalah. Dalam situasi seperti ini wajar sekali kita ingin cepat-cepat bertemu dengan yang lain. Oh, Uly, jarimu juga membiru."

Aku melihat jemari tanganku. Sudah membiru dan tanganku gemetar karena menggigil. Aku hampir tidak menyadarinya.

Aku dan Helen berlari-lari kecil menuju pemukiman penduduk. Pemukiman itu terlihat sepi, tidak ada orang yang beraktivitas di luar iglo.

Sesudah aku dan Helen sampai, Fai, tetua Desa Iglo di padang salju keluar dari iglonya. Dia nampak terkejut melihat kami.

"Kalian sudah ada di depan sini sejak tadi?" tanya Fai.

"Tidak, kami baru saja sampai," jawab Helen.

"Jangan-jangan kalian tadi terjebak di tengah-tengah badai?"

Aku dan Helen mengangguk bersamaan.

Fai pun mempersilakan kami masuk ke dalam iglonya. Di dalam ada Wo yang sedang merakit sesuatu, cucu Fai yang merupakan pengrajin handal. Berbagai peralatan di Desa Iglo Wo-lah yang membuatnya. Dia mungkin berusia dua tahun lebih tua dari kami.

"Anak-Anak Bumi? Hanya berdua?" tanya Wo saat menyadari kedatangan kami.

"Kami terpisah dengan yang lain."

Tanpa banyak bicara, Wo menciptakan api di dalam iglo untuk kami menghangatkan diri. Setelah selesai, dia kembali larut dalam mainan rakitannya.

"Apa baik-baik saja menyalakan api di dalam sini? Bukankah iglonya bisa meleleh?" tanya Helen.

"Tenang saja. Iglo ini cukup besar dan api yang kubuat cuma kecil. Lagipula aku bisa mengatur panasnya sesuka hati." Wo menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari mainan kayu yang ia rakit.

Hampir seluruh warga Desa Iglo memiliki kekuatan yang berkaitan dengan api atau mengendalikan suhu. Sepertinya tubuh mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal. Kecuali Fai, dia punya kekuatan untuk bicara dengan alam.

"Apa hanya kalian berdua yang terlempar ke sini?" tanya Fai, membuatku dan Helen bingung dengan apa yang ia maksud "terlempar".

"Ah, maaf-maaf. Rupanya dulu aku lupa menceritakannya pada kalian." Fai terkekeh.

IsolatedWhere stories live. Discover now