Chapter 1 - Kecelakaan Kapal

2.3K 350 22
                                    

Padang rumput yang sangat luas membentang sejauh mata memandang. Aku berbaring di atasnya. Entah sejak kapan, sepertinya aku sudah lama berbaring, bahkan tertidur. Aku pun beranjak duduk.

Di sampingku ada seorang wanita berambut coklat panjang yang begitu cantik. Dia duduk berjongkok sambil bermain-main dengan beberapa ekor kucing. Itu semua adalah kucing-kucing liar yang pernah kuadopsi dan kupelihara, tetapi sudah mati.

Ini adalah dunia mimpi. Aku sudah tahu itu. Mimpi ini selalu kualami setiap kali aku tidur dalam keadaan sakit atau kelelahan. Wanita yang sama, kucing-kucing yang sama, dan tentu saja padang rumput yang sama dengan mimpi-mimpi serupa sebelumnya.

Namun, alur peristiwa yang terjadi di mimpi ini sekarang berbeda dari mimpi-mimpi sebelumnya.

"Akhirnya kamu bangun," ucap wanita itu tanpa menoleh padaku, masih bermain-main dengan kucing.

"Aku belum bangun ke dunia nyata. Omong-omong, apa penyebab aku ke sini? Aku tidak ingat. Apa aku pingsan kelelahan? Atau sakit?"

Wanita itu mengedikkan bahu. "Entahlah. Kamu sudah terlalu lama tidur."

"Memangnya seberapa lama?"

"80 hari."

Aku terdiam. Apa yang terjadi padaku hingga membuatku tertidur 80 hari?

"Lalu, kenapa aku baru saja terbangun di mimpi ini?"

"Karena kesadaranmu di dunia nyata baru saja kembali perlahan-lahan."

Wanita itu akhirnya menoleh padaku. "Sekarang, bangunlah. Sembilan belas orang sedang menunggu kehadiranmu di dunia nyata."

¤¤¤

11 Oktober 2025

Tubuhku terasa sangat lemah. Aku tidak bisa bergerak selain membuka kelopak mata dan menggerakkan tanganku dengan pelan.

Bip

Suara apa itu?

Ada suara aneh dari samping tubuhku. Itu terdengar berulang kali.

Meskipun penglihatanku kabur, aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, berusaha mengenali lingkungan sekitar.

Di ujung kiri ruangan, nampak ada sesuatu setinggi dua meter lebih dan berwarna coklat seperti kayu. Kurasa itu pintu.

Tak lama kemudian pintu itu bergerak terbuka. Ada seseorang yang masuk. Orang itu terlihat mematung sebentar, lalu dia berlari keluar. Ada apa? Apakah ada hantu di sini?

Akhirnya penglihatanku kembali sepenuhnya. Aku bisa melihat ada sebuah infus terpasang di tangan kiriku. Selain itu, ada banyak kabel-kabel tipis dan kecil yang mengerubungi tubuhku. Banyak peralatan yang sangat canggih dan tidak pernah kulihat. Apa yang terjadi padaku?

Dengan penglihatan yang lebih jelas aku mencoba mengenali ruangan ini. Dindingnya terbuat dari kayu, bukan beton. Di pojok ruangan ada tas ranselku yang ... lusuh?

Kemudian sembilan belas orang memasuki ruangan. Aku mengenali mereka semua. Mereka adalah teman-teman sekelasku. Dua di antara mereka adalah sahabat dan teman masa kecilku, Ulysses dan Hugo.

Uly menangis lalu memelukku dengan erat. "Aku sangat khawatir kamu takkan bangun lagi." isaknya.

Aku membalas pelukan Uly. Rasanya aku tidak bertemu dengannya dalam waktu yang lama, begitu juga Hugo dan teman-teman sekelas. Mungkin aku benar-benar tertidur selama 80 hari sesuai dengan apa yang dikatakan wanita di dalam mimpiku.

Kulihat semua teman-teman sekelasku. Beberapa dari mereka menangis haru, atau sekedar meneteskan air mata.

"Kami semua sudah lama menunggumu bangun," ucap Hugo. Kentara sekali suaranya bergetar. Jika dia menangis, aku akan tertawa keras-keras.

"Memangnya ... apa yang terjadi ... padaku?" lirihku pelan. Ternyata aku sedikit kesulitan berbicara.

Perlahan Uly melepaskan pelukan dan menyeka air mata di pipinya. Belum sampai dia mengucapkan sepatah kata pun, seorang pria tua memasuki ruangan.

"Jangan ceritakan apapun pada teman kalian yang baru bangun. Jangan membebaninya dengan pikiran-pikiran lain," kata pria itu. "Sekarang, kalian keluarlah. Lebih baik kalian membuatkannya bubur."

Semuanya menurut. Nampak Uly dan Hugo tidak ingin keluar, tetapi aku memasang senyum, memberitahukan bahwa aku baik-baik saja. Mereka balas tersenyum lalu pergi keluar kamar.

¤¤¤

Ulysses's PoV

Bagian barat Samudera Atlantik Utara
23 Juli 2025

Kami sedang dalam perjalanan ke San Juan, Puerto Rico, untuk karyawisata sekolah menggunakan kapal pesiar. Sudah dua hari kami di atas laut dari pelabuhan di Miami.

Beberapa jam lagi kami akan sampai. Sayangnya, Eve terkena demam sejak kemarin. Cuaca yang terus-menerus hujan dan dingin membuat demamnya tidak membaik hari ini.

Eve tidak tidur. Dia hanya berbaring dan meringkuk di dalam selimut. Sejak tadi pagi dia merutuki dirinya sendiri.

Eve adalah ketua kelas 12 Akselerasi. Oleh karena dia demam, dia tidak bisa mengurus atau melakukan apapun untuk teman-teman sekelasnya. Terpaksa ia serahkan semuanya kepada Hugo, wakil ketua kelas. Dia merasa meninggalkan tanggung jawabnya.

"Eve, kamu butuh sesuatu?" tanyaku sambil turun dari kasur.

"Mungkin obat sakit kepala," jawab Eve pelan. Aku hampir tidak mendengar suaranya.

"Oke. Tunggu sebentar."

Tiba-tiba kapal miring sehingga aku terjatuh dan kepalaku terbentur dinding. Aku mengusap kepalaku. Ah, pasti ini akan lebam dan benjol. Sakit sekali.

"Eve!"

Eve tiba-tiba muntah. Aku langsung berdiri dan berusaha menenangkannya.

"Apa yang ... terjadi?"

Ada yang aneh. Kapal ini terasa tidak seimbang dan terlalu miring. Kami bahkan tergelincir.

Tiba-tiba sebuah alarm yang nyaring berbunyi. Terdengar derap kaki yang begitu cepat dan panik di luar.

Sesaat kemudian pintu kamar kami digedor-gedor keras. Aku segera membukakan pintu. Terlihat Hugo sangat panik dan terengah-engah.

"Hugo? Ada apa? Apa yang terjadi?"

"Cepat bereskan barang-barang kalian! Kapal ini akan tenggelam!"

*

15 Minutes to Isolation

.
.

**Eavesdrop**

"Kau bodoh, Uly!? Kau tidak bisa berenang!"

"Sia-sia saja, tidak ada sinyal di sini."

"Kalau kita bersikeras mencari, bisa saja kita tersesat ke Segitiga Bermuda."

~ Lautan Tanpa Matahari ~

TBC

17 Mei 2021
Izask

IsolatedDove le storie prendono vita. Scoprilo ora