Chapter 21 - Cave dan Ran

Start from the beginning
                                    

"Terima kasih, Ran."

Aku menghembuskan napas kasar. "Cave, aku bukan Ran. Aku Evelyn. Aku salah satu dari Anak-Anak Bumi. Aku bocah alis aneh."

"Haha, candaanmu tidak lucu. Mana mungkin orang dari Bumi bisa ke sini. Jelas-jelas kamu ini Ran."

Aku berdecak. Haruskah aku mengikuti alur saja dan berpura-pura menjadi seorang "Ran" di hadapan Cave yang sedang bertingkah aneh ini? Dia tampak benar-benar lupa dengan apa saja yang terjadi akhir-akhir ini dan melihat diriku seolah-olah aku Ran.

Tiba-tiba perutku berbunyi.

Cave berdiri. "Kamu lapar? Tunggu di sini, aku akan mencari buah-buahan."

"E-eh, Cave, tunggu!"

Cave pergi ke luar gua, memerintahkan ular-ular untuk membuka mulut guanya. Setelah dia keluar, ular-ular itu kembali menutupi mulut gua.

Aku dikurung.

¤¤¤

Hugo’s PoV

Aku kewalahan mengejar Eve dan Cave. Pria itu cepat sekali larinya, bahkan rasanya lebih cepat dari kecepatan lari Eve. Dalam waktu singkat Cave membawa Eve kabur dan sekarang kami semua kehilangan jejak mereka.

"F*ck, sebenarnya kenapa, sih, orang itu!?" umpat Elliot dengan napas memburu.

"Dia bertingkah aneh," sahut Harry.

"Dia juga memeluk Eve tiba-tiba."

Melihat Cave memeluk Eve membuatku marah, entah kenapa. Aku ingin menjotos wajahnya. Pelukannya pada Eve terlihat sangat tulus. Bahkan kalau aku tidak sadar bahwa itu Cave, mungkin aku akan melihatnya sebagai Mr.Thornley yang sedang memeluk putri semata wayangnya.

"Bagaimana kalau kita berpencar mencarinya?" usul Carl.

"Dasar bodoh. Ini musim panas, Kak. Kau ingin kita semua mati gara-gara usulmu itu?" sahut Clara.

"Beraninya kau menyebut kakakmu sendiri bodoh!?" seru Carl tidak terima.

Chayton bersaudara itu mulai bertengkar. Aku menggaruk-garukkan kepala, mengabaikan mereka.

"Helen, apa kau tahu sesuatu yang terjadi pada Cave? Mungkin Buku Pengetahuan pernah menjelaskan fenomena seperti itu," tanyaku pada Helen. "Dia bertingkah aneh setelah hujan berhenti."

Helen mengerling, mengingat-ingat. Pandangan semua orang pun tertuju padanya. Chayton bersaudara bahkan berhenti bertengkar.

"Aku akan kembali membaca bab yang sudah diterjemahkan dengan cepat," kata Helen. "Aku tidak terlalu ingat semua isinya."

Itu sudah pasti, ya. Apalagi masih banyak bab yang belum diterjemahkan. Bisa jadi nanti Helen tidak akan menemukannya di catatan terjemahannya.

"Kalau begitu, sembari kita menunggu Helen mencari materinya, ayo cari Eve dan Cave."

Kami lanjut berjalan, menyiagakan senjata dan menjaga Helen yang sedang fokus membaca Buku Pengetahuan.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, kami sampai di tengah-tengah hutan, lantas meningkatkan kewaspadaan. Kucing hutan dapat muncul tiba-tiba, apalagi ukurannya sama besar atau malah lebih besar daripada harimau di Bumi. Sekali kena terkam, game over sudah.

Yang dibicarakan muncul. Kucing dengan bulu yang bermotif mirip macan tutul itu sedang tidur dengan santainya di tanah. Kami semua seketika membisu dan melangkah pelan, takut membangunkan kucing itu.

"Guys," ucap Alden tiba-tiba.

Teman-teman langsung melotot padanya.

"Apaan, sih?" tanya Stella dengan suara pelan.

IsolatedWhere stories live. Discover now