Chapter 14 - Persiapan

Magsimula sa umpisa
                                    

"Jika kita pergi ke wilayah musim dingin dan musim panas, kita akan pergi bersama-sama, berdua puluh," cetusku.

Perhatian semua orang langsung tertuju ke arahku.

"Cuaca yang ekstrem akan menyulitkan kita. Akan lebih sulit lagi jika hanya beberapa orang yang ke sana. Hipotermia dan sinkop panas jadi musuh utama setelah hewan penunggu kedua wilayah itu."

"Benar juga. Jika ada yang tumbang, akan susah kalau orangnya sedikit."

"Kalau pergi ke padang salju, kita butuh pakaian tebal. Apa ada kain wol atau jaket kulit tebal di pulau ini?"

Duo Inventaris-Devin dan Quilla-terlihat sibuk mencatat segala macam yang diperlukan.

"Penduduk ada yang punya peternakan domba, 'kan? Mungkin kita bisa meminta benang wol dari mereka?"

"Apa boleh?"

"Menurutku boleh-boleh saja," sahut Devin sambil memutar pulpennya. "Mereka memperlakukan kita bagai tamu kehormatan. Kita semua adalah harapan mereka agar bisa bebas dari pulau ini. Mereka pasti akan memberikan apapun yang kita ingin dan perlukan. Kalau bisa, mereka juga yang membuatkannya."

"Itu benar. Beberapa penduduk yang tinggal di padang salju pasti membutuhkan jaket tebal. Pasti mereka punya kain wol, atau paling tidak mereka menjual jaket tebal yang sudah jadi."

"Mereka mungkin juga menyimpan karet."

"Kenapa kita tidak meminta itu semua dari mereka sejak awal, ya?"

¤¤¤

Angin bertiup lembut menerpaku yang sedang berdiri di atap, menatap pemandangan hutan dan pegunungan. Namun pandanganku kosong. Aku memikirkan sesuatu yang lain.

Tangan kiriku masih dibalut gips sederhana. Aku kesal karena tidak bisa membantu membuat senjata dan perlengkapan lain, atau membunuh hewan pengganggu saat pergi dengan Kelompok Logistik atau Kelompok Kartografer.

"Menikmati pemandangan?"

Uly sedikit mengagetkanku. Dia berjalan menghampiri.

"Apa tanganmu sudah baikan?" tanyanya.

"Sedikit. Masih terasa sakit jika aku salah gerak."

Kembali aku menatap pegunungan di sana. Di baliknya, ada sebuah tempat yang tidak pernah dikunjungi oleh siapapun. Itu satu-satunya wilayah bagian timur yang tidak digambar di peta buatan Kelompok Kartografer. Karena tidak ada satupun orang yang pernah ke sana, Kelompok Kartografer dan Kelompok Logistik tidak berani ke sana tanpa informasi apapun.

"Kamu khawatir suatu hari nanti kita akan ke balik pegunungan itu?"

Uly seolah-olah membaca pikiranku saat ini. Mungkin karena pandanganku terfokus ke sana.

Aku mengangguk. Aku tidak bisa mengelak kenyataan bahwa aku takut kami akan pergi ke sana.

Sejauh ini, lokasi perangkat yang tertulis di halaman terakhir setiap bab di Buku Pengetahuan belum menyebutkan lokasi di balik pegunungan itu. Sebelum Wilayah Tak Terjamah disebutkan, kami harus mempersiapkan senjata dan perlengkapan yang banyak.

Sebenarnya, di dalam Buku Pengetahuan ada peta pulau ini dan menampilkan koordinat setiap titik lokasi teka-teki. Saat menemukannya, kami semua hampir melonjak senang, terutama Kelompok Kartografer.

Namun, informasi dan kondisi geografis pulau tidak digambarkan di sana. Kelompok Kartografer terpaksa harus menggambarnya. Jika tidak digambar, bukan tidak mungkin kami akan tersesat. Tidak ada matahari dan rasi bintang sebagai kompas alami di sini.

IsolatedTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon